Tinta Media - Ribuan kilo jalan yang kau tempuh dengan berbagai rintangan yang menghadang engkau tetap berjalan menghadapi kehidupan agar bisa terus bersama anak-anakmu dan agar mereka tidak lagi menangis, tapi tersenyum dan tertawa gembira. Kebahagiaan mereka adalah juga kebahagiaanmu, begitu pula kesedihan yang mereka rasakan adalah kesedihanmu.
Seorang ibu sejati tidak pernah berhenti memberikan usaha terbaiknya untuk anak-anak tercinta. Semua dijalani ikhlas karena dorongan cinta yang luar biasa, yang bersumber dari hati tulus ikhlas yang tidak pernah berharap balasan dari anak-anaknya.
Ibu, pengorbananmu begitu besar bagi anak-anakmu. Nyawa pun rela kau korbankan agar anakmu bisa terlahir dan menghirup udara kehidupan. Selama sembilan bulan kau rela bersusah payah dengan harapan seorang anak yang sehat dan hebat bisa terlahir dengan selamat. Tidak berhenti sampai di situ, engkau rela bersusah payah, letih dan lelah agar kebutuhan anak-anakmu tercukupi, mulai dari makanan yang bergizi, pakaian sampai pendidikan terbaik untuk anak-anakmu. Bahkan kau rela berpuasa agar mereka bisa menikmati makanan enak yang mereka sukai dan pakaian bagus yang membuat mereka bahagia. Engkau perhatikan tumbuh kembang mereka, hingga kau lupa memperhatikan dirimu sendiri. Engkau rela untuk melakukan apa saja demi bisa memberikan apapun yang terbaik untuk anak-anakmu.
Ibu, teringat dalam sebuah kisah yang tak terlupakan, engkau rela bangun paling pagi demi untuk menyiapkan sarapan terbaik buat seluruh anggota keluarga sebelum mereka memulai melakukan aktifitas harian mereka. Engkau juga tak lupa mendidik anak-anak untuk menjalankan kewajiban mereka sebagai seorang muslim sejati. Engkau tidak lelah mengingatkan mereka untuk berbuat kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan yang dilarang dalam ajaran Islam, meskipun terkadang terlontar kata-kata menyakitkan dan sikap yang tidak menyenangkan dari anak-anakmu tercinta. Engkau tetap bersabar untuk mengingatkan mereka agar terus berjalan pada jalan yang lurus sampai terbentuk kesadaran pada mereka untuk berislam yang benar sesuai dengan apa yang diperintahkan didalam al-Qur'an maupun As-sunah.
Dalam setiap do'a kau selalu berharap untuk kebaikan anak-anakmu. Menjadi anak sholeh atau sholehah yang selalu berbuat kebaikan. Menjadi ahli ilmu maupun ahli khoir selalu kau panjatkan dalam setiap doamu untuk anak-anak yang tercinta. Tidak pernah terlontar kata-kata kebencian, tapi semua dilandasi oleh rasa cinta yang ingin menyaksikan mereka hidup bahagia tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat nanti.
Meskipun usiamu semakin tua dan semakin tak berdaya tapi harapan dan do'a-do'amu tidak pernah luntur pada mereka, anak-anakmu yang sudah mulai menginjak dewasa. Kau bisa merasakan kebahagiaan saat mereka semakin mandiri dan bisa menggapai cita-cita mereka. Meskipun kau mulai kurang diperhatikan karena kesibukan yang menyita mereka, engkau tidak pernah menuntut atas apa yang sudah diberikan untuk mereka. Pengorbananmu tulus dan tidak mengharap balasan dari mereka. Menyaksikan anak-anak sukses dan memperoleh kebahagiaan adalah balasan terindah yang membuat seorang ibu tersenyum bahagia.
Di ujung usianya yang semakin senja adalah kesempatan seorang anak untuk berbuat kebaikan pada orang tua, khususnya ibu. Kesempatan untuk mendapatkan surga-Nya, saat kita mau berbuat kebaikan dengan merawat orang tua dengan perhatian dan sikap terbaik untuk sang ibu yang sudah mengorbankan hidupnya demi kita, anak-anaknya. Tidak perlu ragu melakukan ke kebaikan untuk ibumu, karena semua itu akan berbuah manis dengan balasan dari al-Khalik yang hidup dan mati kita dalam genggamanNya. Banyak dari mereka yang durhaka pada orang tua, hidupnya susah dan menderita, sebaliknya mereka yang berbuat banyak kebaikan pada orang tuanya, hidupnya penuh keberkahan dan kemudahan.
Berbakti kepada kedua orang tua adalah suatu kewajiban. Hal ini dibahas dalam Al-Quran dan hadits salah satunya dalam hadits surga di bawah telapak kaki ibu. Quraish Shihab dalam bukunya, Birrul Walidain menjelaskan bahwa sangat wajar mengapa kitab suci menggandengkan kata patuh kepada Allah dengan perintah bakti kepada orang tua, khususnya kepada ibu. Rasulullah bahkan menyebut "ibu, ibu, ibu" baru kemudian "ayah".
Hadits diriwayatkan oleh An-Nasa'i, Ibnu Majah, Ahmad, dan dishahihkan oleh Al-Hakim. Hadits tersebut adalah:
عن معاوية بن جاهمة السلمي، أن جاهمة رضي الله عنه جاء إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال : يا رسول الله أردت أن أغزو وقد جئت أستشيرك . فقال : هل لك من أم؟ قال نعم. قال : فالزمها فإن الجنة تحت رجليها
Artinya: "Dari Mu'awiyah bin Jahimah As-Sulami, ia datang menemui Rasulullah SAW. la berkata, 'Wahai Rasulullah, saya ingin ikut berperang dan saya sekarang memohon nasihat kepadamu? 'Rasulullah SAW lalu bersabda, 'Kamu masih punya ibu? 'Mu'awiyah menjawab, 'Ya, masih. Rasulullah SAW bersabda, 'Berbaktilah kepada ibumu (lebih dahulu) karena sungguh ada surga di bawah kedua kakinya!"
Gaes, bersyukurlah jika kedua orang tuamu masih hidup, artinya kesempatanmu untuk menggapai surga-Nya masih terbuka lebar dengan cara melakukan kebaikan pada kedua orang tua, khususnya ibu kalian. Berbuatlah kebaikan pada orang yang sudah berkorban banyak dalam hidupmu. Lakukan dengan tulus dan ikhlas memuliakan ibumu untuk menggapai ridho Allah, insyaallah, balasan kebaikan dan kemuliaan akan kau dapatkan tidak hanya di dunia tapi juga akhirat nanti.
Oleh: Mochamad Efendi
Sahabat Tinta Media