Tinta Media - "Alhamdulillah, bahagianya Ayah punya istri seperti ini. Salihah, baik hati, pengertian sama suami, pintar urus rumah tangga. Pokoknya serba oke," tulis Ibnu Silmi dalam sebuah pesan WhatsApp.
Ibnu Silmi adalah seorang karyawan di sebuah Perusahaan Galangan Kapal, PT. KTU Shipyard, Tanjung Riau Batam. Posisinya sebagai PIC planner inilah yang membuat dirinya selalu sibuk dikejar DL. Tak jarang ia membawa pekerjaan untuk diselesaikan di rumah. Supaya ada waktu untuk membersamai istri dan anak-anaknya. Walau kadang harus menghabiskan malam di depan layar laptop setelah anak-anak terlelap.
Senyuman tipis itu seketika menghiasi bibir Ummu Alp, wanita berusia 40 tahun yang dinikahi Ibnu Silmi 15 tahun yang lalu, kini telah dikaruniai 3 orang putri dan dua putra. Aura bahagia seketika tampak menghiasi wajah wanita yang sudah mulai tampak kerutan di sekitar pelupuk matanya, tatkala membaca pesan dari suami tercintanya. Wajar, wanita mana yang tak bangga saat dipuja.
Pujian itu seakan melenyapkan segala lelah dan letihnya, yang tidak tidur semalam suntuk demi membersamai suami dalam menyelesaikan pekerjaan kantor. Senin adalah hari saat sebuah DL harus terpenuhi. Ibnu Silmi harus mempresentasikan berbagai perencanaan di hadapan manajer.
Ia sadar sepenuhnya, tidak bisa berbuat banyak demi membantu meringankan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab suaminya. Sehingga sebagai rasa empati, dia rela menemani dan melayani apa yang dibutuhkannya.
"Ngapain, Bun?" Tanya Ibnu Silmi singkat.
"Lapar, Yah," jawaban yang tak kalah singkat nya terucap dari bibir Ummu Alp. Sebenarnya dia tidak lapar, karena rasa ngantuk sudah menguasai dirinya, tapi ada sejuta perasaan yang tersimpan dalam benaknya.
Sambil mondar-mandir, membuka dan menutup pintu kulkas mencari apa yang bisa dimakan, hanya untuk melawan rasa kantuknya. Akhirnya diambilnya benda segi empat warna coklat yang terletak tidak jauh dari tempat Ummu Alp duduk.
"Bunda sambil nulis ya Yah! Biar gak ngantuk. Biar kita sama-sama melek an. Biar bisa menemani Ayah juga," pinta Ummu Alp kepada suaminya.
"Iya, Bun," jawab Ibnu Silmi seadanya.
Akhirnya Ummu Alp memulai mengerjakan menulis berita lugas (SN) hasil wawancara dengan narasumber, yang merupakan bagian dari aktivitas dakwahnya dalam tulisan.
Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Badannya yang sudah mulai tidak karuan. Pusing dan gemetar. Namun tidak menyurutkan semangatnya dalam melanjutkan menulis sambil menemani suaminya. Tanpa disadarinya, adzan subuh sudah berkumandang.
Saking lelah dan ngantuk, Ummu Alp tidak lagi menyadari.
"Maaf Yah. Bunda tertidur," katanya kepada Ibnu Silmi.
"Iya Bun. Gak apa-apa. Bunda kecapekan. Ayah tadi juga sempat tidur kok sebentar. Alhamdulillah pekerjaan Ayah tinggal sedikit lagi," kata Ibnu Silmi kepada wanita tempat ia bersandar dalam suka maupun duka.
Akhirnya wanita itu bergegas ambil air wudhu dan melaksanakan salat Subuh. Sejuta rasa tidak enak dia rasakan. Mulai dari ngantuk, pusing, dan lelah yang tak terkira. Kedua bola matanya pun tidak bisa berbohong. Merah dan sayu. Tapi hal itu sama sekali tidak disesalkan. Tidak ada yang dia inginkan kecuali berharap suaminya bahagia dan Allah pun meridainya.[]
Oleh : L. Nur Salamah
Sahabat Feature News