(Makin banyak perkara yang menjadi viral padahal sama sekali tak berguna bahkan tak bermakna sama sekali)
-Abu Zaid-
Tinta Media - Saya merasa prihatin dengan kondisi hidup kita akhir akhir ini yang makin kacau balau. Mayoritas manusia dipermainkan oleh kata viral. Seolah viral itu kunci sukses. Bahkan untuk perkara perkara yang nyaris tak berguna tak bermakna. Misalnya sekedar seorang yang bernyanyi dangdut dengan bunyi bunyi yang sama sekali tak bermakna. Bahkan sipenyanyi sendiri tidak tahu apa maknanya karena dia membuat bunyi bunyian itu secara asal saja. Sekedar iseng saja. Namun yang semacam itu kemudian viral sangat banyak.
Sesuatu yang remeh temeh kemudian viral disosmed maka akan segera disambut oleh media lain seperti televisi. Maka lahirlah artis dadakan. yang bisa mendapatkan endorse, iklan dll sehingga meraup pundi pundi rupiah begitu besar.
Muncullah fenomena dukun Samsudin dan pesulap merah. Muncul di penyanyi lagi tak bermakna. Muncul artis dadakan CFW dll. Sementara kita, kaum muslimin khususnya, hanya bengong menjadi penikmat ketidakjelasan, ketidakbermaknaan, kekacaubalauan ini. Sementara ribuan persoalan penting membelit kita sampai nyaris tak bisa bernapas tapi kita abaikan semacam kenaikan harga BBM, TDL, perilaku korup dan zholim para pejabat negara, pelecehan terhadap Islam dll yang terus menerus berkejaran menghantam kita hingga kita mati segan hidup pun tak mau.
Padahal Rasulullaah Saw telah mengingatkan hal ini agar kita tak terjebak dalam kekacauan ini.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلاَثًا فَيَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ
“Sesungguhnya Allah meridhai tiga hal dan membenci tiga hal bagi kalian. Dia meridhai kalian untuk menyembah-Nya, dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya, serta berpegang teguhlah kalian dengan tali Allah dan tidak berpecah belah. Dia pun membenci tiga hal bagi kalian, menceritakan sesuatu yang tidak jelas sumbernya, banyak bertanya, dan membuang-buang harta.” (HR. Muslim no. 1715)
Maksudnya adalah perkataan yang tidak ada manfaat. Ini yang sering jadi bahan pembicaraan di warung kopi. Katanya ada berita seperti ini dan seperti itu. Namun asal usulnya tidak jelas.
Sebagaimana dinukil dari Ibnu Battol, Imam Malik berkata,
وَهُوَ الإَكْثَارُ مِنَ الكَلاَمِ وَالإِرْجَافِ، نَحْوُ قَوْلُ النَّاسِ: أَعْطَى فُلاَنٌ كَذَا وَمَنَعَ كَذَا، وَالخَوْضُ فِيْمَا لاَ يَعْنِى
“Banyak bicara dan menyebar berita yang membuat orang ketakutan. Seperti dengan mengatakan, “Si fulan memberi ini dan tidak mendapat ini.” Begitu pula maksudnya adalah menceburkan diri dalam sesuatu yang tidak manfaat.” (Syarh Ibn Battol, 12: 48)
Ibnu Hajar mengatakan bahwa yang dimaksud adalah,
حِكَايَة أَقَاوِيل النَّاس وَالْبَحْث عَنْهَا كَمَا يُقَال قَالَ فُلَان كَذَا وَقِيلَ عَنْهُ كَذَا مِمَّا يُكْرَه حِكَايَته عَنْهُ
“Menceritakan perkataan orang banyak, lalu membahasnya. Juga bisa dikatakan seperti seseorang berkata bahwa si fulan berkata seperti ini atau seperti itu dan sebenarnya hal itu tidak disukai sebagai bahan cerita.” (Fath Al-Bari, 11: 306-307)
Imam Nawawi menyatakan,
الْخَوْض فِي أَخْبَار النَّاس ، وَحِكَايَات مَا لَا يَعْنِي مِنْ أَحْوَالهمْ وَتَصَرُّفَاتهمْ
“Yang dimaksud adalah menceburkan diri dalam berita-berita yang dibicarakan orang, dalam hal yang tidak manfaat yang membicarakan aktivitas atau gerak-gerik orang lain.” (Syarh Shahih Muslim, 12: 11)
Faktanya kita sekarang begitu heboh untuk perkara perkara sepele alias remeh temeh. Bahkan perkara viral yang tak jelas sumbernya. Dan tidak berguna sama sekali. Kemudian energi kita tersedot ke sana begitu besar.
Larangan diatas sama dengan perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meninggalkan hal yang diharamkan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara tanda kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317 dan Ibnu Majah no. 3976. Imam Nawawi menghasankan hadits ini dalam Al-Arba’in An-Nawawiyah)
Yuk kita tinggalkan segala perhatian pada banyak perkara tak berguna bahkan merusak khususnya yang biasa viral akhir akhir ini. Kita fokus pada perjuangan untuk membebaskan manusia dari penjajahan manusia dengan menerapkan Islam kaffah. Wallaahu a'lam.[]
Oleh: Ustaz Abu Zaid
Tabayyun Center