Tinta Media - Memaknai Tafsir Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 145 menurut Guru Luthfi Hidayat, Pengurus Majelis Baitul Qur'an, Tapin, yakni penjelasan Allah tentang keingkaran dan penentangan Yahudi terhadap Rasulullah Saw., kasus khusus pada ayat ini adalah arah kiblat.
"Makna tafsir Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 145, yakni Allah telah menjelaskan bagaimana keingkaran dan penentangan Yahudi terhadap Rasulullah Saw., di mana kasus khusus pada ayat ini adalah tentang arah kiblat," tuturnya dalam Kajian Jum'at Bersama Qur'an: Keingkaran dan Penentangan Yahudi, Jumat (2/12/2022) di kanal Youtube Majelis Baitul Qur'an.
Ia mengingatkan agar umat Rasulullah tidak mengikuti hawa nafsu seperti orang-orang Yahudi. "Kita harus benar-benar berpegang teguh dan bersungguh-sungguh kepada perintah Allah Swt., jika tidak maka kita termasuk orang-orang yang sangat zalim," ujarnya.
Firman Allah Swt.:
ÙˆَÙ„َئِÙ†ْ Ø£َتَÙŠْتَ الَّØ°ِينَ Ø£ُوتُوا الْÙƒِتابَ بِÙƒُÙ„ِّ آيَØ©ٍ Ù…َا تَبِعُوا Ù‚ِبْÙ„َتَÙƒَ Ùˆَما Ø£َÙ†ْتَ بِتابِعٍ Ù‚ِبْÙ„َتَÙ‡ُÙ…ْ Ùˆَما بَعْضُÙ‡ُÙ…ْ بِتابِعٍ Ù‚ِبْÙ„َØ©َ بَعْضٍ ÙˆَÙ„َئِÙ†ِ اتَّبَعْتَ Ø£َÙ‡ْواءَÙ‡ُÙ…ْ Ù…ِÙ†ْ بَعْدِ Ù…َا جاءَÙƒَ Ù…ِÙ†َ الْعِÙ„ْÙ…ِ Ø¥ِÙ†َّÙƒَ Ø¥ِذاً Ù„َÙ…ِÙ†َ الظَّالِÙ…ِينَ (١٤٥)
Artinya:
Dan sesungguhnya jika engkau mendatangkan kepada orang-orang yang diberi Al-kitab semua ayat, mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan engkau pun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebagian dari mereka pun tidak akan mengikuti kiblat sebagian yang lain. Dan sesungguhnya jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya engkau kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim (TQS. Al-Baqarah [2]: 145)
Di dalam tafsir Imam Ibnu Katsir telah dijelaskan maksud daripada ayat ini, bahwa Allah Swt. memberitahukan mengenai kekufuran, keingkaran, dan penentangan orang-orang Yahudi terhadap keadaan Rasulullah Saw. yang mereka ketahui.
“Dan seandainya beliau (Rasulullah Saw.) mengemukakan semua dalil yang menunjukkan kebenaran apa yang dibawa oleh beliau, niscaya mereka tidak akan mengikutinya dan tidak akan meninggalkan keinginan hawa nafsu mereka,” urainya.
Ia mengungkapkan makna kalimat dari firman Allah Swt.:
ÙˆَÙ„َئِÙ†ْ Ø£َتَÙŠْتَ الَّØ°ِينَ Ø£ُوتُوا الْÙƒِتابَ بِÙƒُÙ„ِّ آيَØ©ٍ Ù…َا تَبِعُوا Ù‚ِبْÙ„َتَÙƒَ
Dan sesungguhnya jika engkau mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al-kitab (Taurat dan Injil) semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu.
“Menurut Imam Muhammad Ali Ash Shabuni diterangkan maknanya, yakni demi Allah, jika engkau mendatangkan semua mukjizat atas kebenaranmu mengenai perubahan arah kiblat kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, maka sekali-kali mereka tidak akan mengikutimu wahai Muhammad. Mereka juga tidak akan mau beribadah mengarah kepada kiblatmu,” ungkapnya.
Sementara menurut Imam Al Qurthubi di dalam Tafsir beliau Al Jami’ li Ahkamil Qur’an menjelaskan bahwa alasan mereka tidak akan mengikuti kiblat kaum muslim adalah karena mereka kafir.
“Padahal sebenarnya mereka telah ditunjukkan jalan kebenaran. Mereka seakan tidak terpengaruh dengan ayat-ayat atau tanda-tanda yang diturunkan,” ujarnya menjelaskan pendapat Imam Al Qurthubi.
Pada ayat selanjutnya, Ùˆَما Ø£َÙ†ْتَ بِتابِعٍ Ù‚ِبْÙ„َتَÙ‡ُÙ…ْ , dan engkau pun tidak akan mengikuti kiblat mereka. Menurutnya ayat ini sebagai pemberitahuan mengenai kesungguhan dan keteguhan Rasulullah Saw. mengikuti apa yang diperintahkan Allah Swt..
“Sebagaimana mereka telah berpegang teguh pada pendapat dan hawa nafsu mereka, maka beliau pun sangat teguh berpegang pada perintah Allah Ta’ala, menaati perintah-Nya, mengikuti keredaan-Nya, serta beliau tidak akan mengikuti hawa nafsu mereka dalam segala hal,” tuturnya.
Ia menjelaskan ayat selanjutnya, ,بَعْضُÙ‡ُÙ…ْ بِتابِعٍ Ù‚ِبْÙ„َØ©َ بَعْضٍ dan sebagian dari mereka pun tidak akan mengikuti kiblat sebagian yang lain.
“Artinya, sesungguhnya orang-orang Nasrani tidak akan mengikuti kiblat orang Yahudi, demikian pula orang Yahudi tidak akan mengikuti kiblat orang Nasrani,” jelasnya.
“Sebab di antara keduanya terjadi permusuhan dan perbedaan yang mencolok, walaupun keduanya adalah keturunan Bani Israil,” lanjutnya.
Guru Luthfi meneruskan akhir dari ayat ini di mana Allah kembali mengingatkan untuk tidak mengikuti hawa nafsu mereka (Yahudi dan Nasrani).
ÙˆَÙ„َئِÙ†ِ اتَّبَعْتَ Ø£َÙ‡ْواءَÙ‡ُÙ…ْ Ù…ِÙ†ْ بَعْدِ Ù…َا جاءَÙƒَ Ù…ِÙ†َ الْعِÙ„ْÙ…ِ
Dan sesungguhnya jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu.
“Artinya, dan sungguh jika engkau diperkirakan mengikuti hawa nafsu dan keinginan mereka, setelah tampak jelas bukti-bukti yang datang kepadamu melalui wahyu,” ucapnya.
Ø¥ِÙ†َّÙƒَ Ø¥ِذاً Ù„َÙ…ِÙ†َ الظَّالِÙ…ِينَ
Sesungguhnya engkau kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim.
“Artinya, kamu termasuk orang yang melakukan kezaliman yang paling keji,” ujarnya.
Kalimat ini merupakan merupakan kategori agitasi untuk menetapkan perkara yang benar.
“Kalimat ini muncul secara spekulatif, jika tidak, dan Allah menghindarkan Muhammad Saw. dari mengikuti keinginan orang kafir yang durhaka,” pungkasnya. [] Ageng Kartika