EKSIS WAJIB, BUKAN UNTUK NARSIS, TAPI UNTUK MENUNJUKAN PENGEMBAN DAKWAH SIAP MENANGGUNG BEBAN DAKWAH DAN LAYAK MENDAPATKAN KEPERCAYAAN UMAT - Tinta Media

Selasa, 13 Desember 2022

EKSIS WAJIB, BUKAN UNTUK NARSIS, TAPI UNTUK MENUNJUKAN PENGEMBAN DAKWAH SIAP MENANGGUNG BEBAN DAKWAH DAN LAYAK MENDAPATKAN KEPERCAYAAN UMAT

Tinta Media - Saat Rasulullah Muhammad SAW menerima wahyu, beliau langsung mendeklarasikan diri sebagai Nabi. Setiap bertemu dengan orang, beliau sampaikan dirinya adalah Nabi dan mengajak siapapun untuk beriman kepada beliau SAW dan memeluk agama Islam.

Unik memang. Sebelum Rasulullah SAW mendeklarasikan diri sebagai Nabi, masyarakat mekah secara umum mempercayai beliau karena sifat jujurnya yang terkenal. Bahkan beliau mendapat gelar al Amin, yang artinya orang yang terpercaya.

Saat para kepala suku pembesar Quraisy berkonflik soal peletakan batu Ka'bah, Rasulullah dipercaya untuk menyelesaikan konflik mereka. Atas kecerdasan Rasul (ketika itu belum menjadi Nabi), konflik itu diselesaikan secara beradab, beartabat dan tetap meninggikan kedudukan dan wibawa para kepala suku Quraisy.

Namun, begitu beliau mendeklarasikan diri sebagai Nabi, selain ada yang beriman, mayoritasnya justru mendustakan beliau. Gelar al Amien yang beliau miliki seolah tiada arti. 

Kata-kata kasar dialamatkan ke beliau, mulai dari pendusta, tukang sihir, pemecah belah, dan mengingkari agama dan kesepakatan para pedahulu bangsa, agama warisan nenek moyang. Beliau mendapatkan caci maki, hingga setangan fisik.

Lalu, apakah beliau berhenti dari dakwah? Berhenti dari pengakuan dirinya adalah seorang Nabi dan Rasul?

Jawabnya tidak. Beliau tetap konsisten berdakwah dan tidak pernah mencabut status sebagai Nabi. Beliau terus menproklamirkan diri sebagai Nabi dan Rasul, yang siap menanggung beban dakwah dan memimpin serta melayani umat.

Padahal, bisa saja beliau terus berdakwah secara sembunyi, dan menghilangkan identitas sebagai Nabi. Sebab, status Nabi inilah yang ditentang orang-oramg kafir Quraisy.

Namun, dengan tetap konsisten pada risalah, beliau tak pernah menyembunyikan identitas sebagai Nabi. Beliau makin eksis, dan dukungan para sahabat makin membesar, hingga akhirnya beliau mendapatkan pertolongan, berupa dukungan kekuasaan dari penduduk Madinah. Masyarakat Madinah, sebelum memberikan kekuasaan, telah lebih dahulu beriman pada kenabian beliau SAW.

Hari inipun sama, setiap pengemban dakwah tidak boleh menyembunyikan identitasnya sebagai pengemban risalah Islam. Walau resikonya, dicaci dan dimaki, bahkan dituduh memecah belah dan menyelisihi kesepakatan berbangsa.

Namun, eksistensi yang ditampakkan dengan keteguhan, sikap istiqomah dan siap menanggung beban dakwah, juga tidak pernah menyembunyikan diri sebagai pejuang Islam, pejuang Khilafah, lambat laun akan menghasilkan dukungan dan kepercayaan umat.

Begitu pula, jama'ah dakwah tempat bernaung perjuangan, juga harus tetap eksis dan siap menanggung beban dakwah, komitmen sabar dan ikhlas pada perjuangan, bukan menyembunyikan diri berdalih keamanan dan strategi perjuangan. Pengemban dakwah dan jama'ahnya harus percaya diri, dan secara terbuka menyampaikan kepada umat, KAMI ADALAH PEJUANG ISLAM, PEJUANG KHILAFAH, yang siap membersamai umat untuk berjuang menegakkan hukum Allah SWT.

Sebagaimana Rasulullah SAW, yang tetap teguh dengan status Nabi, dan tak peduli dengan celaan orang orang yang suka mencela, tak khawatir dengan kemudhararan yang ditimpakan para penguasa zalim. Rasulullah SAW dengan keberaniannya, tetap eksis ditengah umat sebagai Nabi dan Rasul, dan memimpin umat untuk melakukan perubahan, dari masyarakat jahiliyah menuju masyarakat Islam.

Pengemban dakwah yang menyongsong tegaknya Khilafah, yang menjadikan Islam perkara hidup dan mati, yang meyakini negeri ini adalah titik tolak tegaknya Khilafah, harus melayakkan diri untuk memperoleh pertolongan dan kemenangan, dengan SIKAP BERANI DAN BERJIWA KSATRIA, mendeklarasikan diri sebagai pejuang Khilafah, dan siap menanggung beban dan ujian dakwah.

Generasi yang akan ditolong Allah SWT dengan Khilafah, adalah generasi yang pemberani, yang siap untuk melayani umat. Generasi yang yakin rizki ditangan Allah SWT, dan hanya ajal yang menyebabkan kematian. Generasi yang tidak takut resiko penjara, apalagi hanya celaan dari kaum pencela. [].

Oleh : Ahmad Khozinudin
Saatrawan Politik
https://heylink.me/AK_Channel/

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :