Banjir Berlumpur Menerjang Setiap Tahun - Tinta Media

Minggu, 25 Desember 2022

Banjir Berlumpur Menerjang Setiap Tahun

Tinta Media - Terjangan banjir di wilayah Bandung Timur semakin meluas. Tak hanya Rancaekek, Cileunyi, dan Jatinangor, tetapi juga meluas ke Nagreg. Bahkan, di wilayah ini terjadi banjir lumpur yang menggenangi jalan raya Nagreg, Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung.

Problematika banjir sudah sering kali terjadi setiap tahunnya, terutama ketika memasuki musim hujan dengan curah hujan tinggi dan terus mengguyur berbagai wilayah di Indonesia. Salah satunya adalah wilayah Bandung Timur, seperti Rancaekek, Cileunyi, Jatinangor, perbatasan Bandung dan Sumedang. 

Luapan sungai Cikeruh yang berhulu di bukit Tunggal mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah pemukiman warga, serta ruas jalan nasional, seperti jalan raya Bandung-Garut, jalan raya Nagreg-Majalaya-Rancaekek. Untuk pertama kalinya banjir menerjang Nagreg. Banjir yang melanda sering kali bercampur antara air dan lumpur. Ketika air surut, maka lumpur akan tergenang di jalan-jalan. Banjir juga telah menyebabkan kemacetan di sepanjang jalan raya dan pemukiman penduduk yang terdampak banjir.

Banjir yang berulang kali terjadi ini tentu membawa dampak negatif bagi warga sekitar, bahkan orang yang melewati tempat tersebut, mulai dari kerugian material, sampai korban jiwa. 

Banjir adalah musibah yang datang dari Allah Swt. Ada beberapa faktor penyebab banjir yang terus berulang ini, yaitu:

Pertama, akibat faktor cuaca 
Inilah yang selalu dijadikan alasan penyebab banjir. 

Kedua, faktor dari ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab, contohnya penggundulan hutan, pengekploitasian tanah pegunungan di kawasan Nagreg yang sudah tidak terkendali lagi, serta pengalihfungsian lahan.

Lahan yang harusnya ditumbuhi pepohonan malah dikeruk, diangkut ke tempat lain. Lahan sawah, kolam, kebun banyak dijadikan perindustrian dan perumahan elit, sehingga mengakibatkan kurangnya resapan air. 

Permukaan tanah makin turun akibat konsumsi air tanah berlebih, sebagai penunjang hunian-hunian elit, juga indutrialisasi. Akibatnya, ketika musim penghujan datang, air sungai meluap karena daya tampung air yang berlebih. 

Apalagi, daerah Bandung Timur merupakan wilayah industri. Di sana penduduknya padat karena banyak karyawan industri dari berbagai daerah yang menetap dan tinggal. Kemacetan terjadi setiap hari. Sungai pun semakin menyempit akibat melimpahnya sampah penduduk, bahkan industri. Sementara daya tampung dan fasilitas pembuangan sampah kurang sehingga sebagian warga yang tidak bertanggung jawab ada yang membuang ke sungai dan mengakibatkan tersumbatnya aliran air. 

Inilah faktor penyebab utama yang sebenarnya. Akan tetapi, antisipasi terhadap persoalan ini sangat lamban. Solusi yang diberikan pemerintah tidak tuntas, sehingga bencana banjir makin meluas. 

Semua ini dikarenakan sistem yang diterapkan sekarang, yaitu kapitalisme sekuler yang berdasarkan materi dan memisahkan aturan agama dari kehidupan. 

Dalam sistem kapitalisme, para penguasa meniscayakan untung rugi. Rakyat dan penguasa bagaikan pedagang dan pembeli yang meniscayakan untung rugi. Selain itu, rakyat dianggap sebagai beban, sehingga penguasa lebih mementingkan kepentingan para pengusaha daripada dampak yang ditimbulkan akibat ulah mereka. 

Bagi mereka, keuntungan materi adalah segalanya walaupun rakyat dan lingkungan yang jadi korban. Kebijakan pemerintah lebih mementingkan kepentingan para pemilik modal. 

Sistem ekonomi kapitalisme menjadikan investasi sebagai faktor pendorong pertumbuhan ekonomi dengan berbagai perjanjian, sehingga penguasa terikat oleh perjanjian tersebut. Akibatnya, solusi yang diberikan adalah solusi tambal sulam. Solusi tersebut tidak pernah menyentuh akar permasalahan yang sebenarnya. 

Karena itu, umat butuh solusi tuntas untuk mengatasi bencana banjir sampai ke akarnya, yaitu dengan sistem Islam yang berasal dari Allah Swt, Pencipta alam semesta, yang melahirkan keimanan dan ketakwaan pada individu.

Sistem Islam mengajarkan adab terhadap alam, karena memelihara dan menjaga alam adalah bagian dari iman. Siapa pun yang merusak keseimbangan alam dianggap sebagai pelaku kejahatan dan kemaksiatan. 

Penguasa dalam Islam adalah sebagai penjaga, pengurus umat yang menerapkan hukum Islam secara keseluruhan. Hukum Islam bila diterapkan di muka bumi akan menjadikan rahmat bagi seluruh alam. 

Islam menetapkan SDA adalah milik rakyat dan sepenuhnya dikelola oleh negara untuk kesejahteraan rakyat. Penguasa dalam sistem Islam, yaitu Khalifah akan melarang eksplorasi dan eksploitasi secara serampangan, sebagaimana yang dilakukan oleh para kapitalis. 

Saat Islam tegak selama 14 abad yang lalu, tidak pernah terjadi bencana, selain faktor alam. Bencana tersebut dijadikan bentuk muhasabah dan ujian yang akan membuat umat lebih dekat kepada Allah Swt. 

Penguasa Islam akan mengerahkan segenap kemampuan untuk mencegah terjadinya bencana, dan mitigasi ketika bencana tak terhindarkan. Contohnya, Khalifah Umar bin Khattab sangat khawatir ketika ada kambing yang terperosok akibat jalan berlubang sedikit saja. 

Untuk itu, umat harus bertobat kepada Allah Swt. atas dosa dan kemaksiatan yang terus merajalela. Ini karena bencana alam banjir merupakan salah satu peringatan dari Allah Swt. 

Umat harus mendakwahkan Islam secara kaffah untuk membangun kesadaran masyarakat akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme. Karena itu, solusi dari semua bencana hanya dengan penerapan sistem Islam secara kaffah oleh daulah khilafah Yang akan memberikan solusi tuntas dan mendatangkan tahmat bagi seluruh umat dan alam semesta.

Oleh: Elah Hayani
Sahabat Tinta Media

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :