Tinta Media - Pengurus Majelis Baitul Qur’an, Tapin, Guru Luthfi Hidayat mengingatkan makna dari Tafsir Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 148 agar umat Islam segera berlomba-lomba melakukan kebaikan, khususnya dalam mengerjakan ibadah shalat.
“Ayat ini mengingatkan kepada kita untuk segera berlomba-lomba melakukan kebaikan, khususnya dalam mengerjakan ibadah shalat,” tuturnya dalam Kajian Jum’at Bersama Al-Qur’an: Berlomba-lomba Melakukan Kebaikan, Jum’at (16/12/2022), di kanal Youtube Majelis Baitul Qur’an.
Ia menegaskan peringatan dari Rasulullah akibat dari lalai melakukan kebaikan, terutama dalam menyegerakan ibadah shalat.
“Jika kita lalai, tidak bersegera, maka Rasulullah mengingatkan itu artinya kita kehilangan sesuatu yang lebih berharga dari keluarga dan harta,” tegasnya.
Sebagaimana yang terkandung dalam suatu pendapat, yakni mengatakan bahwa yang tertulis pada ayat ini secara tersirat darinya adalah bersegera dalam melaksanakan shalat pada awal waktunya.
Pada hadist lain yang diriwayatkan oleh Imam Ad-Daraquthni dan Abu Hurairah menyebutkan, Rasullah Saw. bersabda bahwa jika salah seorang dari kalian melaksanakan shalat tepat pada waktunya, namun ia tidak mengerjakannya di awal waktu, maka sesungguhnya ia telah kehilangan sesuatu yang lebih baik dari keluarga dan harta yang dimilikinya.
“Diriwayatkan pula oleh imam Ad-Daraquthni dari Ibnu Umar mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda bahwa sebaik-baik perbuatan adalah shalat pada awal waktunya,” urainya.
Firman Allah Swt.:
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَ لِّيها فَا سْتَبِقُوا الْخيَرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَهُ جَمِعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(١٤٨)
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kalian (dalam berbuat kebaikan). Di mana saja kalian berada pasti Allah akan mengumpulkan kalian (pada hari kiamat) semuanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (TQS. Al-Baqarah [2]: 148)
Ia menguraikan tafsir dari ayat yang mulia ini.
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَ لِّيها
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Menurut Imam Al Qurthubi telah dijelaskan dalam Tafsir beliau Al Jaami’ li Ahkamil Qur’an.
“Bahwa kata وِجْهَةٌ pada ayat ini asal tashrifnya adalah فِعْلَةٌ
Yang artinya adalah arah. Sama artinya dengan kata الْجَهْةُ
dan الوَجْهُ sedangkan pada ayat ini maknanya adalah kiblat, yakni tempat mengarahkan wajah ketika shalat,” ujarnya.
Sementara menurut Abu al-Aliyah mengatakan bahwa orang-orang Yahudi mempunyai kiblat tersendiri dan orang-orang Nasrani pun mempunyai kiblat tersendiri. Dan Allah Ta ’ala telah memberikan petunjuk kepada kalian (umat Islam) yang memiliki keyakinan untuk menghadap ke kiblat yang sebenarnya. Hal senada juga diriwayatkan dari Mujahid, Atha’, adh-Dhahhak, Rabi’ bin Anas, dan as-Suddi.
“Dalam riwayat yang lain, Mujahid dan Hasan al-Bashri mengatakan semua kaum telah diperintahkan untuk mengerjakan shalat dengan menghadap ke Ka’bah,” bebernya.
Kalimat berikutnya dalam ayat ini menyatakan:
فَا سْتَبِقُوا الْخيَرَاتِ
Maka berlomba-lombalah kalian (dalam berbuat) kebaikan.
Ia menjelaskan pendapat dari Imam Al-Qurthubi bahwa kalimat ini huruf jar (ila) dihilangkan, semestinya kalimat lengkapnya adalah
فَا سْتَبِقُوا إلىاالْخيَرَاتِ
“Yakni bersegeralah (kalian) melakukan segala yang diperintahkan oleh Allah Swt., yang dalam hal ini adalah menghadap ke Masjidil Haram, dan umumnya segala bentuk ketaatan kepada-Nya,” jelasnya.
Ia mengungkapkan sebuah hadist dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasa’i bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Perumpamaan orang yang paling bersegera melaksanakan shalatnya adalah seperti seorang yang berkurban seekor unta. Kemudian perumpamaan orang yang (melakukan shalat) setelahnya adalah seperti seorang yang berkurban seekor sapi. Kemudian perumpamaan orang yang (melakukan shalat) setelahnya adalah seperti seorang yang berkurban seekor domba. Kemudian perumpamaan orang yang (melakukan shalat) setelahnya adalah seperti orang yang berkurban sebutir telur.
Ia melanjutkan kalimat berikutnya dari ayat ini adalah:
أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَهُ جَمِعًا
Di mana saja kalian berada pasti Allah akan mengumpulkan kalian (pada hari kiamat) semuanya.
“Imam Muhammad Ali Ash Shabhuni menjelaskan artinya di mana pun kalian (umat Islam) berada, baik di bagian bumi yang paling dalam atau dipuncak gunung, niscaya Allah akan mengumpulkan kalian untuk dihisab, dipisahkan antara yang hak dan yang bathil,” lanjutnya.
Dan ia mengungkapkan kalimat terakhir dari ayat mulia ini,
إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
“Allah Swt. Maha Kuasa untuk mengumpulkan kalian yang berada di bumi meskipun tubuh dan raga kalian terpisah-pisah,” ungkapnya.
Terakhir ia mengingatkan kembali kepada umat manusia di dunia tentang hari akhir nanti di mana manusia akan diminta pertanggungjawaban atas segala amal yang dijalaninya selama di dunia.
“Jangan lupa di mana pun manusia di dunia berada, niscaya ia akan dikumpulkan Allah di hari akhir nanti untuk diminta tanggung jawab atas segala amal yang dia jalani di dunia,” pungkasnya. [] Ageng Kartika