TUGAS KITA DAKWAH, SEBUAH NASEHAT UNTUK DIRI - Tinta Media

Minggu, 08 Januari 2023

TUGAS KITA DAKWAH, SEBUAH NASEHAT UNTUK DIRI

Tinta Media - Dakwah adalah poros hidup, dimana seluruh aktivitas kehidupan kita mengacu padanya. Dakwah adalah prioritas hidup, dimana semua aspek kehidupan yang kita lakoni wajib tunduk mengikuti garis orbit dakwah.

Dakwah, adalah tugas utama kita. Dimana seluruh waktu, tenaga, fikiran, harta hingga nyawa kita korbankan. Bukan sebaliknya.

Bukan sebaliknya. Kita hanya memberikan perhatian waktu untuk dakwah, dari sisa-sisa waktu kehidupan kita.

Bukan sebaliknya. Kita sibuk mengurus usaha kita, sekolah yang kita rintis, pondok yang kita bangun, pekerjaan yang kita tekuni. Lalu, memberikan sisa waktu kita yang sudah capek, lelah, untuk dakwah.

Badan dan jiwa kita letih, capai, bukan untuk dakwah. Kita dibuat sibuk dan capai dengan manajemen usaha kita, bangunan sekolah kita, ruang santri pondok kita, mencari peserta didik untuk santri dan sekolah kita, lalu sisa rasa capek dan letih itu baru diberikan pada dakwah.

Kita tidak lagi sibuk memikirkan umat, tapi malah sibuk dengan kemaslahatan kita masing-masing. Ada yang sibuk dengan rencana membangun rumahnya, sekolahnya, pondoknya, usahanya, lalu lupa membangun peradaban umat. Ada yang tidak lagi mencurahkan waktunya untuk dakwah, karena merasa telah habis waktunya untuk kepentingan dirinya.

Ada yang merasa dahulu sudah habis-habisan dan mati-matian dalam dakwah, sehingga sudah waktunya untuk rehat, merasa dakwah saat ini adalah tanggung jawab mereka yang muda-muda. Lupa, bahwa kebaikan diri bukan ditentukan oleh masa lalu, tetapi legacy saat menjemput ajal. Padahal, untuk istiqomah dalam dakwah maka tak ada kata pensiun dalam dakwah.

Lebih celaka lagi, kalau kemaslahatan itu dianggap sebagai telah menjalankan amanah dakwah. Mengajar dianggap telah berdakwah. Mengisi ceramah dianggap telah berdakwah. Mengurusi lembaga pendidikan dan pondok pesantren dianggap telah menunaikan kewajiban dakwah.

Astaghfirullah. Kenapa dakwah ini menjadi yatim? Tak ada yang mengasuhnya? Orang yang kafa'ah menjauh, sementara yang bersemangat bermodal tsaqofah seadanya?

Bukankah, yang punya tsaqofah lebih dituntut untuk berada didepan medan juang dakwah? Oh, apa yang terjadi, jika yang memiliki tsaqofah menarik diri, uzlah dari dakwah, dan nyaman dengan kemaslahatan diri dan bangunan legacy untuk keluarga?

Semoga, Allah SWT melindungi kita semua. Menyelamatkan kita, istiqomah dalam dakwah dan mati dalam keadaan khusnul khatimah. [].

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :