Tinta Media - Untuk meningkatkan akhlak dan moral (Mentalitas) di kalangan pelajar, Bupati Bandung H.M. Dadang Supriatna mengoptimalkan pembelajaran tiga muatan lokal, yaitu Pendidikan Pancasila dan UUD 45, pendidikan bahasa dan pendidikan budaya, serta mengaji dan hafalan Al-Qur'an (BANDUNG, BBCOM)
Mampukah ketiga muatan tersebut mengatasi krisis akhlak yang terjadi pada remaja saat ini? Ternyata, berbagai macam cara yang ditempuh untuk meningkatkan akhlak pelajar hari ini belum mampu menjadi solusi. Sering berganti-ganti kurikulum juga belum mampu meningkatkan kualitas akhlak para pelajar. Justru, kita bisa merasakan secara nyata semakin bobroknya mental pelajar hari ini. Seringkali terjadi tawuran, pemerkosaan, pelecehan di kalangan pelajar, menjadi suguhan di tengah masyarakat.
Di mana letak kesalahannya sehingga hampir tidak ada perubahan yang signifikan? Ini bisa kita lihat dari sistem yang diterapkan negara kita ini. Ketika sistem yang digunakan adalah sistem yang salah, maka segala bentuk usaha perubahan akan gagal.
Misalnya, ketika pendidikan agama digencarkan di seluruh sekolah, tetapi tidak didukung oleh sistem, maka akan sia-sia. Di satu sisi, pelajar belajar agama dan menghafal Al-Qur'an, tetapi di sisi lain masih banyak tontonan atau tayangan dari sosial media, entah itu televisi ataupun gadget yang berseliweran tanpa aturan, seronok, merusak mental dan adab. Keadaan ini nyata dan bisa kita lihat semakin merajalela.
Sejatinya, semua masalah (krisis adab) yang terjadi di kalangan pelajar hari ini adalah buah dari penerapan sistem pendidikan sekuler. Pendidikan hanya diorientasikan untuk bekerja. Pendidikan akhlak (agama) dan lainnya hanya transfer ilmu saja, tanpa menuntut untuk direalisasikan dalam kehidupan.
Ditambah lagi minimnya jam belajar untuk mata pelajaran agama di sekolah, semakin mengikis keimanan para pelajar. Akibatnya, mereka (pelajar) justru cenderung berperilaku bebas dan mengikuti gaya hidup hedonis.
Pendidikan berbasis kebebasan hari ini justru semakin menjauhkan nilai agama, sehingga orientasinya hanya untuk dunia semata, yaitu untuk mendapat pekerjaan.
Intinya, semua program pendidikan yang diharapkan bisa menjadikan perubahan di sistem sekarang ini, sebetulnya tidak akan mungkin bisa berhasil maksimal.
Kondisi ini akan berbeda jika sistem pendidikan Islam diterapkan. Pendidikan dalam sistem Islam berlandaskan pada akidah Islam, termasuk dalam kurikulumnya. Kurikulum pendidikan Islam bersumber dari Al-Qur'an yang berasal dari wahyu Allah Swt. yang pastinya akan menjadikan agama sebagai prioritas utama. Hal ini akan membentuk individu yang berkepribadian Islam dan memiliki iman yang kuat, sehingga tidak mudah terbawa arus.
Islam juga menyediakan guru yang kompeten di bidangnya. Islam juga Menyejahterakan guru dengan memberi gaji yang besar karena dalam Islam, posisi guru sangat mulia dan berjasa membangun generasi. Dengan gaji yang besar itu, seorang guru akan tercukupi kebutuhan hidupnya sehingga fokus dalam proses mendidik. Begitu pun sarana prasarana sekolah yang memadai akan menunjang proses pendidikan menjadi nyaman .
Perlakuan antara muslim dan nonmuslim, miskin ataupun kaya juga tidak dibeda-bedakan. Semua gratis tanpa dipungut biaya, sehingga semua warga akan mendapatkan pendidikan sesuai kebutuhannya. Itu memang kewajiban negara untuk mengurus rakyat dengan baik.
Visi pendidikan Islam adalah membentuk manusia berkepribadian Islam
dan selalu tunduk pada aturan Allah Swt, menjadi generasi cerdas yang melanjutkan misi dakwah Rasulullah saw. dalam rangka menyebarkan risalah ke seluruhan penjuru dunia.
Itulah sekelumit mengenai sistem pendidikan Islam yang akan mampu menjadi solusi agar para pelajar dan masyarakat secara menjadi orang yang berakhlak mulia dan takut pada Allah Swt. Semua akan bisa terealisasi dengan adanya sebuah negara yang menerapkan Islam secara kaffah (menyeluruh) dalam bingkai KHILAFAH .
Wallahu a'lam bishawab.
Oleh: Dartem
Sahabat Tinta Media