Refleksi 2022, Pengamat Ungkap Kesuksesan Politik Cina di Indonesia - Tinta Media

Sabtu, 14 Januari 2023

Refleksi 2022, Pengamat Ungkap Kesuksesan Politik Cina di Indonesia

Tinta Media - Merefleksi 2022, Pengamat Hubungan Internasional Hasbi Aswar mengungkap keberhasilan diplomasi politik Cina di Indonesia.
 
“Cina sangat agresif, bukan hanya dalam aspek ekonomi, tapi juga dalam banyak hal. Mendekati NU, Muhammadiyah, memberikan beasiswa kepada banyak santri. Terakhir saya lihat buku yang ditulis oleh alumni santri yang belajar di Cina yang menggambarkan Cina itu negara baik. Ini kesuksesan politik Cina di Indonesia,” ungkapnya di acara Diskusi Media Umat: Indonesia Makin Dicengkeram Oligarki dan Semakin Sekuler Radikal, melalui kanal You Tube Media Umat News Ahad (8/1/2023).
 
Para alumni santri  Indonesia yang diberi beasiswa  Cina akhirnya menjadi ‘sales’nya Cina di Indonesia. “Di era Covid-19 kemarin Cina juga memberikan banyak bantuan fasilitas kesehatan kepada ormas-ormas islam,” imbuhnya.
 
Cina lanjutnya juga mendekati partai-partai politik yang menjadi jalan masuk Cina untuk mempengaruhi partai politik yang ada di Indonesia.
 
“Kalau kita lihat di media itu kan ada pertemuan dengan partai-partai besar seperti Nasdem, PDIP, Gerindra, bahkan partai Islam seperti PPP, PKB, PKS. Ada pertemuan Partai Komunis Cina dengan partai-partai di Indonesia,” bebernya.
 
Hasbi menilai Cina akan mengamankan investasinya di Indonesia  yang sudah menyebar ke mana-mana. Salah satu cara untuk mengamankannya dengan memastikan orang-orang yang duduk di kursi-kursi pemerintahan itu orang-orang yang tidak anti Cina.
 
“Ini menurut saya akan menjadi jalan bagi Cina baik secara langsung atau tidak untuk memberikan sponsor kepada politisi-politisi yang akan terlibat pada pemilu tahun mendatang,”duganya.
 
Cara mengamankan aset Cina di Indonesia itu tutur Hasbi juga nampak saat Rizal Ramli yang saat itu menjabat sebagai menteri Koordinator Bidang kemaritiman, menolak reklamasi, tiba-tiba diganti oleh Luhut Binsar Pandjaitan.
 
“Pantai-pantai reklamasi itu sudah diiklankan di Cina. Ahok yang diprediksi akan memimpin Jakarta kalah, disusul aksi-aksi umat Islam yang  kita lihat dampaknya.  Ahok dipenjara, tiba-tiba BPIP  (badan pembinaan ideologi pancasila) dibentuk, radikalisme menjadi darurat nasional, ormas-ormas Islam dibubarkan, tokoh-tokoh Islam dikriminalisasi. Menteri Agama mengeluarkan list penceramah radikal, seolah-olah jagat Indonesia goncang gara-gara Ahok dipenjara. Ujung-ujungnya yang menjadi lawan adalah umat Islam,” urainya.  
 
Peristiwa di atas dinilai oleh Hasbi sangat kental dengan kepentingan Cina di Indonesia. Menurutnya hal serupa bisa saja terjadi di masa yang akan datang.
 
Hasbi memaparkan tulisan orang Malaysia yang mengajar di jepang yang memaparkan kenapa Indonesia lebih memilih investasi Cina dibanding Jepang yang lebih ramah lingkungan.
 
“Salah satu alasannya adalah  elit-elit politik yang bermain di situ atau elit pengusaha yang menjadi pelaksana program di situ yang memang mereka ingin dapat untung dari proses itu semua,” terangnya.
 
Diakhir penuturannya Hasbi mengatakan bahwa pemain-pemain lokal sangat diuntungkan oleh banyaknya kucuran dana dari Cina di Indonesia. “Itu juga akan menjadi salah satu pertimbangan penting bahwa rezim yang akan datang juga tetap akan ramah terhadap investasi Cina,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun
 
 
 
 
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :