102 Tahun Khilafah Runtuh, Intelektual Muslim: Peradaban Islam yang Utuh Telah Absen dalam Kehidupan Umat Manusia - Tinta Media

Minggu, 19 Februari 2023

102 Tahun Khilafah Runtuh, Intelektual Muslim: Peradaban Islam yang Utuh Telah Absen dalam Kehidupan Umat Manusia

Tinta Media - Keruntuhan khilafah yang telah berlangsung selama 102 tahun dimaknai Intelektual Muslim Nopriadi Hermani, Ph.D bahwa peradaban Islam yang utuh telah absen dalam kehidupan umat manusia.

“Selama 102 tahun khilafah runtuh artinya sudah 102 tahun peradaban Islam yang utuh telah absen dalam kehidupan umat manusia.  Selama 102 tahun itu pula kekuatan politik global Islam telah tiada,” tuturnya kepada Tintamedia.web.id, Sabtu (18/2/2023).

Dengan diubahnya Khilafah bani Utsmani menjadi bentuk Republik oleh Kamal At-Taturk waktu itu, menurutnya membuat sistem kehidupan Islam berubah total menjadi sistem kehidupan sekuler di Turki. Turki, lanjutnya, yang merupakan pusat kekuasaan Khilafah Islam berubah menjadi pusat sekularisme dunia Islam. Sekulerisasi kehidupan kaum muslimin kemudian  merembet pada negeri-negeri muslim lainnya di seluruh dunia. “Akibat sekulerisasi, kehidupan Islam itupun hari ini telah sirna. Peradaban Islam tenggelam dan peradaban sekular mewarnai sepenuhnya kehidupan umat manusia.  Dunia  diatur dan dikendalikan oleh nilai-nilai yang memisahkan agama dari kehidupan. Nilai-nilai yang mensyaratkan absennya agama dalam kehidupan publik,” ulasnya.

 Ia menggambarkan bila ada ajaran Islam dibiarkan hadir dan diadopsi dalam kehidupan publik, maka dia hanya sebagai pemanis saja. Sekadar memenuhi sedikit aspirasi umat yang membutuhkan Islam dalam kehidupannya seperti masalah ibadah, nikah, talak, dan waris. “Selebihnya? Allah Swt. katanya  tidak berhak mengatur manusia. Serahkan pada kesepakatan manusia,” ujarnya.
 
Setelah 102 tahun berlalu tanpa khilafah, ia menilai umat manusia asing dengan peradaban dan kehidupan Islam. Bahkan, sebagian umat Islam tidak memahami bagaimana agama (Islam) dapat berperan memberikan kebaikan dalam kehidupan publik mereka.   

Dalam bidang pendidikan juga mengalami hal sama dengan bidang lain saat tidak ada khilafah. Menurutnya arah semua sektor kehidupan kita tidak lagi berorientasi pada pemenuhan tujuan diciptakan manusia, yaitu beribadah kepada Allah Swt. Semua mengarah pada kehidupan sekuler dengan tujuan memenuhi kepentingan materi. “Mainstream sektor pendidikan umat manusia adalah pendidikan sekuler. Pendidikan tidak dimaksudkan menghasilkan manusia bertakwa dengan dilengkapi pengetahuan dan keterampilan untuk  kehidupan. Pendidikan lebih diarahkan untuk mencetak buruh profesional yang kompatibel dengan industri,” ungkapnya.

Ia menjelaskan jika pendidikan untuk kepentingan industri maka karakter yang dibentukpun bukan karakter semacam keshalihan atau ketakwaan tapi karakter yang mendukung kesuksesan di dunia kerja. “Pendidikan kita menjadi sangat pragmatis dan mencetak manusia-manusia yang pragmatis. Pendidikan juga tidak dimaksudkan menghasilkan para pemikir yang menghasilkan ilmu dan tsaqofah yang berbasis pada Islam, tapi menghasilkan ilmu dan tsaqofah yang berbasis pada sekulerisme,” imbuhnya.

Di samping itu, ia juga menyampaikan pendidikan semacam ini bukan pelayanan negara pada rakyatnya, tapi sedang dan sudah bergeser menjadi komoditas yang harus dibeli. “Maka tidak heran dalam dunia pendidikan, terutama pendidikan tinggi, sudah sangat komersil. Ada uang ada barang. Ingin pinter harus bayar,” cetusnya.  

Upaya Menegakkan Khilafah

Ia memaparkan bahwa di dalam hadits riwayat Imam Ahmad disebutkan Khilafah ala min haji an nubuwwah akan kembali setelah fase-fase yang dilalui oleh kaum muslimin dari fase kenabian, fase khilafah ‘ala minhajin nubuwwah, fase mulkan adhdhon, dan mulkan jabariyyan.

“Kapan dia (red. Khilafah) akan hadir kembali? Kita semua tidak akan pernah bisa memprediksi kapan waktunya. Kita tidak bisa memastikan bagaimana menghadirkannya. Bahkan kehadirannya bukanlah karena ulah tangan kita.  Tidak ada satu orang manusia pun yang mampu menghadirkannya. Tidak ada satu kelompok pun yang punya kemampuan untuk  menghadirkannya. Kehadirannya adalah hak prerogatif Allah Swt. semata. Dia akan hadir ketika Allah Swt. memang menghendaki,” urainya.

Menurutnya, apa yang kita lakukan bukanlah menjadikannya sebagai tujuan dalam gerak langkah kehidupan kita.  “Yang mesti kita perjuangkan adalah  bagaimana mengembalikan kehidupan Islam secara utuh. Itu  bisa kita lakukan dengan menyempurnakan pengamalan Islam  dalam kehidupan kita dan menyeru umat agar mengamalkan Islam secara keseluruhan,” tambahnya.

Ia menyarankan semestinya kita menshalihkan diri kita sekaligus menshalihkan masyarakat dengan melakukan aktifitas dakwah sebagaimana Rasulullah SAW berdakwah dulu. Selain itu juga menyibukkan diri untuk menyeru umat agar mereka mau menjalankan Islam dalam kehidupan ini. “Kita segarkan kembali ingatan umat akan hakikat dan tujuan hidup sebagai muslim.  Umat di sini  untuk semua lapisan, dari rakyat jelata sampai para penguasa. Selama dia makhluk Allah Swt. maka patut dipahamkankan dan disadarkan bahwa hidup ini dari Allah Swt., untuk Allah Swt. dan akan kembali pada Allah Swt.,” bebernya.

Dalam pemberian kesadaran dan pemahaman, ia tegaskan harus diberikan kepada siapa saja termasuk diri kita yaitu bagaimana menjalani  kehidupan ini agar mendapatkan ridha Allah SWT, baik dari kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, negara bahkan dunia. “Bila umat sadar tentang akan muasal kehidupannya, sadar akan tujuan hidupnya dan paham bagaimana seharusnya menjalani kehidupan ini sesuai aturan-Nya, maka  baru kita bisa berharap Allah Swt. akan menganugerahi Khilafah ala minhaji an nubuwwah pada kita. Bila umat melupakan hakikat hidupnya, salah menetapkan tujuan hidupnya dan menolak menjalani kehidupan Islam secara utuh maka jangan berharap Khilafah ala minhaji an nubuwwah akan kembali,” terangnya.

Yang juga utama, menurutnya umat mesti dipahamkan bahwa keterpurukan kehidupan mereka pada hari ini, termasuk kehidupan umat manusia, adalah karena manusia punya tujuan hidup yang berbeda dengan tujuan penciptaan mereka. Karena tujuan hidup berbeda dengan tujuan penciptaan, maka manusia mengatur dirinya tidak sesuai dengan tujuan Sang Pencipta. 

Ketika manusia memilih jalan sekuler, bukan jalan keshalihan, ia menyampaikan akibatnya kita merasakan ketidakbahagiaan hidup dan kerusakan peradaban. Jadi umat mesti dipahamkan agar kembali pada jalan Allah Swt, yaitu jalan ketaatan. Taat pada aturan Sang Pencipta pada seluruh aspek kehidupan, dari kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, negara bahkan seluruh dunia.
 
“Kita mesti berkontribusi memahamkan umat tentang persoalan ini. Agar kontribusi kita berhasil maka mari tingkatkan kualitas diri kita. Mari kita sempurnakan dalam mengikuti jalan hidup umat Muhammad Saw., yaitu dakwah. Mari kita luruskan niat dengan meningkatkan keikhlasan dalam berdakwah, menjaga kemurniah fikrah dan thariqah, memilih uslub-uslub yang terbaik dalam dakwah dan jangan lupa selalu berdo’a kepada Allah Swt. untuk kebaikan umat,” tutupnya.[] Erlina
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :