Ironi Peringatan Hari Ibu: Eksploitasi Ibu Melalui Pemberdayaan Ekonomi - Tinta Media

Sabtu, 31 Desember 2022

Ironi Peringatan Hari Ibu: Eksploitasi Ibu Melalui Pemberdayaan Ekonomi

Tinta Media - Setiap tanggal 22 Desember, di Indonesia selalu diperingati sebagai Hari Ibu.  Dalam sejarah, dicetuskannya Hari Ibu di Indonesia merupakan tonggak perjuangan perempuan untuk terlibat dalam upaya kemerdekaan bangsa dan pergerakan perempuan Indonesia dari masa ke masa dalam menyuarakan hak-haknya guna mendapatkan perlindungan dan mencapai kesetaraan. 

Oleh karena itu, tema dan sub tema Peringatan Hari Ibu (PHI) setiap tahun akan berlandaskan catatan penting tersebut. Tahun ini kementrian Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak (KemenPPPA) telah membuat tema Hari Ibu 2022, tema PHI tahun 2022 adalah Perempuan Berdaya Indonesia Maju (tirto.id).  

Selain KemenPPA, Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Tekhnologi (Kemendikbudristek) menggelar pameran bertema, The Truth Inside You: Alunan Kisah Tentang Perempuan. Tema yang diangkat dalam pameran menampilkan kondisi dan peran perempuan dalam keseharian.  “Pameran ini merupakan sarana edukasi kepada masyarakat bahwa peran perempuan sangat besar bagi Indonesia sejak berabad silam,” ujar Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, dalam siaran pers (Republika.co.id).

Melihat fakta saat ini, posisi perempuan berada dalam krisis. Perempuan banyak yang bekerja di berbagai sektor guna memenuhi kebutuhan rumah tangga atau pun untuk membantu suami untuk mencari nafkah, karena kebutuhan rumah tangga cukup relatif tinggi. Saat ini, lapangan kerja di berbagai sektor lebih banyak ditempati oleh perempuan. Sebuah penelitan yang dilakukan oleh platform produktivitas Hive dalam The Hive State of The Workplace Report menemukan bahwa perempuan 10% lebih produktif dan lebih giat dibandingkan pria saat bekerja, dan bahkan dipercaya mengerjakan lebih banyak tugas dibandingkan pria. Dalam studi yang dilakukan tahun 2018 itu menunjukkan bahwa sebanyak 55% pekerjaan dipercayakan pada perempuan dan sisanya 45% kepada pria (Female.com).

Dalam sistem kapitalisme yang saat ini sedang berkuasa, perempuan dieksploitasi sedemikian rupa, yang ujung-ujungnya adalah perolehan materi.  Paradigma yang saat ini muncul di masyarakat, perempuan yang bekerja lebih bergengsi dibanding ibu rumah tangga yang hanya berkecimpung dengan urusan dapur, sumur dan kasur.

Berbeda dengan sistem Islam yang sangat memuliakan perempuan. Perempuan diberi keistimewaan oleh Allah SWT dan diberikan peranan penting dalam keluarga. Keluarga merupakan pondasi dasar penyebaran islam.  Dari keluargalah, muncul pemimpin-pemimpin yang berjihad di jalan Allah SWT dan membentuk bibit-bibit yang akan berjuang meninggikan kalimat-kalimat Allah SWT.  Dan peran terbesar dalam hal tersebut adalah kaum perempuan.

Adapun peran perempuan dalam keluarga adalah

1. Wanita sebagai istri
Allah SWT telah menciptakan wanita sebagai pasangan pria. Dimana melalui ikatan pernikahan mereka akan mendapatkan ketentraman, kasih dan sayang.

Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan diantara tanda-tanda kekuasaannya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, suapa kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang,  sesungguhnya di dalamnya terdapat tanda-tanda (Kekuasaan Allah SWT) bagi kaum yang mau berpikir.” (Q.S. Arum (30) :21)

2. Wanita sebagai seorang ibu
Tidak ada kemuliaan terbesar yang diberikan Allah SWT bagi seorang perempuan, melainkan perannya menjadi seorang ibu.  Perempuan sebagai ibu adalah pendidik utama bagi anaknya.  Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas.  Anak-anak tidak cukup dijamin kebutuhannya jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting.  Bahkan Rasulullah pun bersabda ketika ditanya oleh seseorang : 

“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk ku perlakukan dengan baik?” Beliau berkata, “Ibumu,” Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. ”Ibumu”. Laki-laki itu bertaya lagi, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”, “Kemudian siapa?” tanyanya lagi. “Kemudian ayahmu”, jawab beliau.” (HR. Al-Bukhori).

Selain berperan dalam keluarga, seorang perempuan mempunyai peranan penting dalam masyarakat dan negara.  Perempuan mempunyai kewajiban untuk berdakwah.

Pada zaman nabi, para shahabiyah biasa menjadi perawat ketika terjadi peperangan, atau sekedar menjadi penyemangat kaum muslimin, walaupun tidak sedikit pula dari mereka yang juga ikut berjuang berperang menggunakan senjata untuk mendapatkan syahadah fii sabilillah, seperti Shahabiya Ummu Imarah yang berjuang melindung Rosululloh dalam peperangan.

Peran perempuan baik dalam keluarga ataupun masyarakat merupakan peran yang sangat spesial, persamaan gender yang didengungkan oleh kaum barat, tidak lain adalah untuk menghancurkan pondasi keislaman seorang Muslimah, sehingga ia meninggalkan kewajibannya sebagai seorang wanita.

Oleh: Ummu BKF
Sahabat Tinta Media 
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :