Tinta Media - Merespons dan menyikapi terkait peristiwa bentrok pekerja di PT Gunbuster Nickel Industry (PT GNI) Morowali Utara, Pengamat Politik Dr. M. Riyan, M.Ag. menilai, sikap pemerintah terlihat tak serius mengatasi persoalan yang mendasarinya.
“Saya melihat belum ada keseriusan pemerintah dalam konteks pangkal masalah (PT GNI Morowali) itu, yakni terkait dengan transparansi. Pokoknya yang penting diredam dulu,” tuturnya dalam Rubrik Catatan Peradaban: Ada Apa di Balik Bentrok Pekerja PT GNI? Kamis (19/1/2023), di kanal Youtube Peradaban Islam ID.
Ia mengatakan adanya kecenderungan atas berbagai berita terakhir itu justru terlihat ada upaya untuk meredam aspirasi yang sebenarnya. “Menurut saya, ini bukan sesuatu yang semestinya harus ditutup-tutupi karena memang nanti ada sisi yang sebenarnya perlu untuk kita dorong atau pemerintah sendiri, tentang apa sebenarnya yang terjadi dan keadaan sesungguhnya dari kasus pertambangan di Morowali Utara,” katanya.
Ada banyak isu dalam peristiwa tersebut, yakni terkait masalah ketidakadilan, terkait antara hak dan kewajiban (pekerjaan tenaga kerja asing dan tenaga kerja lokal), ada persoalan sisi-sisi ekonomi, persoalan lingkungan. Dan inilah pola umum dari semua pertambangan di Indonesia. Ia mempertanyakan permasalahan sebenarnya dari bentrok pekerja di PT GNI Morowali tersebut. “Apa sebenarnya yang kita dapat (dalam bahasa besarnya) itu terkait dengan tambang nikel ini? Karena nanti ada sekian banyak hal yang kemudian mengiringi isu-isu tadi,” tanyanya.
Menurutnya, pemerintah tidak berani membuka permasalahan sebenarnya yang terjadi. “Ini dianggapnya mungkin kalau dalam konteks manajemen sebagai kontrol damage saja. Pokoknya yang penting diredam dulu,” tuturnya.
Ia menguraikan sisi fakta dan analisis secara makro dan mikro terkait permasalahan yang terjadi dalam peristiwa tersebut.
“Dari sisi fakta yang terjadi, kita bisa melihat bahwa apa yang terjadi tidak berdiri sendiri. Ada dua versi yang sementara kita simpulkan, yang nantinya menjadi pegangan kita mana yang lebih kuat,” ujarnya.
Pertama, fakta yang dikirim oleh PT GNI atau Gunbuster Nickel Industry ini dikelola oleh Cina menegaskan dalam rilisnya, Selasa (17/1) bahwa kejadian pemukulan atau penganiayaan oleh tenaga kerja asing asal Cina terhadap tenaga kerja lokal itu tidak benar.
“Dia menyebutkan intinya aksi demonstrasi yang berakhir tanggal 15 Januari itu melibatkan dua orang korban jiwa, masing-masing satu WNI dan 1 WNA Cina, dan keduanya adalah tenaga kontrak di PT GNI,” bebernya.
PT GNI mengklaim bahwa korban tersebut terjadi karena ada suatu kondisi demonstrasi besar. Dan saat ini pihak PT GNI disebutkan tengah mengadakan investigasi mendalam tentang persoalan tersebut. Tetapi pernyataan ini terlihat semacam upaya untuk meredam situasi saja.
“Karena mereka sendiri telah berkoordinasi dengan para pihak mulai dari keamanan, polisi, pemerintahan setempat, dan seterusnya,” tuturnya.
Kedua, fakta yang disebutkan oleh Ketua Dewan Perwakilan Cabang (DPC) Serikat Pekerja Nasional (SPN) Morowali dan Morowali Utara, Katsaing, membeberkan bahwa yang terjadi bukan demonstrasi semata-mata tetapi para tenaga kerja asing Cina itu menyerang terlebih dahulu. Ia menyampaikan versinya tadi bahwa sebelum terjadi peristiwa tanggal 15 Januari itu sebenarnya para pekerja lokal sudah melakukan berbagai aksi.
“Sejak tanggal 22-24 September 2022, tenaga kerja lokal menuntut tentang hak-hak yang mereka perjuangan. Saat itu tidak ada kerusuhan karena tenaga kerja asing Cina tidak melakukan upaya yang bisa memicu,” bebernya.
Pada intinya ada langkah mediasi dan perundingan tapi berakhir dengan buntu. Baik dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota, ataupun Bupati/Wakil Bupati Morowali Utara.
“Intinya Pemerintah Daerah tidak bisa mengambil keputusan terkait dengan persoalan yang dituntut oleh Serikat Pekerja sehingga muncul upaya untuk mogok kerja antara tanggal 11-14 Januari tetapi kemudian justru mereka diserang oleh tenaga kerja asing dari Cina,” katanya.
Pihak SPN menyatakan bahwa jika tidak terjadi penyerangan oleh tenaga kerja asing Cina maka tidak akan terjadi kerusuhan yang menewaskan tenaga kerja lokal dan tenaga kerja asing Cina.
Dari sisi analisis secara makro dan mikro berdasarkan berbagai sumber menurutnya seperti api dalam sekam, dari fakta sebenarnya ada semacam puncak gunung es.
“Kelihatan hasil akhir tidak ada penjelasan, sebelumnya dilakukan berbagai upaya secara damai, tidak ada masalah tetapi sekarang muncul masalah. Inilah yang harus dianalisis lebih jauh secara makro dan mikro,” ungkapnya.
Menurut Dr. Riyan, ada sesuatu yang jauh lebih besar dan terbagi secara spesifik untuk kasus di Morowali Utara sendiri maupun secara lebih umum untuk kasus-kasus lainnya (kasus pertambangan) di Indonesia. [] Ageng Kartika