Tinta Media - Pemuda merupakan salah satu fase penting dalam kehidupan seseorang. Pemuda dianggap sebagai kekuatan dan aset yang sangat berharga bagi masyarakat, penerus yang akan mewariskan tradisi dan budaya kepada generasi yang akan datang. Mereka diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang positif, dan dianggap sebagai penerus generasi yang memiliki potensi besar untuk membawa perubahan positif dalam masyarakat dan negara. Pemuda dilihat sebagai pemimpin masa depan dan diharapkan memiliki energi, ambisi, dan terlibat aktif dalam masyarakat. Mereka sering terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan budaya dan dilihat sebagai pelopor perubahan sosial dan kemajuan.
Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rentan umur pemuda adalah usia antara 10
hingga 24 tahun. Ini adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa dan
merupakan masa yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan individu. Menurut
Islam, rentan umur pemuda adalah usia antara 12 hingga 18 tahun. Ini adalah
masa di mana anak-anak mulai mengalami perubahan fisik dan emosional yang
signifikan dan mulai memasuki masa transisi ke dewasa. Pada masa ini, anak-anak
mulai memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap diri mereka sendiri dan
masyarakat.
Kerusakan
Pemuda saat ini
Setiap generasi
memiliki masalah dan tantangan yang harus dihadapi, termasuk generasi muda saat
ini. Namun, di era yang serba maju ini, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan generasi muda, salah satunya adalah kerusakan. Kerusakan
generasi muda bisa terjadi karena berbagai alasan, mulai dari faktor eksternal
seperti lingkungan, teman sebaya, dan media sosial, hingga faktor internal
seperti kurangnya pendidikan dan pengaruh negatif dari orang-orang terdekat.
Salah satu
kerusakan yang terjadi pada generasi muda saat ini adalah adanya ketergantungan
terhadap teknologi yang berlebihan. Generasi muda saat ini sangat tergantung
pada ponsel pintar, laptop, dan perangkat lainnya untuk melakukan hampir semua
kegiatan mereka, sehingga mengurangi interaksi sosial mereka secara langsung.
Ini dapat mempengaruhi keterampilan sosial mereka dan menyebabkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
Generasi muda
yang terpengaruh oleh media sosial dan budaya populer yang memberikan tekanan
tersendiri. Mereka sering merasa harus selalu mengikuti tren terkini dan
memiliki kehidupan yang "sempurna" sesuai dengan apa yang mereka
lihat di media sosial, yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri mereka dan
menyebabkan masalah mental.
Generasi muda
yang terlalu sering menggunakan media sosial, tidak hanya akan terpengaruh oleh
informasi yang tidak benar, tapi juga dapat menyebabkan mereka menjadi terlalu
tergantung pada media sosial, sehingga lupa dengan kegiatan-kegiatan yang sebenarnya
penting.
Kualitas
pendidikan yang rendah, di sekolah hanya terjadi tranfrer ilmu dengan mengejar
nilai patokan Dinas. Kurikulum pendidikan yang menjauhkan nilai agama, jauh
dari ajaran agama Islam sehingga tanpa adanya pemahaman bagaimana kehidupan. Guru
disibukkan dengan banyak adminitratif sekolah merubah dari peran mendidik
generasi yang hebat. Guru kehilangan fungsinya yang seharusnya mengajar dan
mendidik, disorientasi dalam dunia pendidikan. Guru yang seharusnya menjadi
sosok yang disegani, dihormati dan mampu memberikan keteladanan bagi murid
seakan-akan sudah tercerabut dari akar tradisi pendidikan.
Gagalnya sistem
pendidikan nasional yang sangat sekular, artinya Pendidikan nasional sangat
memarginalkan peran agama islam dalam seluruh muatan satuan materi Pendidikan.
Berbagai produk kebijakan pendidikan lebih diorientasikan mengejar nilai-nilai
kesuksesan materialisme. Output Pendidikan mulai tingkat dasar sampai
pendidikan tinggi disetting demi mensupport industrialisasi di segala bidang
kehidupan.
Sehingga
orientasi siswa setelah kelulusan hanya bagaimana mendapatkan kerja yang mapan,
materi menjadi poin utama yang akan diperoleh dengan cara apapun. Krisis moral
juga mewabah di kalangan generasi muda, mereka kurang memiliki rasa hormat
kepada orang yang lebih tua, baik itu orang tua sendiri, kalangan guru, dan
juga orang tua lainnya, menganggap tidaklah perlu untuk menghormati dan
menghargai orang lain, terutama orang yang lebih tua. Melawan orang tua, murid
melawan guru, yang lebih parah santri berani melawan ustaznya.
Generasi muda
saat ini memang terlihat sedang mengalami kerusakan yang cukup parah. Hal ini
terlihat dari tingginya tingkat kejahatan, pergaulan bebas, dan kecanduan
terhadap narkoba yang terjadi di kalangan anak muda. Selain itu, banyak juga
anak muda yang terjerumus dalam tindakan kekerasan, baik fisik maupun verbal. Tidak
dapat dipungkiri bahwa faktor-faktor seperti media sosial, film, dan video game
yang tidak sesuai dengan norma dan moral yang seharusnya, serta kurangnya
pengawasan dari orang tua, merupakan salah satu penyebab utama terjadinya
kerusakan tersebut.
Pemuda Islam
Al-Qur'an
menyatakan bahwa Allah SWT menginginkan agar kita melakukan kebajikan dan
menjauhi kemungkaran (QS. Al-Baqarah: 190). Kemungkaran dapat menyebabkan
kerusakan pada diri kita sendiri maupun orang lain, termasuk generasi muda. Al-Qur'an
juga menyatakan bahwa kita harus mengajarkan Al-Qur'an dan menjadi contoh yang
baik bagi orang lain, termasuk generasi muda (QS. Al-Baqarah: 151). Dengan
menjadi contoh yang baik, kita dapat mencegah kerusakan pada diri kita sendiri
maupun orang lain, termasuk generasi muda.
Hadis Nabi
Muhammad SAW menyatakan bahwa "Setiap generasi akan merusak generasi
setelahnya hingga hari kiamat kecuali generasi yang mendapat petunjuk dari
Allah dan memberikan petunjuk kepada generasi setelahnya" (Hadis riwayat
Abu Dawud). Ini menunjukkan hancurnya pemuda beberapa saja akan menimbulkan
dampak kepada pemuda yang lainnya, bahwa kerusakan generasi muda dapat terjadi
jika mereka tidak menerima dan mengikuti petunjuk dari Allah.
Dalam Islam,
generasi muda dianggap sebagai aset yang sangat berharga bagi umat dan
merupakan salah satu kekayaan terbesar yang dimiliki oleh sebuah negara atau
masyarakat. Mereka dianggap sebagai penerus yang akan mewarisi dan
mengembangkan apa yang telah dicapai oleh generasi sebelumnya. Subbanul
Yaumi Rijaalul Ghaad ”, pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Hal ini
disebabkan karena generasi muda merupakan pelaksana dan penerus peradaban dan
pembangunan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, kerusakan generasi muda
merupakan suatu hal yang sangat ditentang oleh ajaran Islam.
Imam Syafi’i
Rahimahullahu dalam baitnya dalam Diwan Syafi’i beliau sebutkan bahwa “jika
pemuda tidak disibukkan dengan takwa dan ilmu maka takbirkanlah empat kali
sebagai tanda kematiannya.” Pemuda yang tidak ada ketaqwan terhadap Allah SWT
dan disibukkkan dengan menuntut ilmu dianggap sudah mati. “Sesungguhnya
eksistensi seorang pemuda adalah dengan ilmu dan takwa. Jika keduanya tidak ada
maka hilanglah eksistensi kepemudaanya” begitu juga tidak akan dianggap
keberadaan nya jika ada ketaqwaan dan ilmu tersebut.
Islam mendidik
Para Pemuda
Rasulullah SAW
sangat konsen dalam mendidik generasi muda menjadikan prioritas utama dalam
mendidik Umat. Dalam fase awal dakwah Mekkah Nabi SAW meprioritaskan mendidik
generasi muda dalam majelis halaqoh dalam kutlah dakwah, membina pola pikir dan
jiwanya dengan aqidah Islam sehingga
menunculkan kepribadian Islam dan mental pejuang bukan pecundang. Akhlak
dijadikan tolak ukur keberhasilannya, sehingga terpancarkan pemuda yang selalu
terikat dengan syari’at dalam segala kehidupan nya, akhlak atau adab dipentingkan
sebelum meraih ilmu. Para Ulama ulama
salafusholih menjadikan perhatian penuh mendidik adab baru kemudian tsaqofah Islamiyah
menumbuhkan genrasi muda yang gemilang pada usia dini.
Rasulullah SAW
mendidik langsung Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, Anas bin Malik dan putra-putra
sahabat yang lainnya dalam pengasuhan di rumahnya dan membersamai sejak dini. Mendapatkan
belaian ilmu dan adab, mengajarkan iman dan Al-Qur'an hingga melahirkan sosok
sahabat yang hebat dan militan. Menggunakan metode mendahulukan adab sebelum
ilmu lalu berproses mendidik iman dan Al-Qur'an. Pendidikan Nabi SAW sederhana, selalu mengaitkan semua
ilmu dengan Al-Qur’an, sehingga belajar ilmu dan iman mereka bertambah dengan
Al-Qur'an tercermin dalam akhlak dan adab.
Keluarga sebagai
sekolah pertama harus memberikan pendidikan dengan tarbiyah islam, menanamkan akhlak yang baik, keluarga harus menanamkan akhlak yang
baik pada anak-anaknya, seperti jujur, tawakal, sabar, dan bersikap adil, menyuruh
kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, menyediakan
pendidikan agama, menanamkan rasa cinta pada Allah SWT, menyediakan contoh yang
baik dan menanamkan rasa tanggung jawab.
Negara hadir
dengan serius bertanggung jawab dalam semua proses pendidikan dengan
menyediakan kurukulum pendidikan Islam, memberikan fasilitas terbaik,
pembiayaan gratis, memberikan pengahrgaan tertinggi terhadap ilmu dan ahlul
ilmi, menyediakan pelayanan sosial yang baik, negara harus menyediakan
pelayanan sosial yang baik bagi generasi muda, seperti bantuan keuangan bagi
yang membutuhkan, layanan konseling, menyediakan lingkungan yang aman, negara
harus menyediakan lingkungan yang aman bagi generasi muda, agar mereka dapat
tumbuh dan berkembang dengan sejahtera. Karena negara sangat memahami bahwa
peradaban islam ditopang dengan tsaqofah islam dan ilmu.
Dengan demikian, sebagai negara, keluarga dan masyarakat muslim, kita harus memperhatikan masalah kerusakan generasi muda saat ini dan bersikap proaktif dalam memecahkannya. Generasi muda merupakan harapan dan masa depan bangsa. Oleh karena itu, kita semua harus bersikap bertanggung jawab dan memperhatikan kebaikan mereka. Kerusakan generasi muda bukan hanya masalah individu, melainkan merupakan masalah masyarakat seluruhnya. Kita semua harus bersikap peduli dan memberikan solusi yang tepat untuk masalah ini. Marilah kita memperhatikan ajaran-ajaran Islam yang sesuai dengan akhlak mulia, sehingga kita dapat menjadi teladan bagi generasi muda dan memberikan pengaruh positif bagi perkembangan mereka.
Sahabat Tinta Media