Tinta Media - Alumni Coaching with 𝑂𝑚 𝐽𝑜𝑦 (𝐶𝑊𝑂𝐽) 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑆𝑁 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑖𝑜𝑛𝑖𝑟/𝑃𝑒𝑚𝑖𝑚𝑝𝑖𝑛 𝑅𝑒𝑑𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑇𝑖𝑛𝑡𝑎𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎.𝑤𝑒𝑏.𝑖𝑑 𝐀𝐜𝐡𝐦𝐚𝐝 𝐌𝐮’𝐢𝐭 menjelaskan manfaat menulis SN.
“𝑆𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑎𝑑𝑎 𝑙𝑖𝑚𝑎 𝑚𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑙𝑖𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑙𝑢𝑔𝑎𝑠 (𝑟𝑒𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛/𝑠𝑡𝑟𝑎𝑖𝑔ℎ𝑡 𝑛𝑒𝑤𝑠/𝑆𝑁),” tuturnya dalam 𝑤𝑎𝑤𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟𝑎 dengan 𝑎𝑑𝑚𝑖𝑛 𝑃𝑢𝑠𝑡𝑎𝑘𝑎 𝐴𝑏𝑑𝑢𝑟𝑟𝑎ℎ𝑚𝑎𝑛 𝐴𝑢𝑓, Jumat (25/11/2022).
Ketika rajin menulis SN, Ustadz Mu’it mendapatkan banyak manfaat. 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎, dapat banyak ilmu dari narsum. Reporter adalah orang yang pertama mendapat informasi dari narsum. “Dia menyampaikan kembali informasi dari narsum tersebut kepada umat melalui SN yang dia buat,” jelasnya.
𝐾𝑒𝑑𝑢𝑎, dengan membuat SN pembuatnya juga ikut dapat pahala karena berperan serta ikut sebagai penyebar ilmu dari narsum. “Terlebih lagi jika pembaca menjadi sadar dan hijrah menjadi baik lantaran membaca SN yang kita buat, tentu pahalanya lebih berlipat ganda lagi,” terangnya.
𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎, menambah banyak teman dan kenalan. “Apalagi teman dan kenalan kita ini para tokoh yang memiliki keahlian di bidangnya masing-masing. Tentu ini sesuai nikmat yang luar biasa yang tak bisa ternilai dengan harta. Kita bisa belajar berbagai ilmu dari narsum yang kita wawancarai,” ungkapnya.
𝐾𝑒𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡, menurut Ustadz Mu’it membuat SN sekaligus melaksanakan perintah Allah. Berdakwah lewat tulisan. Ayat pertama yang turun (Surat Al Al-Alaq 1-5) kita diperintahkan untuk 𝑖𝑞𝑟𝑎 (bacalah). Apa yang dibaca? Tentu sebuah tulisan. “Di sinilah pentingnya bagi penulis ideologis untuk membuat tulisan yang mengajak kepada hukum Allah, mengajak agar umat mengikuti aturannya Allah,” jelasnya.
Masih di surat Al Alaq ayat 4, ia menjelaskan bagaimana Allah mengajari manusia dengan 𝑞𝑎𝑙𝑎𝑚 (pena). Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, yang artinya, “Yang mengajar (manusia) dengan pena" (QS al-'Alaq [96]: 4). Artinya, perintah membaca dan menulis ini tak bisa dipisahkan bagian dari perintah Allah. “Jadi menulis SN ini bagian dari perintah Allah,” tegasnya.
𝐾𝑒𝑙𝑖𝑚𝑎, tak ada waktu sia-sia. Sehari-hari senantiasa diisi dengan menuntut ilmu, bergaul dengan orang-orang shalih, memberikan pelayanan terbaik dengan SN yang kita buat sehingga umat menjadi tercerahkan dengan ide Islam. Apalagi jika tiap hari bikin SN (Seperti moto Sahabat Straight News: One Day One SN). “Tiada hari tanpa bikin SN. Tiada hari tanpa edit SN. Tiada hari tanpa melayani umat dengan SN yang kita buat,” tuturnya.
SN Sebagai Uslub Dakwah
Ustadz Mu’it, panggilan akrabnya 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐮𝐥𝐢𝐬 𝐒𝐍 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐮𝐬𝐥𝐮𝐛 𝐝𝐚𝐤𝐰𝐚𝐡 karena dakwah bukan sebatas bicara tapi juga bisa lewat tulisan. “Apalagi saat ini perkembangan teknologi meniscayakan generasi saat ini untuk berkecimpung di dunia maya,” ucapnya.
Menurutnya, generasi milenial tidak bisa lari dari media sosial. “Cari informasi tidak lagi lewat televisi tapi mereka lebih suka berselancar dengan internet karena beritanya lebih cepat dan lebih 𝑢𝑝𝑑𝑎𝑡𝑒,” tamsilnya.
Ia menyayangkan media 𝑚𝑎𝑖𝑛𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚 lebih dikuasai oleh para kapitalis yang pemikirannya sekuler sehingga informasi yang dihasilkan banyak menyudutkan Islam dan juga banyak informasi sampah atau hoaks. “Di sinilah dibutuhkan banyak penulis ideologis dan juga media Islam untuk mengimbangi sekaligus meng- 𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑒𝑟 opini-opini dari media 𝑚𝑎𝑖𝑛𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚 terutama yang menyudutkan Islam agar umat tidak teracuni ide-ide sekuler yang merusak,” jelasnya.
Banyaknya pendakwah lewat bicara (𝑠𝑝𝑒𝑎𝑘𝑖𝑛𝑔) dinilainya juga lebih banyak dan tidak seimbang dengan jumlah media 𝑜𝑛𝑙𝑖𝑛𝑒 dan penulisnya. “Oleh sebab itu, saya berkomitmen menjadikan SN ini sebagai uslub dakwah,” paparnya.
“Ciri SN yang _𝑡𝑜 𝑡ℎ𝑒 𝑝𝑜𝑖𝑛𝑡_, langsung pada pokok permasalahan sangat cocok dengan 𝑏𝑎𝑐𝑘𝑔𝑟𝑜𝑢𝑛𝑑 saya dari teknik. Tidak bertele-tele,” tambahnya.
Apresiasi, Saran dan Kritik
Ustadz Mu’it juga memberikan apresiasi, saran dan kritik terhadap cara Om Joy melatih membuat SN. Ia beserta angkatan pionir sangat beruntung bisa dipertemukan dengan Om Joy. Dengan bekal 𝑛𝑜𝑙 𝑝𝑢𝑡𝑜𝑙 (benar-benar awam) terkait dunia jurnalistik kami tertatih-tatih belajar bikin SN. “Dengan kesabaran dan kesungguhan Om Joy dalam membimbing kami, akhirnya kami pun bisa bikin SN,” ungkapnya. “Semoga pahala jariyyah senantiasa mengalir kepada guru kami, Om Joy. Aamiin,” doanya.
Saran kepada Om Joy agar peserta lebih cepat menguasai SN butuh pendampingan yang lebih intensif, sebaiknya sih langsung dari Om Joy. Pertemuan sekali dalam seminggu menurutnya terlalu lama bagi peserta untuk menguasai ilmu SN. “SN ini ilmu praktis. Jadi, harus sering dipraktikkan. Kami angkatan pionir saja butuh waktu sekitar 4 bulan baru benar-benar dikatakan bisa bikin SN,” sarannya.
Ia juga menyadari aktivitas Om Joy pun sangat padat, apalagi jika sudah dikejar 𝑑𝑒𝑎𝑑𝑙𝑖𝑛𝑒 Media Umat dan Al-Wa’ie. Sehingga menurutnya memang butuh asisten. Namun, asisten ini semestinya orang yang betul-betul 𝑞𝑢𝑎𝑙𝑖𝑓𝑖𝑒𝑑 dan direkomendasikan oleh Om Joy, bukan yang baru belajar bikin SN atau baru lulus pelatihan bikin SN. “Jadi, saya sarankan perlu adanya 𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛𝑖𝑛𝑔 khusus terkait asisten pendamping yang dipercayai Om Joy untuk mendampingi peserta pelatihan,” pungkasnya [] Raras