Pengamat: Begini Syarat Menjadi Negara Adidaya - Tinta Media

Jumat, 02 Desember 2022

Pengamat: Begini Syarat Menjadi Negara Adidaya

Tinta Media - Terpilihnya Indonesia menjadi Presidensi G20 dilanjutkan menjadi Presidensi di organisasi ASEAN, menurut Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana, tak lantas menjadikan Indonesia menjadi negara adidaya seperti anggapan masyarakat umum.

“Untuk menjadi negara adidaya membutuhkan kapabilitas dan kemampuan mempengaruhi konstelasi internasional. Selain itu politik luar negerinya juga harus mempunyai visi dan misi global. Tidak bisa hanya sekadar baru memimpin suatu komunitas negara lantas dikatakan sudah menjadi negara adidaya,” bebernya dalam rubrik Kajian Politik Islam: Menjadi Negara Adidaya, Bagaimana? Sabtu (26-11-2022) di kanal Youtube Khilafah Channel Reborn.
   
Menurut Budi, sebelum menjadi negara adidaya, harus memahami dulu apa itu konstelasi internasional dan bagaimana posisi sebuah negara dalam konstelasi internasioinal tersebut. “Dalam arena internasional ada interaksi antar negara yang saling berhubungan. Di mana dalam interaksi itu ada negara yang aktif dan efektif karena mempunyai power. Selainnya ada negara-negara kecil yang tidak mempunyai pengaruh signifikan,” tambahnya.

Salah satu hal yang bisa dengan cepat mengubah konstelasi internasional, menurutnya adalah perang. Seperti saat Perang Dunia I beberapa negara bersaing untuk mendapatkan posisi dalam pengaruh dunia internasional, termasuk juga saat Perang Dunia II. “Inggris dan Perancis berebut posisi negara adidaya dalam Perang Dunia I, sedangkan pada Perang Dunia II, Amerika terlibat perang secara aktif. Hal ini tidak terlepas dari keinginan Amerika menjadi negara adidaya,” ungkapnya.

Selain peperangan, katanya, yang paling efektif bisa mengubah konstelasi internasional adalah faktor militer. “Faktor militer adalah faktor determinan atau faktor yang menentukan. Lihat saja Cina. Walaupun secara ekonomi cukup diperhitungkan, namun kemampuan militernya belum teruji. Jadi Cina belum bisa dianggap sebagai ancaman utama Amerika walau tetap punya potensi ancaman di masa yang akan datang,” urainya.

Budi menuturkan bahwa kekhilafahan Turki Utsmani dulu adalah negara yang berpengaruh dan cukup diperhitungkan secara global. Namun paska runtuhnya hingga sekarang belum mampu bangkit menjadi negara yang berpengaruh. “Kondisi ini tentu ada penyebabnya. Yang pasti konstelasi itu sangat bergantung kepada kekuatan suatu negara,” tambahnya.

Kekuatan Ideologi 

Dijelaskan Budi, dalam perspektif Islam, dakwah merupakan syiar Islam dan ada syariat jihad untuk menghilangkan hambatan-hambatan fisik yang menghalangi dakwah. “Artinya jihad itu aktivitas militer atau peperangan yang dilakukan oleh negara yang sama baik secara hukum dan juga secara faktual aktivitas politik bernegara di level internasional. Ini terkait dengan konstelasi sehingga penting kita memahami kedudukan negara-negara di dunia dan negara adidaya itu seperti apa,” terangnya.
 
Di dalam Kitab Mafahim Siyasi karya Taqiyuddin An Nabhani, Budi menuturkan setidaknya ada 4 jenis negara yaitu negara pertama atau adidaya, negara pengikut, negara satelit, dan negara independen. Dimana masing-masing jenis negara tersebut juga menunjukkan posisinya dalam konstelasi internasional. 

“Bagi seorang muslim mencermati politik internasional itu harus dan wajib hukumnya. Ini untuk mengetahui mana yang termasuk negara adidaya karena pengaruh negara adidaya sangat kentara bahkan dialah yang mengatur interaksi internasional baik dalam keadaan perang maupun damai,” bebernya

Budi menjelaskan untuk meningkatkan level negara agar menjadi negara adidaya harus memiliki kekuatan ideologi dan ideologi tersebut harus disebarkan. Selain itu, menurutnya agar Islam sebagai rahmatan lil alamin bisa berjaya kembali harus punya kemampuan berinteraksi dengan negara dan mempunyai kemampuan mempengaruhi negara lain serta mempunyai kemampuan untuk mengarahkan negara-negara yang lain. “Dengan kekuatan pengembanan ideologi Islam dan semangat jihad akan membuat sebuah negara mampu menjadi negara adidaya,” tegasnya.

Sebagai umat muslim, Budi menyampaikan harus tetap memiliki optimisme dan harapan bahwa suatu saat umat Islam ini punya sebuah negeri yang dibanggakan yang menjadi tempat di mana syiar Islam itu di disebarluaskan. 

Budi menegaskan kembali bahwa penting menaikkan level politik negeri muslim itu sampai ke level negara adidaya. “Itu memang harapan kita sehingga tugas dari Allah Swt untuk menyampaikan Islam di pundak kita bisa terwujudkan. Mudah-mudahan kelak ke depan betul-betul bisa terlaksana sebagaimana yang memang dulu Rasulullah SAW, dilanjutkan Khulafaur Rasyidin dan khalifah setelahnya yang telah mengembannya dengan baik. Insyaa Allah masih ada peluang dan potensi bagi dunia Islam untuk bangkit kembali,” pungkasnya.[] Erlina YD
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :