Tinta Media - Kondisi pendidikan selama 102 tahun tanpa khilafah dinilai Analisis Senior Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD) Fajar Kurniawan, hanya melahirkan para buruh baru.
“Pendidikan di negeri-negeri Muslim hari ini tanpa Khilafah, kalau menurut saya pendidikan yang hanya sekedar melahirkan para buruh-buruh baru,” tuturnya kepada Tinta Media, Senin (20/2/2023).
“Kondisi pendidikan tanpa Khilafah, kalau secara objektif kita lihat sangat memprihatinkan,” tambahnya.
Ia melihat pendidikan sekarang tidak lebih memproduksi manusia yang akan menjadi mesin, dan akan menjadi pelengkap bagi mesin kapitalisme. “Jadi pendidikan kita hari ini hanya melahirkan alat produksi yaitu manusia yang kemudian akan mengokohkan ekonomi kapitalisme. Hanya melahirkan para buruh, para profesional, yang kemudian mengisi posisi-posisi di pabrik, di perusahaan, di apapun sistem rantai pasok yang ada di sistem kapitalis,” jelasnya.
Dipaparkannya alih-alih umat Islam berpikir tentang bagaimana pendidikan haruslah melahirkan sebuah peradaban, mempersiapkan bagaimana caranya membuat pendidikan itu melahirkan para intelektual yang kemudian orientasinya adalah untuk kemajuan umat Islam. “Bagaimana pendidikan itu melahirkan orang-orang sekaliber Al Khawarizmi, sekaliber Al Hindi, sekaliber ibnu Sina dan seterusnya,” paparnya.
Selain itu, kondisi saat ini menurut Ustadz Fajar sebagai keberhasilan Barat untuk membaratkan generasi muda Islam. Jadi menanam nilai-nilai liberalisme dan pluralisme ke dalam benak kaum muslimin. Banyak yang bersholawat di gereja, ikut dalam perayaan-perayaan natal, misa-misa mereka di gereja. “Ini saya kira semua itu mengkonfirmasi bahwa memang Barat sedang menjalankan sebuah mega proyek yang sangat besar untuk bagaimana agar generasi muda Islam betul-betul terjerabut dari akarnya, keyakinannya, syariah Islam dan kemudian mengakomodir sebanyak mungkin nilai-nilai yang dikehendaki oleh Barat,” ungkapnya.
Kehilangan Maha Dahsyat
Ia menilai keruntuhan Daulah Khilafah Utsmaniyah merupakan sebuah momentum kehilangan yang maha dahsyat bagi umat Islam. kehilangan pelindung (al junnah), kehilangan pengayom, kehilangan sosok periayah urusan-urusan umat Islam. “Sehingga dengan runtuhnya khilafah itu, maka di situ pula dimulai adanya penderitaan-penderitaan umat Islam yang datang silih berganti tiada henti hingga hari ini,” nilainya.
Maka dari itu, penting menurutnya untuk mengembalikan lagi kekhilafahan sebagai al junnah. “Langkah penting yang harus dilakukan adalah proses penyadaran karena semua ini sebenarnya berpangkal dari hilangnya kesadaran politik. Hilangnya kesadaran politik umat akan pentingnya persatuan, akan pentingnya kepemimpinan politik umat Islam yang akan menaungi seluruh umat Islam di dunia apapun suku mereka, apapun bangsa mereka, apapun warna kulit mereka apapun ras mereka,” tegasnya.
Ia mengajak umat Islam untuk mengambil peran bagaimana kemudian agar perubahan yang Hakiki tadi itu bisa dilakukan secara lebih masif, lebih akseleratif dan harus dilakukan secara monial. “Apapun profesi kita, apapun berlatar belakang kita, apapun aktivitas yang kita geluti, maka itu harus menjadi kewajiban utama, menjadi prioritas untuk kemudian segera diperjuangkan,” pungkasnya. [] Raras