Hari Ibu dalam Naungan Jerat Kapitalisme - Tinta Media

Jumat, 30 Desember 2022

Hari Ibu dalam Naungan Jerat Kapitalisme

Tinta Media - 22 Desember menjadi momentum tersendiri bagi kita, yang diperingati sebagai Hari Ibu. Menjadi hari spesial sebab ungkapan kasih sayang pada Ibu membanjiri ruang media sosial maupun dunia nyata. Momen perayaan ini tentu saja mendatangkan rasa bahagia di hari para Ibu. Namun, benarkah para Ibu telah merasakan bahagia sesungguhanya?

Baru-baru ini KemenPPPA telah membuat tema Hari Ibu 2022. Tercetusnya Hari Ibu di Indonesia merupakan tonggak perjuangan perempuan untuk terlibat dalam upaya kemerdekaan bangsa dan pergerakan perempuan Indonesia dari masa ke masa dalam menyuarakan hak-haknya guna mendapatkan perlindungan dan mencapai kesetaraan. 

Adapun tema PHI ke-94 ini adalah PEREMPUAN BERDAYA INDONESIA MAJU. Dalam sub-tema nya membahas terkait Kewirausahaan Perempuan, Perempuan dan Digital Economy, Perempuan dan Kepemimpinan, Perempuan Terlindungi, Perempuan Berdaya. (dilansir dari tirto.id)

Sementara itu perempuan berada dalam krisis, ketika sebuah kemelut terjadi. Selama pandemi misalnya, perempuan menanggung dampak lebih, seperti lebih banyak pekerja perempuan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga yang meningkat, hingga korban praktik pernikahan anak. Begitupun ketika bencana akibat perubahan iklim terjadi, korban perempuan hampir selalu lebih banyak dari laki-laki. (voaindonesia.com)

Kabar perempuan dan para ibu hari ini benar-benar miris. Jeratan tali kapitalisme mau tak mau menyeret mereka ke dalam arus kehidupan yang pelik. Semakin membuat mereka jauh dari fitrah sebagai perempuan, bahkan sebagai Ibu yang memiliki peran penting dalam peradaban.
 
Kapitalisme senantiasa memberikan tawaran menggiurkan. Karir cemerlang, posisi strategis, pengakuan yang selalu didambakan. Namun, nyatanya itu semua ialah racun yang mematikan potensi perempuan dan Ibu dalam memajukan peradaban yang hakiki. Sejatinya sistem kufur ini tak ubahnya jebakan yang melenakan, namun membunuh perlahan-lahan. Hingga akhirnya bukan solusi haq yang didapatkan, justru menimbulkan jenis-jenis masalah baru yang tak berkesudahan.

Perempuan dan para Ibu semakin pedih hidupnya. Menjadi penggerak roda ekonomi kapitalis dengan upah tak setara pengorbanannya. Membanting tulang mati-matian, yang seharusnya tulang rusuk bengkok itu mendapatkan banyak perhatian. 

Sungguh tidak ada keadilan dan kesejahteraan bagi perempuan dan para Ibu dalam sistem yang terjauhkan dari agama, khususnya Islam. Ide sekularisme barat telah mengaburkan pandangan mereka. Menghasilkan karakter perempuan dan Ibu pembangkang. Alih-alih menjadi penyelamat ekonomi, mereka justru korbankan diri untuk menghancurkan generasi dari dalam. Hingga kasih sayang yang Allah titipkan pada fitrah perempuan berubah menjadi ego yang membumbung tinggi.

Nyatanya hanya Islam yang mampu memberikan kelayakan hidup bagi setiap manusia, termasuk perempuan dan para Ibu. Islam memandang bahwasanya peran Ibu ialah sebagai tonggak peradaban. Maka penting sekali memperhatikan kesejahteraan perempuan serta para Ibu. 

Islam memandang perempuan sebagai roda penggerak peradaban, yang bukan semata-mata untuk perihal ekonomi saja. Sebab Islam membolehkan perempuan bekerja, namun bukan mewajibkan. Adapun kebolehan bekerja ini sendiri dilihat pula dari jenis pekerjaan seperti apa yang dikerjakannya. Tidak seperti kapitalisme yang membolehkan setiap perempuan dalam pekerjaan apapun tanpa melihat halal-haramnya, serta mendatakan kemudhoratan atau tidak.

Ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya. Pencetak generasi terbaik untuk umat. Ummun Warobbatul Bait. Maka sudah semestinya Islam menjamin kemudahan bagi Ibu untuk menjalankan peranannya itu. Yakni menyenangkan untuk dipandang suaminya, menjaga harta dan anak-anaknya dengan sebaik-baiknya. Islam menempatkan perempuan yang telah bersuami di bawah tanggung jawab suaminya, artinya Islam akan memberikan pekerjaan yang layak untuk suami sebagai kepala rumah tangga.
Pun sama halnya bila perempuan belum menikah, maka tanggung jawab berada di bahwa ayahnya. Maka, sang ayah sebagai kepala rumah tangga akan diberikan pekerjaan yang layak dan cukup untuk menghidupi termasuk keluarganya. 

Luar biasanya Islam dalam aturan kehidupan ini tidak bisa dipungkiri lagi. Sebab Islam telah berhasil mewarnai peradaban dunia selama 14 abad lamanya. Sebuah usia kepemimpinan ideologi yang tak main-main, yang bahkan belum mampu disaingi oleh ideologi mana pun. Sebab Islam ialah agama dan ideologi yang turun berdasarkan wahyu, bukan hawa nafsu. Diturunkan oleh Allah SWT melalui perantara manusia terbaik, kekasih Allah yaitu nabi Muhammad SAW. 

Sudah selayaknya kita kembali pada Islam dan menerapkan aturan-aturannya. Sebab hanya Islam yang mampu memberikan kelayakan serta kesejahteraan hidup bagi seluruh alam, tak hanya sebatas pada penganutnya. Sebab Islam ialah agama Rahmatan Lil A'lamin. 
Wallahu'alam Bisshowab ~

Oleh: Tri Ayu Lestari
Novelis, Penulis dan Aktivis Dakwah Smart With Islam Community
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :