Tinta Media - Pimpinan Ma'had Daarul Ma'arif Banjarmasin Ustadz Wahyudi Ibnu Yusuf menjelaskan bahwa agama nabi sebelum Rasulullah bukan Islam.
"Agama nabi sebelum Rasulullah bukan Islam, dalam konteks makna istilah (al-haqiqah),’’ jelasnya dalam Kajian Fiqh Islam: Agama Nabi Sebelum Rasulullah Islam? Melalui kanal Youtube Khilafah Channel Reborn, Senin (16/1/2023).
Menurutnya, dalam surah al-baqarah ayat 127 sampai 134, kata Islam mengandung dua makna, yakni makna istilah (al-haqiqah assyar’iyah) dan makna bahasa (al-haqiqah lughawiyah).
“Islam dalam konteks makna istilah (al-haqiqah) artinya agama yang disempurnakan (dien) dan diridhai Allah Swt, diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Berdasarkan pada firman Allah Swt, bahwa pada hari ini kata Allah ta'ala, telah aku sempurnakan bagi kalian agama kalian dan aku sempurnakan atas kalian nikmatku," tuturnya.
Ia mengungkapkan pendapat Imam Ibnu Katsir yang menggambarkan kekomprehensifan Islam, karena mengatur interaksi manusia dengan penciptanya mencakup akidah dan ibadah, manusia dengan dirinya mencakup makanan dan pakaian, serta manusia dengan sesamanya mencakup muamalah dan uqubat.
“Imam Ibnu Katsir mengatakan, bahwa nikmat ukhrowiyah yang paling besar dikarenakan Allah sempurnakan bagi umat Nabi Muhammad agama mereka, sehingga mereka tidak perlu lagi mengambil agama dan ideologi yang lain, tidak perlu juga berhajat kepada seorang nabi selain Nabi Muhammad Saw,” ungkapnya.
Islam secara bahasa (lughawi) dari kamus-kamus bahasa arab dan nash-nash Al-qur’an, yang menjadi sifat agama nabi sebelum Rasulullah saw, maknanya adalah berserah diri, tunduk, ta’at, terikat dan ikhlas, memurnikan keta’atan kepada Allah Swt.
“Sejak Nabi Adam, sifat agama dari para nabi sebelum Rasulullah saw dengan sifatnya sebagai sifat yang didasarkan makna lughawi bukan dalam konteks makna istilah.” jelasnya.
Ia sampaikan sejumlah dalil di dalam Al-quran yang berkaitan dengan perkataan atau do’a para nabi sebelum Rasulullah saw yang menyebutkan Islam dalam konteks makna bahasa (lughawi).
“Nabi Ibrahim a.s. pada surat al-baqarah, ketika Allah Swt berfirman kepadanya, tunduk patuhlah (aslim), kemudian Nabi Ibrahim a.s. menjawab aslamtu (saya tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam). Nabi Yusuf a.s. berdo’a kepada Allah, tawaffani musliman walhikni bisshalihin (ya Allah, wafatkan aku dalam keadaan Islam/ musliman) juga do’a lainnya, allahuma anta waliyuna fiddunya wal akhirah tawafani musliman wal hikni bisshalihin (wafatkan aku dalam keadaan Islam dan himpunlah kami bersama orang-orang yang saleh, amin). Nabi Musa a.s. berkata, maka bertawakal kalian kepada Allah jika kamu benar-benar orang yang berserah diri (inkuntum muslimin). Nabi Sulaiman a.s. ketika ditanya oleh Ratu Bilqis, serupa inikah singgasanamu? dia menjawab seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri (wa kunna muslimin). Nabi Isa a.s. ketika mengetahui keinkaran Bani Israel, berkatalah Nabi Isa a.s., siapa yang akan menjadi penolongku untuk menegakkan agama Allah? sahabat-sahabat setia Nabi Isa a.s. (Hawariyyun) menjawab, amanna billah (kami ini beriman kepada Allah) dan saksikanlah olehmu nabi Allah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri,” tuturnya.
Ia tegaskan bahwa penjelasan ini menjawab propaganda kalangan liberal yang mengangagap semua agama sama.
“Penjelasan ini menjawab propaganda kalangan liberal, mereka beranggapan bahwa semua agama itu sama dan para nabi sebelum Nabi Muhammad saw juga beragama dengan agama yang sama, dengan risalah atau agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw,” pungkasnya. [] Evi