Tinta Media - Kekhilafahan Islam yang telah runtuh selama 102 tahun lamanya, menurut Cendekiawan Muslim KH. Ustaz Rokhmat S. Labib menunjukkan kaum muslimin sudah sangat lama hidup tanpa khilafah.
"Itu artinya, kaum Muslimin sudah sangat lama hidup tanpa Khilafah. Sebagai fardhu kifayah, waktu al ada’ atau batas waktu untuk menunaikan khilafah maksimal tiga hari. Jika melebihinya, berarti waktunya menunaikannya sudah lewat,” tuturnya kepada Tintamedia.web.id, Kamis (16/2/2023).
Dalam keadaan demikian, ia mencetuskan harus lebih bersegera untuk mewujudkannya, sebab tergolong qadha. “Ibarat shalat, ketika waktunya sudah lewat, maka harus bersegera untuk menunaikannya,” ucapnya.
Kondisi politik tanpa adanya khilafah dinilainya menderita ibarat anak yatim, tanpa pelindung dan penjaga. "Mereka, dijauhkan dari agamanya dan didominasi pemikiran serta peradaban Barat. Kekayaan alamnya dikeruk oleh negara-negara imperialis. Bahkan sebagian negeri mereka dijajah. Persatuan mereka tercerai berai, terpecah belah dalam banyak negara-negara yang lemah,” ujarnya.
Yang mengenaskan, menurutnya, di negara-negara itu kaum Muslimin dipimpin oleh rezim yang menerapkan Sekularisme dan Kapitalisme. Sementara hukum dan sistem Islam dicampakkan. “Mereka juga tidak peduli ketika Islam dinistakan. Lebih dari itu, mereka justru menghalangi tegaknya Khilafah. Untuk itu, mereka bahkan mengikuti arahan negara-negara kafir penjajah," imbuhnya prihatin.
Melihat kondisi seperti ini, ia menandaskan perlu adanya upaya untuk membangkitkan kembali khilafah ala minhajin nubuwwah. Di antara upaya tersebut adalah menyebarkan pemahaman tentang wajibnya Khilafah di tengah umat sampai mereka memiliki kesadaran tentang itu. “Ketika itu menjadi kesadaran kolektif, maka umat akan menuntut tegaknya Khilafah,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan agar umat Islam bersatu dan bekerja sama dengan semangat untuk mewujudkan. “Ingatlah, bahwa Khilafah adalah kewajiban dari Allah Swt, Tuhan Pencipta kita. Maka tidak ada alasan untuk menolak, apalagi menghalangi dan memusuhinya,” pungkasnya.[] Erlina