Tinta Media - Menanggapi adanya Tokoh yang menyarankan agar pemerintah lebih agresif menyebarkan Islam Nusantara jelang pemilu 2024, Pengasuh Majelis Taklim Al-Mustanir Probolinggo Gus Tuhu menduga hal tersebut terjangkit penyakit islamofobia akut.
“Jika dugaan ini benar, berarti mereka terjangkit penyakit Islamofobia yang akut,” tuturnya kepada Tinta Media, Jumat (2/12/2022).
Karena menurutnya, tidak ada hubungannya Islam Nusantara dengan pemilu, yang ada hanya munculnya ketakutan dari sejumlah kalangan kandidat Presiden, bakal ada yang menggunakan identitas Islam untuk meraih dukungan.
“Maka mereka ramai-ramai memunculkan slogan 'jangan gunakan politik identitas'. Mereka membenci semangat dan sentimen Islam muncul di permukaan. Dengan ide Islam Nusantara dianggap akan bisa membelokkan semangat dan sentimen keislaman tersebut,” jelasnya.
Pengasuh Majelis Taklim Al-Mustanir Probolinggo ini melanjutkan, Islam Nusantara adalah istilah baru mengada-ada untuk membelokkan Umat dari gambaran hakikat universalitas Islam, membelokkan kerahmatan Islam bagi seluruh alam, bersifat lokal pada Islam, hakikatnya menggiring Islam ke dalam fakta sempit kedaerahan.
“Ini sangat berbahaya, mengapa? Sebab hal ini akan merubah fakta Islam, sama saja dengan merubah agama Islam. Lalu diada-adakan pula gambaran tentang Islam Nusantara sebagai Islam khas ala Indonesia, gabungan nilai Islam teologis dengan nilai-nilai tradisi lokal, budaya, adat istiadat di tanah air. Jelas sekali dalam hal ini bukan Islam yang menjadi tolok ukur melainkan budaya lokal,” bebernya.
Dengan adanya Istilah Islam Nusantara, katanya, Islam mengharuskan sesuai adat istiadat lokal, sangat berbahaya bagi Umat dan jahat karena memoles Islam sedemikian rupa seolah-olah melahirkan semangat keislaman yang damai, toleran dan lebih manusiawi dibanding Islam di luar Nusantara.
“Tentu saja hal ini tidak benar, ide sesat ini tidak akan pernah melahirkan kebaikan karena pada hakikatnya ide ini adalah racun pemikiran Barat sebagai kelanjutan dari nasionalisme sempit. Ini adalah rekayasa Barat untuk membenturkan atau mengadu domba antar kaum muslimin,” tegasnya.
“Contoh kecil, mereka yang terpengaruh dengan ide Islam Nusantara ini akan membenci dari saudara mereka kaum muslimin yang "berpenampilan" ke arab-araban karena Arab bukan nusantara. Hal kecil seperti ini saja sudah menunjukkan fakta bahwa ide ini tidak mungkin melahirkan perdamaian,” tambahnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, Umat Islam harus sadar dan disadarkan bahwa hendaknya tidak boleh jatuh pada kesalahan berbahaya dengan mengikuti ide sesat apapun yang berasal dari Barat, yang hanya akan memecah belah umat.
“Umat Islam harus faham dan difahamkan bahwa Islam yang hakiki adalah Islam yang berasal dari Nabi saw bukan rekayasa manusia manapun. Islam yang berasal dari Nabi saw adalah Islam yang berlandaskan kitab suci Al Quran dan Hadits Rasul saw, bukan ujaran manusia manapun,” lanjutnya.
“Ajaran Islam yang murni sajalah yang akan melahirkan kebaikan, keadilan dan perdamaian hakiki bagi umat manusia di seluruh dunia” pungkasnya.[] Lukman Indra Bayu