Tinta Media - Kabupaten Bandung telah meraih juara kedua Duta Genre Tingkat Jawa Barat 2022, di Grand Shunshine Soreang, Rabu (21/12/2022). Menurut Kepala Dinas P2KBP3A Kabupaten Bandung, H.M Hairun SH. MH, Duta Genre (GENerasi BeREncana) diharapkan menjadi teladan maupun konselor bagi usia sebayanya, khususnya dalam menyosialisasikan tentang pendewasaan usia pernikahan, kesehatan reproduksi, dan bahaya penyalahgunaan narkoba.
Adanya Duta Genre diharapkan dapat menjadi role model yang baik bagi para remaja dalam membantu pemerintah mempersiapkan generasi muda yang sehat, produktif, dan berkualitas. Hal ini dilakukan, karena remaja saat ini sangat berisiko melakukan seks pranikah, pernikahan dini, dan penyalahgunaan narkoba. Oleh karena itu, diperlukan penanganan untuk kondisi tersebut. Salah satunya, melalui Duta Genre yang fokus menitikberatkan kegiatannya pada promosi pendewasaan usia perkawinan, informasi kesehatan reproduksi remaja melalui pusat informasi dan konseling remaja. (TimesIndonesia, Bandung)
Genre atau GENerasi beREncana merupakan program Pemerintah melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Program ini bertujuan menyiapkan kehidupan berkeluarga yang matang bagi remaja, melalui pemahaman tentang pendewasaan usia pernikahan sehingga mereka mampu melangsungkan jenjang pendidikan secara terencana, berkarier secara terencana, serta menikah dengan penuh perencanaan sesuai siklus kesehatan reproduksi. Program ini juga mengajarkan remaja untuk menjauhi seks pranikah, penundaan pernikahan dini, dan penyalahgunaan napza.
Pemilihan Duta Genre yang diselenggarakan setiap tahunnya di berbagai daerah di Indonesia, diharapkan mampu menjadi figur teladan serta motivator di kalangan remaja yang berperan memberikan informasi kepada generasi muda tentang kesehatan reproduksi, pelarangan seks bebas, dan HIV/AIDS, serta menciptakan remaja bebas narkoba.
Sejauh mana keberhasilan program ini menurut berbagai media yang ada, bahwa angka pernikahan dini di berbagai daerah masih tinggi, bahkan cenderung naik tiap tahunnya, dan itu mayoritas terjadi karena akibat pergaulan bebas alias hamil di luar nikah. Dikutip dari Kumparan.com (10/12/2022), tercatat bahwa ada 1.220.900 perempuan yang melangsungkan pernikahan dini, yaitu ketika usia di bawah 18 tahun.
Kementerian Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) menyatakan, bahwa Indonesia menduduki peringkat kedua dengan negara yang memiliki angka perkawinan anak tertinggi di Asia Tenggara. Begitu juga tentang konsumsi napza pada kalangan remaja di Indonesia, masih terus meningkat. Angka penyalahgunaan narkoba di Indonesia mencapai 3,6 juta pengguna, 70% di antaranya adalah masyarakat dalam usia produktif, yakni 16-65 tahun (BNN, 2022). Fakta ini menunjukkan, bahwa keberadaan Duta Genre tidak mampu menyelesaikan masalah pernikahan dini, seks bebas, dan juga narkoba, seperti yang diharapkan.
Pernikahan dini akibat kasus hamil di luar nikah merupakan hasil dari maraknya seks bebas di kalangan remaja. Artinya, gaya hidup bebas (liberal) dan permisif, tanpa memandang halal-haram suatu perbuatan, merupakan perilaku yang berasas pada paham sekuler, yaitu memisahkan aturan agama dalam kehidupan.
Begitu pun dengan kasus narkoba di kalangan remaja dan pemuda, yang menggambarkan gaya hidup bebas dan hedon, seperti di Barat. Mereka mencari kesenangan yang semu dan sesaat dengan mengonsumsi narkoba. Lemahnya mental remaja atau pemuda dalam menghadapi masalah kehidupan, seringkali diselesaikan dengan cara mengonsumsi narkoba. Remaja bahkan menjadi pasar peredaran narkoba yang menjanjikan, karena mereka ada dalam fase usia yang labil, yang masih senang untuk coba-coba.
Adanya pangsa pasar yang menguntungkan, menjadikan narkoba sebagai bisnis yang menggiurkan, hingga dikendalikan oleh mafia kelas dunia. Asas manfaat yang melandasi hadirnya bisnis haram ini dalam penerapan sistem kapitalisme sekularisme di dunia, menjadikan bisnis ini tetap eksis, bahkan semakin menggurita, walaupun telah nyata memberi kerusakan di seluruh dunia.
Telah jelas, remaja menjadi korban dari bobrok, rusak, dan bahayanya sistem kapitalisme-sekularisme. Sistem ini menjadikan remaja yang ada dalam usia produktif justru menjadi generasi lemah. Kalaupun ada di antara mereka yang berprestasi, baik dalam prestasi intelektual maupun materi yang berorientasi dunia, tetapi di saat yang sama mereka mengalami dekadensi moral, semisal seks bebas dan narkoba, bahkan tak jarang terjerumus kepada kriminalitas.
Keberadaan duta-duta, semisal Duta GenRe hanyalah simbol yang tidak ada artinya, sekadar solusi pragmatis yang sama sekali tidak memecahkan masalah. Selain itu, ini merupakan bentuk pelemahan terhadap peran remaja sesungguhnya, yaitu sebagai agen perubahan.
Remaja muslim pada khususnya, haruslah kembali membentuk jati dirinya sebagai generasi penerus umat Islam. Melalui peran sebagai agen perubahan bagi tegaknya peradaban Islam rahmatan lil'alamin, apalagi Indonesia sebagai negeri yang mayoritas beragama Islam, para remaja Islam seharusnya dibentuk sebagai kader pengemban dakwah melalui aktivitas pembinaan, seperti yang dilakukan oleh Rasulullah saw. dalam dakwah Islam di Mekkah.
Rasulullah saw. telah membina sekitar empat puluh pemuda di rumah Arqam bin Abi Arqam. Beliau memahamkan mereka tentang Islam, mengajak mereka untuk menghafal ayat-ayat Qur'an yang turun, selain juga mengajak mereka untuk bersama-sama melakukan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, melalui tahajud bersama, memahamkan mereka tentang kesabaran, keistiqamahan, ketawakalan, dan sebagainya.
Tatsqif (pembinaan) ini dilakukan dalam bentuk sebuah kutlah (kelompok) sahabat, yang berdakwah bersama Rasulullah saw. di kemudian hari. Kepribadian Islam yang terbentuk dalam pembinaan itu, menjadikan mereka memiliki pola pikir dan pola sikap Islam yang kokoh, yang menjadi bekal untuk mereka menjadi pengemban dakwah.
Hal itu pula yang harus disiapkan pada para remaja Islam hari ini, oleh sebuah kutlah (kelompok) yang sahih, untuk melakukan dakwah berjama'ah yang telah diperintahkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik." (TQS. Al Imran [3]: 110)
Istikamah dalam mengikuti tahapan-tahapan dakwah Rasulullah saw. insyaallah akan dapat menghantarkan kepada perubahan masyarakat, menuju tegaknya Syariat Islam secara kaffah, yang dapat menjadi solusi dalam seluruh permasalahan manusia, termasuk masalah para remajanya. Bahkan, penerapan syariat Islam akan mampu membentuk profil generasi muda khairu ummah (umat terbaik) sebagaimana yang telah Allah sifati dalam Qur'an surat Ali Imran;110.
Hal inilah yang tampak di awal Rasulullah saw. menerapkan Islam di Madinah, hingga abad-abad berikutnya, yaitu lahirnya para remaja Islam yang mampu membangkitkan umat dalam berbagai aspek, semisal:
Usamah bin Zaid (18 tahun). Ia mampu memimpin para anggotanya untuk menghadapi pasukan terbesar dan terkuat pada masa itu. Anggotanya adalah para pembesar sahabat (Abu Bakar dan Umar).
Saad bin Abu Waqqash (17 tahun). Untuk yang pertama kalinya, ia mampu melontarkan anak panah di jalan Allah. Dikabarkan ia termasuk dari enam orang ahlus syura.
Al Arqam bin Abil Arqam (16 tahun). Ia menjadikan rumahnya sebagai dakwah Rasulullah saw. selama 13 tahun berturut-turut.
Zubair bin Awwam (15 tahun). Ia menghunuskan pedang di jalan Allah Swt. dan diakui oleh Rasulullah saw. sebagai hawarinya.
Zaid bin Tsabit (13 tahun). Ia sebagai penulis wahyu. Dalam 17 malam ia mampu menguasai bahasa Suryani, sehingga dijadikan penerjemah Rasulullah saw. Beliau juga hafal kitabullah dan ikut serta dalam kodifikasi Al-Qur'an.
Atab bin Usaid (18 tahun). Rasulullah saw. mengangkat Atab bin Usaid sebagai gubernur Makkah.
Mu’adz bin Amr bin Jamuh (13 tahun). Beserta Mu’awwidz bin ‘Afra (14 tahun), mereka membunuh Abu Jahal ketika perang Badar. Saat itu, Abu Jahal adalah seorang jenderal kaum musyrikin.
Thalhah bin Ubaidullah (16 tahun). Ia merupakan orang Arab yang paling mulia, bahkan beliau berbaiat untuk mati demi Rasulullah saw. pada perang Uhud. Beliau juga rela dirinya dijadikan sebagai tameng bagi Nabi saw.
Muhammad Al Fatih (22 tahun). Ia mampu menaklukkan Konstatinopel, ibu kota Byzantium.
Abdurrahman An Nashir (21 tahun), ketika masanya, Andalusia mencapai puncak keemasan. Dia mampu menganulir berbagai pertikaian dan membuat kebangkitan sains yang tiada duanya.
Muhammad Al Qasim (17 tahun), menaklukan India sebagai seorang jenderal agung pada masanya.
Mush'ab bin Umair, ia menjadi duta Islam muda pertama utusan Rasulullah saw. ke Madinah untuk mengajarkan agama Islam kepada orang-orang Anshar. Ia juga mempersiapkan kota Madinah untuk menyambut hijrah Rasulullah saw. sebagai peristiwa besar.
WalLaahu a'lam bi ash-shawwab.
Oleh: Nia Kurniasari
Sahabat Tinta Media