Tinta Media - Pemilihan rektor UIN Jakarta oleh Menag sendiri tanpa melibatkan senat dinilai Direktur Siyasah Institute Iwan Januar
sebagai tanda matinya independensi kampus. "Keputusan Menteri Agama
menunjuk rektor UIN Jakarta menandakan matinya independensi kampus dan dunia
akademik," tuturnya kepada Tintamedia.web.id, Rabu (23/11/2022).
Karena dengan ini, kata Iwan, negara sudah
melakukan intervensi untuk berbagai kepentingan politik golongan atau pun
identitas. "Kalau pihak kampus menerima, berarti memang kampus itu
melakukan bunuh diri akademik dan menunjukkan sikap tidak netral dalam
politik," tegasnya.
Iwan mengatakan, sejak era kepemimpinan
Jokowi dunia kampus sudah kehilangan sikap idealis akademisnya. Para guru
besar, akademisi, juga mahasiswa tidak banyak yang mengkritisi kebijakan absurd
pemerintah, baik dalam bidang ekonomi, politik dan keagamaan.
"Dunia kampus kalau bungkam malah
justru menjadi kaki tangan rezim, ikut-ikutan membungkam suara kritis mahasiswa
dan dosen. Mati sudah mimbar kritis akademik. Ketajaman dunia akademik hanya di
atas kertas, bukan untuk mengawal dan meluruskan kebijakan pemerintah,"
ujarnya.
Soal kementerian agama, menurutnya, publik
sudah melihat tidak pernah netral dan berdiri untuk semua pihak. "Menag
mengatakan dia menteri untuk semua agama tapi lebih sering merusuhi agama
Islam, agamanya sendiri. Belum pernah kita dengar Menag mengomentari agama
selain Islam seperti dia merusuhi agama Islam," ungkapnya.
Selain itu, Iwan mengkhawatirkan Kemenag
hanya mengakomodir kepentingan kelompok tertentu, yang sejalan, yang
sepemikiran dan yang sealiran. "Padahal pemerintah sering
mendengang-dengungkan kebhinnekaan. Ironi," pungkasnya.[] Achmad Mu'it