Tinta Media - Pengasuh Kajian Mutiara Ummat Ustazah L. Nur Salamah menjelaskan tentang mengagungkan (takzim) terhadap ilmu dan ahli ilmu.
"Ketahuilah bahwa seorang penuntut ilmu tidak akan memperoleh ilmu, dan tidak dapat mengambil manfaat dari ilmu, kecuali dengan mengagungkan, memuliakan, atau menghormati ilmu dan para ahlinya dan menghormati para ustaz atau guru," tegasnya pada kajian Kitab Adab Ta'limu Al Muta'alim Thoriqotu Ta'lum, Selasa (29/11/2022).
Ia menjelaskan beberapa contoh dalam menghormati ilmu. "Beberapa contoh memuliakan ilmu salah satunya dengan tidak meletakan buku sembarangan, tidak sejajar dengan kaki ataupun bokong. Begitu pun dalam menyentuh kitab suci Al-Quran, diharuskan berwudhu dan membawanya dengan hati-hati sebagai tanda memuliakan kalam Allah," bebernya.
Dalam menghormati guru, bukan diilustrasikan seperti penghormatan saat upacara. Penghormatan atau memuliakan guru juga dengan memuliakan keluarganya. Contoh paling dekat dengan bertegur sapa yang santun kepada anak-anaknya.
"Seseorang tidak akan sampai pada suatu tujuan kecuali dengan penghormatan, dan tidak akan terjatuh atau gagal kecuali dengan meninggalkan sikap penghormatan," ungkapnya.
Ia juga mengajak agar para penuntut ilmu senantiasa menjaga sikap dan adab, berusaha menjadi orang yang lebih baik lagi agar tidak gagal dalam menuntut ilmu.
"Tidak sedikit ditemui kegagalan para penuntut ilmu. Baik santri maupun pengajar karena tidak belajar bagaimana cara memuliakan ilmu dan adab-adab dalam menuntut ilmu. Sistem kehidupan hari ini yakni kapitalisme sekuler membuat orientasi pendidikan adalah bisnis," ujarnya.
Fakta yang sering ditemukan di lapangan salah satunya menjadikan buku sebagai lahan bisnis. Hampir setiap bulan para siswa atau santri diwajibkan membeli buku bacaan baru, padahal materi dalam buku yang lama belum tuntas dipelajari sudah diwajibkan membeli buku baru. Alhasil buku yang menumpuk berujung dijual ke pemulung.
"Kemudian dikatakan, penghormatan itu lebih baik dari pada taat. Artinya orang yang hormat pasti taat, karena ada guru atau tidak adanya guru dihadapannya ia senantiasa menjaga adab-adabnya," tegasnya.
"Tidaklah kamu melihat bahwa seseorang tidak kafir hanya dengan kemaksiatan, dan sesungguhnya seseorang dapat kafir dengan meninggalkan penghormatan," ungkapnya.
Menurutnya, seseorang dikatakan kafir bahkan bisa terkategori murtad ketika meninggalkan penghormatan, misalnya berani menistakan Al-Quran, melecehkan para nabi dan ulama, serta merendahkan Islam. "Jika ada institusi sebuah negara Islam maka pelaku penista agam harus dipenggal kepalanya," tegasnya.
"Ali bin Abi Thalib berkata, " Aku adalah hamba atau budak bagi orang yang mengajariku satu huruf, jika mau ia boleh menjualku, dan jika mau ia membebaskanku. Perkataan Ali bin Abi Thalib menunjukkan penghormatannya yang luar biasa kepada gurunya. Ia memasrahkan dirinya karena ingin menjadi penuntut ilmu yang berhasil dan membawa keberkahan. Tidak ada istilah mantan guru sekali pun hanya mengajarkan satu hadist atau satu huruf sekalipun," pungkasnya. [] Reni Adelina/Nai