Tinta Media - Bahagia sekali rasanya, pada Selasa (20/12) yang lalu penulis berkumpul bersama para pejuang Khilafah di Solo. Pasca sidang bela Gus Nur, penulis diminta untuk berbagi pengalaman bagaimana menjadi pengemban dakwah yang berani dan cerdas.
Ala kuli hal, kalau mendiskusikan nomenklatur 'Cerdas dan Berani', penulis jadi teringat dengan Bang Eggi Sudjana. Bang Eggi memiliki Channel Youtube dengan tagline 'Berani, Cerdas, Militan'.
Dalam banyak kesempatan, penulis membersamai perjuangan advokasi hukum bersama Bang Eggi. Penulis akui, tagline 'Cerdas, Berani, Militan' memang ada pada sosok Bang Egggi, sosok advokat Pejuang yang sudah berstatus kakek ini bisa penulis beri predikat 'Cerdas, Berani, Militan'.
Kembali ke soal perjuangan untuk para pengemban dakwah, para pejuang Khilafah. Penulis, selalu menekankan bahwa 'Pride' atau kebanggaan kita hidup bukan terletak pada harta, pangkat, kedudukan, profesi, atau atribut dunia lainnya. Kebanggaan kita adalah menjadi pengemban dakwah, menjadi pejuang Khilafah.
Jangan sampai, kita merasa bangga atau minder karena dunia. Misalnya, kita merasa bangga dengan kekayaan kita, atau merasa minder dengan kemiskinan kita.
Kita merasa bangga dengan profesi dan kedudukan kita, sekaligus minder dengan status sosial kita. Kita berbangga-bangga sekaligus minder karena rumah dan kendaraan kita. Kita berbangga-bangga sekaligus minder karena banyaknya anak atau tidak memiliki anak.
Kita harus sadar, poros hidup kita adalah dakwah. Yang membuat kita mulia adalah dakwah. Yang menjadi pusat perhatian kita adalah dakwah. Yang menjadi prioritas hidup kita adalah dakwah.
Jangan sampai, kita bangga dengan harta kita, tapi minder dengan dakwah kita. kita bangga dengan profesi kita, tapi minder dengan dakwah kita. kita bangga dengan usaha dan status kita, tapi minder dengan dakwah kita.
Lalu, kita berusaha menutupi diri, tak ingin diketahui bahwa identitas kita adalah pengemban dakwah, pejuang Khilafah. Setiap bertemu orang kita enggan membincangkan dakwah, tapi hanya sibuk membincangkan dunia.
Jangan pernah berfikir :
"Ustadz enak, profesi Advokat. Kalau ada apa-apa sudah tahu hukumnya. Sedangkan kami?"
Pernyataan seperti ini tidak boleh keluar dari pikiran, apalagi terkonfirmasi dari lisan pengemban dakwah. Sebab, pemikiran seperti ini adalah naif, tidak menginsyafi siapa dzat yang maha kuasa, dzat yang maha memberikan perlindungan dan keselamatan.
Setiap kita -dalam kapasitas sebagai pengemban dakwah- atau sebagai hamba Allah swt, memiliki ujian dan hambatan masing-masing. Sandaran terkuat adalah Allah swt, pelindung yang paling kokoh adalah Allah swt.
Lucu, kalau pengemban dakwah masih 'membanding-bandingkan' dirinya dalam urusan dunia, padahal misi utamanya adalah mendakwahkan Islam.
Penulis kemudian mencontohkan, bagaimana 'Pride sebagai Bangsa Aria' mampu digunakan oleh Hitler, untuk menggerakkan dan menjadi pemompa semangat Jerman untuk menguasai dunia. Juga bangsa Jepang yang menguasai Asia, dengan motto 'Jepang cahaya asia, Jepang Pemimpin Asia, Jepang pelindung Asia'.
Kita, umat Islam telah dimotivasi al Qur'an dengan ungkapan:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik."
[Surat Ali ‘Imran Ayat 110]
Ayat inilah, yang memotivasi para pengemban dakwah pada era Nabi, era Khulafaur Rasyidin, era Kekhilafahan Islam, memasuki berbagai bangsa dan negeri, untuk memimpin mereka dengan Islam, mengatur mereka dengan syariat Islam.
Jadi, kembali kepada topik bahasan kita. Pride kita adalah sebagai pengemban dakwah, pejuang Khilafah. Karena itu, banggalah dengan dakwah yang kita emban, bahagialah dengan perjuangan Khilafah yang kita cita-cita kan.
Status kita pengemban dakwah, pejuang Khilafah. Tak boleh kita ragu, untuk menyampaikannya kepada umat.
Umat harus dipahamkan, hanya Khilafah yang akan menyelamatkan negeri ini, bukan demokrasi. Jadi, tak perlu malu, ragu, atau takut untuk menyampaikan Khilafah. [].
Oleh : Ahmad Khozinudin
Pejuang Khilafah