Tinta Media - Anies Baswedan berpotensi terkena upaya pembingkaian (framing) politik identitas, radikal radikul. Pola-pola stigmatisasi, hingga mobilisasi politik framing, stigmatisasi biasanya menjadi modus dalam komodifikasi (perubahan fungsi) dengan target untuk mendistorsi opini publik dan memberikan label negatif pada figur yang disasar. Aksi politik tersebut, digelar secara terpola, sistematis, dan sulit dipungkiri adanya rancangan politik tertentu di balik itu.
Partai Nasdem yang mengusung Anies Baswedan tak luput dari framing tersebut, tampak kewalahan menghadapi framing politik tersebut hingga akhirnya menyibukkan Nasdem untuk melakukan pembelaan diri. Misalnya sibuk membela diri atas framing politik identitas, padahal Tidak ada yang salah dengan politik identitas selama disampaikan secara damai, intelektual, adu gagasan, dialektika, tanpa kekerasan dan tanpa pemaksaan. Jika politik identitas dilarang, maka ini akan menjadi paradoks atau pertentangan dengan konstitusi dan peraturan perundang-undangan. Misalnya dalam konteks agama Islam, Islam memiliki ajaran konsep tentang kepemimpinan, pemimpin atau penguasa dan menjalankan pemerintahan. Berdasarkan prinsip _Non-Derogability_ yaitu Negara tidak boleh mengurangi kebebasan beragama atau berkeyakinan dalam keadaan apapun.
Kemudian sibuk membela diri atas framing Anies Baswedan mendukung Khilafah, akhirnya Nasdem sibuk membela diri atas framing tersebut, padahal khilafah adalah bagian dari ajaran Islam yang siapapun tidak boleh melakukan stigmatisasi dan monsterisasi.
Selanjutnya terkait framing Anies Baswedan didukung oleh FPI Dan HTI, akhirnya Nasdem sibuk membela diri bahwa jika Anies Baswedan sebagai Presiden FPI dan HTI tetap dilarang. Padahal FPI dan HTI adalah organisasi dakwah Islam yang damai dan memiliki basis massa besar. Lantas bagaimana cara Nasdem ingin memenangkan pemilu jika sibuk membela diri dan memukul pihak-pihak organisasi dan tokoh tertentu.
Sayangnya pembelaan diri tersebut kemudian memukul pihak-pihak yang bahkan dapat menjadi basis dukungan massa atau masyarakat dalam kontestasi politik. Saya menyebutnya "apologetic defensive".
Sebaiknya Nasdem melawan framing, stigmatisasi politik tersebut harus dilawan dengan cerdas, merangkul semua pihak bukan memukul.
Demikian
IG @chandrapurnairawan
Oleh: Chandra Purna Irawan, S.H., M.H.
Ketua LBH PELITA UMAT dan Mahasiswa Doktoral