Refleksi 2022 dan Outlook 2023, Dr. Erwin: Tahun Ini Ekonomi Destruktif, Tahun Depan Hadapi Resesi - Tinta Media

Sabtu, 24 Desember 2022

Refleksi 2022 dan Outlook 2023, Dr. Erwin: Tahun Ini Ekonomi Destruktif, Tahun Depan Hadapi Resesi

Tinta Media - Pengamat Kebijakan Publik Dr. Erwin Permana mengungkapkan tahun ini ekonomi kapitalisme dan liberalisme semakin menjadi-jadi, cenderung destruktif dan memperkirakan 2023 dunia akan dihadapkan pada resesi ekonomi.

"Refleksi tahun 2022, kapitalisme dan liberalisme semakin menjadi-jadi, kita sudah dihadapkan pada berbagai macam perekonomian yang bersifat destruktif dan 2023 perekonomian tidak akan baik-baik saja akan terjadi resesi di seluruh penjuru dunia," ungkapnya dalam Kajian Ekonomi Islam: Refleksi 2022 dan Outlook 2023 melalui kanal Youtube Khilafah Channel Reborn, Ahad (18/12/2022).

Menurutnya, dalam penelitian leading index, tahun 2019 sudah menunjukkan penurunan ekonomi di berbagai macam negara dan diprediksi akan terjadi krisis tahun 2020.
 
"Penelitian leading index menunjukkan bahwa ekonomi pada tahun 2020 itu akan mengalami penurunan ditambah pandemi covid yang menghentikan seluruh pergerakan manusia," tuturnya.

Setelah pandemi terlewati, pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan dari tahun 2021 sampai 2022 pada kuartal ketiga, tapi tidak dirasakan secara merata oleh semua lapisan masyarakat. "Terjadi pertumbuhan ekonomi sekitar 5,5 sampai 5,7%, yang paling signifikan adalah sektor transportasi dan pergudangan, tapi yang diuntungkan hanya satu persen dari para kapitalis dan para agen kapitalis dalam lingkaran kekuasaan," ungkapnya. 

Ia melihat ketimpangan terjadi antara yang kaya dan miskin semakin lebar. "Ketimpangannya sangat mengerikan, kalaupun ada pertumbuhan maka itu dinikmati oleh para kapitalis," ungkapnya.

Menurutnya, Sri Mulyani pernah merilis bahwa kekayaan empat orang di Indonesia setara dengan 100 juta penduduk, tiga 
orang terkaya menguasai 70 persen penduduk Indonesia.

Dr. Erwin menjelaskan karakter pertumbuhan ekonomi yang berkualitas mencakup tiga karakter, yaitu harus mengentaskan kemiskinan, menyerap lapangan kerja, dan menghasilkan pemerataan pendapatan.

"Fakta yang terjadi sebaliknya, kapitalisme dan neoliberalisme menjadikan jumlah kemiskinan di Indonesia sangat besar, lebih dari 50 persen dari jumlah penduduk, pengangguran mencapai 10 juta jiwa, PHK karyawan meningkatkan pengangguran (2 sampai 5,86 juta orang), utang negara terus membesar mencapai 800 triliun per tahun yang harus dibayarkan, impor semakin masif, liberalisasi dan swastanisasi semakin menggila, korupsi semakin menjadi-jadi, pajak semakin memberatkan dan memalak masyarakat kecil, subsidi BBM dihapuskan," ungkapnya.

Menurutnya, krisis energi akibat perang Rusia Ukraina, resesi dan inflasi di berbagai belahan dunia harus diketahui akar penyebabnya untuk diberikan solusi tuntas.

"Akar masalah Resesi global setidaknya ada 4 persoalan, pertama pondasi ekonomi pembangunan berbasis hutang ribawi, kedua sistem moneter akhirnya muncul mata uang kuat dan mata uang lemah, ketiga berkembangnya sektor ekonomi non real dan keempat adalah swastanisasi atau penguasaan sumber daya alam oleh beberapa oknum tertentu," ungkapnya.

Islam

Menurut Dr. Erwin, sistem ekonomi Islam menutup empat celah yang akan menimbulkan badai ekonomi yang akan merusak ekonomi sehingga ekonomi itu nggak seperti roler coaster.

Pengaturan sistem ekonomi Islam, katanya  meliputi landasan pembangunan ekonomi Islam yakni akidah Islam yang mengharamkan ekonomi berbasis riba dan utang riba, mengharamkan perkembangan sektor pasar saham dan segala macamnya.

"Sistem perdagangan internasional berbasis uang emas dan perak, penerapan politik ekonomi Islam melalui pemenuhan kebutuhan pokok tiap-tiap individu masyarakat suatu negara sekaligus mendorong untuk terpenuhinya kebutuhan sekunder, pengaturan kepemilikan," pungkasnya.[] Evi
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :