Niradab Generasi Muda, Hanya Islam Obatnya - Tinta Media

Rabu, 07 Desember 2022

Niradab Generasi Muda, Hanya Islam Obatnya

Tinta Media - Krisis adab sedang melanda remaja, khususnya pelajar di negeri ini. Saat ini sebagian besar remaja terbiasa melakukan perbuatan amoral. Mereka terbiasa berkata kasar, mengumpat, hingga berani melawan orang tua. Banyak pula beredar video dan pemberitaan tentang mereka yang melakukan aksi bullying hingga kekerasan yang berujung tindak kriminal. Hal ini tentu menjadi keprihatinan dan kewaspadaan orang tua maupun para pendidik.

Betapa tidak, moralitas, sebagai hasil dari pendidikan, ternyata tidak bisa disebut membanggakan. Moralitas yang ada justru sangat jauh dari nilai-nilai normatif yang selama ini dijunjung tinggi. Padahal, negeri ini dahulu dikenal karena moral rakyatnya yang berbudi pekerti luhur, santun, dan beragama. Para pelajar yang seharusnya menunjukkan akhlak  baik, justru malah menunjukkan tingkah laku yang buruk dan mencoreng dunia pendidikan. 

Guna mengatasi hal tersebut, Bupati Bandung H.M. Dadang Supriatna menggulirkan program pendidikan karakter yang bertujuan meningkatkan kualitas akhlak dan moral untuk meningkatkan mentalitas di kalangan pelajar, dengan mengusung program pembelajaran melalui tiga muatan lokal (mulok) untuk sekolah. Mulok tersebut antara lain Pendidikan Pancasila dan UUD 1945, Pendidikan Bahasa Sunda dan Budaya Sunda, serta Belajar Mengaji dan Menghafal Al-Quran.

Menurutnya, menerapkan tiga mulok ke sekolah-sekolah tersebut dapat membangun pelajar berkarakter serta bermanfaat bagi diri maupun bangsa. Pendidikan Pancasila dan UUD 1945 harus benar-benar dipahami para pelajar karena merupakan pilar ideologis negeri. Sebagai orang Sunda, mereka harus menjaga bahasa dan melestarikan budaya Sunda karena merupakan warisan nenek moyang dan memiliki nilai-nilai luhur. Bahkan, mengaji dan menghafal Al-Quran harus diterapkan.

Namun, program tersebut nyatanya tidak dapat membendung kerusakan moral generasi muda kita yang semakin akut. Terbukti semakin maraknya kasus kemaksiatan yang terjadi di kalangan pelajar. Mereka bertingkah semakin bebas dan tanpa aturan. Didukung dengan maraknya aksi di media sosial yang mempertontonkan berbagai kemaksiatan, malah semakin memicu para pemuda untuk melakukan aksi serupa.

Inilah bukti kebebasan yang diusung negeri ini melalui sistem demokrasi kapitalis. Setiap orang selalu mengklaim bahwa mereka bebas melakukan segalanya karena dilindungi HAM. Tanpa perduli tindakannya merugikan diri dan orang lain sehingga terjadilah degradasi moral. Terlebih pendidikan yang diterapkan adalah kurikulum pendidikan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Bahkan pendidikan agama disekolah mendapat porsi yang sangat minim. Para pelajar hanya diberikan ilmu untuk menjadi para pekerja untuk dunia usaha. Alhasil para pemuda berperilaku liar dan tidak takut akan adanya dosa.

Berbagai program pembinaan pelajar ataupun berganti kurikulum tak menjadikan karakter pemuda kita lebih baik, malah semakin buruk. Inilah bukti penerapan pendidikan sekuker dan tidak menjadikan Islam sebagai acuan. Padahal, Islam sebagai satu-satunya agama yang dapat mengubah masyarakat jahiliah menjadi masyarakat yang memiliki peradaban gemilang dan berakhlak mulia. Inilah realita yang pernah terjadi saat penduduk Makkah yang dahulu percaya khurafat dan melakukan kesyirikan serta terbiasa berzina, riba, dan meminum khamr berubah.

Islam dapat mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya. Bahkan, Islam melahirkan masyarakat yang dahulu tidak bisa membaca dan menulis menjadi cendekiawan dan ilmuwan yang ahli di berbagai bidang hingga tercipta peradaban gemilang yang menjadi role model negeri-negeri sekitarnya. 

Keberhasilan tersebut dapat terwujud karena menerapkan sistem pendidikan Islam. Pertama, menjadikan akidah Islam sebagai dasar pendidikan. Para pelajar akan ditanamkan keimanan dan ketaatan kepada Allah Swt. Mereka akan terikat aturan Allah dan takut akan dosa sehingga senantiasa berjalan dalam syariat Allah.

Pola pembelajaran Islam akan diberikan, bukan hanya sebagai teori ataupun hafalan saja, tetapi menjadi petunjuk kehidupan yang harus diamalkan. Alhasil, output pendidikan Islam menjadikan setiap pelajar memiliki kepribadiaan Islam. Mereka diarahkan untuk menjadi pribadi yang memiliki berbagai kecerdasan dan akhlak mulia agar dapat berkontribusi bagi umat, bukan mencetak pekerja dan lebah industri seperti saat ini.

Jika terjadi pelanggaran, kemaksiatan atau tindak kriminal lain, maka negara akan menerapkan hukum yang tegas kepada para pelakunya, bahkan remaja ataupun pelajar yang sudah memasuki usia balig. Karena itu, jika ingin mengubah kemerosotan moral para pelajar saat ini, tak ada solusi lain kecuali dengan menerapkan Islam sebagai sistem kehidupan dalam naungan Khilafah. 

Wallahu'alam bishawwab

Oleh: Thaqqiyuna Dewi, S.I.Kom.
Sahabat Tinta Media

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :