Konsisten Dakwah Khilafah Dituding Radikal, PAKTA: Islamofobia Itu Nyata - Tinta Media

Kamis, 12 Januari 2023

Konsisten Dakwah Khilafah Dituding Radikal, PAKTA: Islamofobia Itu Nyata

Tinta Media - Menanggapi tudingan pihak tertentu yang menggolongkan beberapa web Islam ke dalam daftar situs web pro radikal karena konsisten mendakwahkan khilafah sebagai ajaran Islam, Koordinator Pusat Analisis Kebijakan Strategis (PAKTA) Dr. Erwin Permana  mengatakan Islamofobia itu nyata.
 
“Fakta tersebut mengkonfirmasi bahwa Islamofobia itu nyata di negeri ini,” ungkapnya kepada Tinta Media Senin (9/1/2023).
 
Meski dunia sudah mendeklarasikan hari anti Islamofobia, nampaknya di negeri ini  justru tiada hari tanpa Islamofobia. Tentu saja patut disayangkan bagaimana mungkin di negeri mayoritas Muslim ini justru berkembang Islamofobia.
 
“Padahal semua situs web yang disebutkan merupakan media syi’ar yang secara konsisten mendakwahkan Islam dengan argumen yang kokoh dan syar’i. Mereka yang menganut Islamofobia itu justru menuduh tanpa hujjah yang dapat dibenarkan oleh syara,” jelasnya.
 
Erwin justru mengasihani mereka  karena bagaimana mungkin mereka semua itu ciptaan Allah tapi malah menjadikan syariat Islam sebagai pihak tertuduh. “Sungguh berat tanggung jawabnya, segeralah bertobat sebelum terlambat!”
serunya.
 
Khilafah Ajaran Islam
 
Erwin menegaskan bahwa khilafah itu ajaran Islam, bahkan puncak ajaran Islam. Hampir semua hukum Islam yang berkaitan dengan kehidupan sosial tidak dapat dijalankan tanpa Khilafah. “Ketika hukum-hukum tersebut tidak dijalankan akibatnya adalah kerusakan kehidupan sosial kemasyarakatan seperti hari ini. Semua sisi kehidupan kita bermasalah,” bebernya.
 
Bukti khilafah ajaran Islam, kata Erwin,  itu didasarkan pada Al-Qur'an, hadis Nabi, Ijma Sahabat dan Qiyas.  “Semua sumber hukum Islam itu menyinggung tentang kewajiban Khilafah. Hal ini juga dijelaskan di banyak Kitab para ulama besar umat ini,” imbuhnya.
 
Menurut Erwin, syariat Islam baik untuk negeri ini karena alasan empiris, historis maupun dalil syar’i. Secara empiris negeri ini tidak sedang baik-baik saja, persoalan nyaris di seluruh dimensi kehidupan; ekonomi, politik, pendidikan, hukum, korupsi, L68T, kemiskinan akut, stunting.
 
“Bagaimana mengatasi ini semua jika tidak dengan syariat Islam. Apakah percaya dengan Undang-Undang  produk DPR, atau Perppu produk presiden atau aturan siapa yang lebih baik  mengatur negeri ini selain dari aturan dari Allah?” tanyanya retoris.
 
Erwin menjelaskan, Islam itu dibagi dua yakni aqidah dan syari’ah. Dalam hal aqidah tidak ada paksaan untuk mengimani Allah, hanya saja resikonya  nanti di akhirat. Namun dalam hal syariat jika manusia berlepas diri dari syariat maka yang didapati  kesempitan hidup di dunia siapapun mereka, apa pun agamanya. 
 
“Secara historis syariat Islam terbukti melahirkan peradaban manusia yang tinggi dan diakui oleh sejarawan Barat yang di dalamnya hidup manusia dengan beragam suku, bangsa dan agama,” ujarnya meyakinkan.  
 
Sedangkan secara dalil lanjutnya, seperti yang  sudah disinggung sebelumnya, terutama bagi Muslim mestinya tidak ada pilihan aturan hidup selain dari aturan Allah Swt.  Tidak ada jalan hidup selain dari jalan yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. “Ketika mencoba untuk menyelisihinya maka yang muncul adalah kekacauan bukan keteraturan,” tandasnya.
 
Kapitalisme Ancaman Nyata
 
Erwin menilai ancaman nyata negeri ini kapitalisme karena yang dijalankan di negeri ini kapitalisme. “Bagaimana mungkin misalnya menyalahkan Islam padahal bukan Islam yang diterapkan. Berbagai kemerosotan kehidupan yang terjadi dinegeri ini akibat kesalahan sistem kapitalisme,” terangnya.
 
Radikalisme dan terorisme itu sambung Erwin, ciptaan Barat sebagai strategi pecah belah ditubuh umat Islam. Umat Islam dibuat lupa bahwa mereka diperintahkan oleh agamanya untuk bersatu, tidak terpecah belah.
 
“Barat mengerahkan banyak sumberdaya agar umat Islam tidak pernah bersatu. Sebab, mereka faham jika umat Islam bersatu maka mereka akan bangkit.  Jika umat Islam bangkit maka posisi barat akan tergusur dari posisi nomor satu dunia. Umat Islam lah yang akan menjadi umat nomor satu dunia,” ungkapnya.
 
Hal ini menurut Erwin didukung oleh naskah rekomendasi Rand Corporation yang  secara eksplisit memecah umat Ini.
 
“Rand Corporation membagi umat menjadi empat kelompok yakni, Islam  Fundamentalis, Islam Tradisionalis, Islam Modernis dan Islam Sekularis,” bebernya.
 
Islam Fundamentalis jelasnya, adalah kelompok masyarakat Islam yang menolak nilai-nilai demokrasi dan kebudayaan Barat Kontemporer, serta menginginkan formalisasi penerapan Syariat Islam. Islam  Tradisionalis  adalah  kelompok masyarakat Islam Konservatif yang mencurigai modernitas, inovasi dan perubahan. Mereka berpegang kepada substansi ajaran Islam tanpa peduli kepada formalisasinya.
 
“Islam Modernis adalah kelompok masyarakat Islam modern yang ingin reformasi Islam agar sesuai dengan tuntutan zaman, sehingga bisa menjadi bagian dari modernitas. Islam Sekularis adalah  kelompok masyarakat Islam sekuler yang ingin menjadikan Islam sebagai urusan privasi dan dipisah sama sekali dari urusan negara,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
               
 
 
 
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :