Tinta Media - Sobat. Harus diketahui bahwa dosa dan kemaksiatan itu berbahaya. Sudah tentu bahayanya terhadap hati itu seperti bahaya racun bila masuk ke dalam jasad, sesuai dengan tingkat bahayanya masing-masing racun, baik di dunia ini maupun di akherat, tidak ada keburukan dan penyakit melankan penyebabnya adalah dosa dan kemaksiatan.
Apa yang menyebabkan keluarnya Iblis dari kerajaan langit, kemudian diusir dan dikutuk? Pakaian keimanan diganti dengan pakaian kekufuran, kefasikan, kedurhakaan. Akhirnya iblis pun begitu hina sehina-hinanya di mata Allah, martabatnya jatuh di mata Allah hingga ke tempat yang paling rendah, serta mendapatkan kemurkaan dari Allah SWT.
Apa yang menyebabkan keluarnya Adam dan Hawa’ dari surga, yang merupakan tempat yang penuh dengan kenikmatan, kelezatan, keindahan, dan kesenangan, menuju kampung yang penuh dengan derita, kesedihan dan bencana?
Apa pula yang menyebabkan dibinasakannya sekian banyak generasi sepeninggal Nabi Nuh dengan berbagai macam siksaan dan kemudian dihancurkan sehancur-hancurnya?
Apa pula yang menyebabkan angin topan itu menghantam kaum Adz sehingga mematikan mereka di muka bumi? Apa yang menyebabkan dikirimnya suara keras yang mengguntur terhadap kaum Tsamud sehingga membuat jantung mereka terputus dan akhirnya mereka pun mati semua?
Apa yang menyebabkan ditenggelamkannya Firáun dan kaumnya ke dalam lautan? Kemudian ruh dipindahkan ke jahanam. Jasad mereka ditenggelamkan sedangkan ruh mereka dibakar di neraka. Apa yang menyebabkan dibenamkannya Qarun beserta rumah, harta kekayaan dan keluarganya?
Sobat. Ali Bin Ja’d membawakan riwayat dari Syu’bah dari Amru bin Murah bahwa ia berkata, “ Aku pernah mendengar Abul Bukhturi mengatakan, “ Seorang yang pernah mendengar dari Nabi Muhammad SAW memberitahuku bahwa beliau bersabda, “ Manusia tidak akan binasa sehingga mereka melakukan banyak dosa.”
Dalam musnad ahmad disebutkan riwayat dari ummu Salamah bahwa ia berkata, “ Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “ Jika telah muncul berbagai kemaksiatan di tengah-tengah umatku maka Allah akan menimpakan adzab dari sisi-Nya yang mengenai mereka semua.” Saya tanyakan kepada beliau, “ Ya Rasulullah bukankah ketika itu di dalamnya masih terdapat orang-orang shalih? Beliau menjawab, ‘’ Ya tentu.” Saya tanyakan lagi, lalu bagaimana dengan mereka itu? Beliau menjawab, “ Mereka tetap tertimpa adzab sebagaimana yang menimpa orang-orang pada umumnya, namun mereka akan mendapat ampunan dan keridhaan Allah.” ( HR. Imam Ahmad )
Beliau juga menyebutkan hadits Samak bin Harb dari Abdurrahman bin Abdullah bin Masúd dari ayahnya bahwa ia berkata, “ Jika telah muncul perbuatan zina dan riba di suatu negeri maka Allah telah mengizinkan kehancurannya.”
Allah SWT Berfirman :
إِذَا تُتۡلَىٰ عَلَيۡهِ ءَايَٰتُنَا قَالَ أَسَٰطِيرُ ٱلۡأَوَّلِينَ كَلَّاۖ بَلۡۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ كَلَّآ إِنَّهُمۡ عَن رَّبِّهِمۡ يَوۡمَئِذٖ لَّمَحۡجُوبُونَ ثُمَّ إِنَّهُمۡ لَصَالُواْ ٱلۡجَحِيمِ
“Yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: "Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu"Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (rahmat) Tuhan mereka. Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka.” ( QS. Al- Muthaffifin (83) : 14 )
Sobat. Ayat ini menjelaskan bahwa ketika dibacakan ayat-ayat Al-Qur'an kepada orang-orang yang melampaui batas, selalu berdosa, tidak mempercayai hari akhirat dan Al-Qur'an sebagai kitab suci yang berisi petunjuk-petunjuk Allah untuk mengantarkan manusia ke jalan yang lurus menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, mereka tidak mau mendengarkannya dengan khusyuk atau menyimak isinya. Mereka bahkan mengatakan bahwa Al-Qur'an itu adalah dongeng-dongeng orang-orang dahulu yang didiktekan kepada Nabi Muhammad. Firman Allah:
Dan orang-orang kafir berkata, "(Al-Qur'an) ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh dia (Muhammad), dibantu oleh orang-orang lain," Sungguh, mereka telah berbuat zalim dan dusta yang besar. Dan mereka berkata, "(Itu hanya) dongeng-dongeng orang-orang terdahulu, yang diminta agar dituliskan, lalu dibacakanlah dongeng itu kepadanya setiap pagi dan petang." Katakanlah (Muhammad), "(Al-Qur'an) itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang." (al-Furqan/25: 4-6)
Sobat. Dalam ayat 14 Al Muthaffifin ini, Allah membantah tuduhan orang-orang kafir Mekah yang mengatakan bahwa Al-Qur'an itu dongengan orang dahulu. Sama sekali bukan demikian. Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. Kebiasaan mereka berbuat dosa telah menyebabkan hati mereka jadi keras, gelap, dan tertutup laksana logam yang berkarat. Oleh karena itu, mereka tidak dapat membedakan antara dusta yang berat dengan kebenaran yang terang benderang. Hati yang demikian hanya bisa dibersihkan dengan tobat yang sempurna.
Sobat. Ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang kafir yang tidak mau mengakui Al-Qur'an sebagai wahyu Allah terhalang dari rahmat-Nya di dunia dan akhirat. Mereka terhalang dari nikmat terbesar bagi seorang hamba, yaitu memandang dan melihat Allah di akhirat. Imam Syafi'i mengatakan ayat ini bisa dijadikan dalil bahwa orang-orang Mukmin tidak akan terhalangi dari memandang Allah di akhirat, sebagaimana firman-Nya:
Wajah-wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri, memandang Tuhannya. (al-Qiyamah/75: 22-23)
Sobat. Setelah dijauhkan dari rahmat Allah dan tidak dapat mencapai cita-cita yang diangan-angankannya pada hari pembalasan, orang-orang kafir itu benar-benar masuk neraka Jahim yang sangat panas.
Dalam Al-Musnad dan Jamiút Tirmidzi disebutkan riwayat dari Abu Shalih dari Abu Hurairah ra Rasulullah SAW bersabda , “
Sesungguhnya seorang mukmin itu jika melakukan perbuatan dosa maka tergoreslah di dalam hatinya goresan noda hitam. Jika ia bertaubat, meninggalkan dan menanggalkan dosa, serta memohon ampunan ( Istighfar ) maka hatinya menjadi bersih kembali, akan tetapi jika ia menambah perbuatan dosanya maka noda itu semakin bertambah pula sehingga menutupi hatinya. Itulah “ penutup”yang disebutkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya : “ Sekali-kali tidak (demikian) sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (QS. 83 :14)
Allah SWT Berfirman :
قَدۡ أَفۡلَحَ مَن تَزَكَّىٰ وَذَكَرَ ٱسۡمَ رَبِّهِۦ فَصَلَّىٰ
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang.”(QS. Al-A’la (87) : 14-15 )
Sobat. Allah menerangkan bahwa orang yang beruntung, yaitu terhindar dari siksa akhirat, adalah orang yang bersih, beriman kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya, serta percaya kepada yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw.
Bila terlintas dalam hatinya dan ia ingat sifat-sifat Tuhan yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan, maka ketika itu pula ia tunduk kepada kekuasaan-Nya lalu sujud melakukan salat. Allah berfirman:
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal. (al-Anfal/8: 2)
Sobat. Allah menjelaskan bahwa orang-orang mukmin ialah mereka yang menghiasi dirinya dengan sifat-sifat seperti tersebut dalam ayat ini. Tiga sifat disebutkan dalam ayat ini, sedang dua sifat lagi disebutkan dalam ayat berikutnya.
1. Apabila disebutkan nama Allah bergetarlah hatinya karena ingat keagungan dan kekuasaan-Nya. Pada saat itu timbul dalam jiwanya perasaan penuh haru mengingat besarnya nikmat dan karunia-Nya. Mereka merasa takut apabila mereka tidak memenuhi tugas kewajiban sebagai hamba Allah, dan merasa berdosa apabila melanggar larangan-larangan-Nya.
Bergetarnya hati sebagai perumpamaan dari perasaan takut, adalah sikap mental yang besifat abstrak, yang hanya dapat dirasakan oleh yang bersangkutan dan hanya Allah sendiri yang mengetahuinya. Sedang orang lain dapat mengetahui dengan memperhatikan tanda-tanda lahiriah dari orang yang merasakannya, yang terlukis dalam perkataan atau gerak-gerik perbuatannya.
Sikap mental itu adakalanya tampak dalam perkataan, sebagaimana tergambar dalam firman Allah:
"Dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut, (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya". (al-Muminun/23: 60)
Dan adakalanya tampak pada gerak-gerik dalam perbuatan, firman Allah :
"Ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan, "salam." Dia (Ibrahim) berkata, "Kami benar-benar merasa takut kepadamu." (al-Hijr/15: 52)
2. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah, maka akan bertambah iman mereka, karena ayat-ayat itu mengandung dalil-dalil yang kuat, yang mempengaruhi jiwanya sedemikian rupa, sehingga mereka bertambah yakin dan mantap serta dapat memahami kandungan isinya, sedang anggota badannya tergerak untuk melaksanakannya.
Dalam ayat ini terdapat petunjuk bahwa iman seseorang dapat bertambah dan dapat berkurang sesuai dengan ilmu dan amalnya, Rasulullah bersabda:
"Iman itu lebih dari 70 cabang, yang tertinggi adalah pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan yang terendah adalah menyingkirkan ganguan dari jalan." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Dengan demikian bertambahnya iman pada seseorang dapat diketahui apabila ia lebih giat beramal. Iman dan amal adalah merupakan satu kesatuan yang bulat yang tak dapat dipisahkan.
Firman Allah swt:
(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang ketika ada orang-orang mengatakan kepadanya, "Orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka," ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, "Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung." (ali Imran/3: 173)
Dan firman Allah:
Dan ketika orang-orang mukmin melihat golongan-golongan (yang bersekutu) itu, mereka berkata, "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita." Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu menambah keimanan dan keislaman mereka. (al-Ahzab/33: 22)
3. Bertawakal hanya kepada Allah Yang Maha Esa, tidak berserah diri kepada yang lain-Nya. Tawakal merupakan senjata terakhir seseorang dalam mewujudkan serangkaian amal setelah berbagai sarana dan syarat-syarat yang diperlukan itu dipersiapkan. Hal ini dapat dipahami, karena pada hakikatnya segala macam aktifitas dan perbuatan, hanya terwujud menurut hukum-hukum yang berlaku yang tunduk dibawah kekuasaan Allah. Maka tidak benar apabila seseorang itu berserah diri kepada selain Allah.
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur