Tinta Media - Pengasuh Majelis Taklim Al-Hidayah Lumajang Kiai Abdul Muiz mengemukakan tentang dua upaya menghentikan pelecehan terhadap ajaran-ajaran Islam.
“Maka sebenarnya, ada dua upaya untuk menghentikan pelecehan terhadap ajaran-ajaran Islam,” ungkapnya dalam acara Multaqo Ulama Aswaja Tapal Kuda 1444 H: Bergerak Membela Kehormatan Islam Lagi-Lagi Pelecehan Ajaran Islam, Jangan Main-Main Dengan Umat Islam, Selasa (29/11/2022), di kanal YouTube NgajiPro ID.
Pertama, umat Islam dan para Ulama harus memberikan penyadaran kepada Umat bahwa membela agama Allah SWT, membela ajaran Islam adalah bagian dari ketaqwaan kepada Allah SWT.
“Sesuai dengan firman Allah SWT:
وَمَنْ يُّعَظِّمْ شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ فَاِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ
Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati” (Surah Al-Hajj; 32), ketika ada pelecehan terhadap ajaran-ajaran Islam maka orang-orang Islam baik itu dari kalangan biasa, lebih-lebih dari kalangan para Ulama, mereka membela ajaran Islam dalam rangka mewujudkan ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala,” jelasnya.
Kedua, sanksi yang tegas dari negara kepada para penghina, para peleceh ajaran-ajaran Islam, karena tanpa sanksi pelecehan terhadap agama Islam akan terus berlanjut dan terus berjalan sampai kapanpun.
“Daulah Islam, ketika Prancis akan mengadakan pertunjukan pelecehan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, Sultan Abdul Hamid menyampaikan gertakan, hentikan pelecehan itu atau engkau akan melihat tentaraku dan kaum muslimin datang, gertakan semacam itu tindakan yang nyata, dan pelecehan kepada Rasulullah berhenti,” terangnya.
Ia juga menjelaskan, Daulah Islam dalam memberikan hak pelayanan dan perlakuan yang sama kepada rakyatnya antara kaum Muslimin dengan Non Muslim.
“Di dalam peradilan misalnya, ketika Sayyidina Ali melakukan sidang dengan orang Yahudi di pengadilan, ternyata dimenangkan adalah orang Yahudi. Begitu juga ketika Spanyol di Inkuisisi oleh orang-orang Kristen, orang-orang Yahudi pada waktu itu ditampung oleh Daulah Abbasiyah,” ungkapnya.
“Begitu juga ketika Amru Bin Ash melakukan pelebaran masjid, pada saat itu ketika rumah seorang di luar Islam digusur, maka melaporkan Sayyidina Umar ra, maka memerintahkan kepada Amru Bin Ash untuk memperbaiki rumah tersebut, ini adalah bukti sejarah bahwa Daulah Islam memberikan pelayanan terbaik kepada orang-orang di luar Islam,” imbuhnya.
Oleh karena itu, menurutnya, suara kaum Muslimin kedepan sangat penting untuk menentukan arah perubahan Negeri ini untuk memperjuangkan adanya Imamah, pemimpin adil bagi kaum Muslimin yang memelihara kemuliaan dan mampu menjaga kemuliaan kaum Muslimin.
“Fudhail bin Iyadh di dalam Kitab hilyatul Aulia Imam berkata “Seandainya aku memiliki doa satu saja yang Allah SWt kabulkan, maka tentu tidak akan aku gunakan kecuali dalam perkara Imam”, maka dalam penjelasan tersebut karena baiknya suatu Negeri tergantung baik pemimpin,” pungkasnya.[] Lukman Indra Bayu