Tinta Media - Beredar viral potongan video wawancara jurnalis SCTV dengan seorang tokoh intelejen, mantan Kepala BIN Abdullah Mahmud Hendropriyono. Saat ditanya apakah Capres yang mau maju Pilpres 2024 harus mendapatkan persetujuan Amerika? Hendro memberikan jawaban yang menarik.
Amerika dengan sistem Kapitalisme, kekuasaan sejatinya bukan ada pada Presiden atau politisi. Melainkan ada pada kaum pemodal, para taipan, orang-orang kaya, para cukong. Para kapitalis inilah, yang sejatinya berkuasa di Amerika.
Kalau Capres di Indonesia dianggap mengganggu Amerika (kepentingan kapitalis), maka Capres tersebut akan diganggu. Caranya mudah, cukup sebar duit US$ 1 Miliar, dapat digunakan untuk menggerakan masyarakat untuk menggangu Capres. Begitu terang Hendro.
Apa yang terjadi di Amerika juga terjadi di Indonesia. Di Negeri ini sejatinya yang berkuasa bukanlah Presiden atau politisi. Melainkan para cukong, atau yang kondang disebut oligarki.
Surya Paloh bahkan mengeluh belum ada investor politik untuk mendukung pencapresan Anies. Surya, menyatakan terbuka jika ada yang mau investasi.
Hal itu juga membuktikan, kepemimpinan nasional bukan ditentukan sosok Capres atau partai. Tetapi para Cukong, para Bandar, seperti yang dikatakan juga oleh Fahri Hamzah.
Akar masalahnya terletak pada konsep kedaulatan rakyat dalam sistem demokrasi, yang substansinya kedaulatan kapital. Pemilu yang mahal, meniscayakan suara kapital lah yang menentukan pemenangnya.
Siapapun Presidennya, setelah menang mereka harus berkhidmat kepada para bandar, bukan rakyat. Corak pemerintahan dan UU yang dibuat harus sejalan dengan kepentingan kaum kapital, bukan rakyat.
Inilah, lingkaran setan dalam sistem Demokrasi. Sepanjang sistemnya Demokrasi, maka para kapitalis lah yang berkuasa, bukan rakyat.
Umat Islam harus berfikir untuk lepas dari belenggu kaum kapitalis dengan membuang demokrasi. Untuk mengatur pemerintahan, umat harus kembali pada syariat dengan kembali pada sistem Khilafah.
Sistem Khilafah dengan konsep kedaulatan syara' akan mampu memotong tangan tangan kaum kapitalis dari kekuasaan dan menjadikan kekuasaan benar-benar berkhidmat kepada rakyat. Inilah, esensi menjadikan hanya Allah SWT semata sebagai sumber hukum untuk mengatur kehidupan manusia. [].
Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik