Anak SMP Laporkan Ibunya Ke Polisi, Pakar Parenting: Indonesia Krisis Nilai-Nilai Keluarga - Tinta Media

Jumat, 09 Desember 2022

Anak SMP Laporkan Ibunya Ke Polisi, Pakar Parenting: Indonesia Krisis Nilai-Nilai Keluarga

Tinta Media - Menanggapi kasus pelaporan seorang anak SMP yang memperkarakan ibunya ke kantor polisi gegara tak terima dimarahi karena ketahuan pacaran kelewat batas, Pakar Parenting Iwan Januar mengungkapkan, Indonesia sedang mengalami krisis nilai-nilai keluarga.

"Indonesia sedang mengalami krisis nilai-nilai keluarga. Sederet kasus yang sering terjadi di masyarakat menunjukkan Indonesia sedang alami disharmonisasi dan disfungsi nilai-nilai keluarga, " tuturnya dalam wawancara dengan Tinta Media, Selasa (6/12/2022).

Ia memaparkan keluarga yang seharusnya menjadi salah satu benteng perlindungan bagi individu, justru menjadi tidak aman karena tengah meluncur deras ke jurang dehumanisasi. "Di antara dampak rusaknya nilai-nilai keluarga adalah kian renggangnya hubungan anak dengan orang tua. Hubungan yang harusnya penuh kasih sayang seringkali berganti menjadi saling tidak peduli bahkan bermusuhan," jelasnya.

Iwan menambahkan bahwa beberapa kali kita membaca pemberitaan konflik dan kekerasan orang tua terhadap anak. Rumah bukan lagi menjadi tempat  yang aman untuk anak-anak, karena tidak sedikit orang tua berlaku kasar baik secara verbal maupun fisik pada anak mereka. 

“Survei Kekerasan Terhadap Anak Indonesia 2013” dari Kementerian Sosial menunjukkan 73,7 persen anak Indonesia mengalami kekerasan di rumahnya sendiri," paparnya.

Akar Masalah

Ia pun mengungkap bahwa faktor penyebab rusaknya hubungan anak dengan orang tua adalah berkembangnya sikap individualistik. "Orang tua kehilangan kepedulian pada anak karena sibuk dengan pekerjaan atau aktivitas pribadi. Kondisi ini akhirnya membuat ikatan emosional anak dengan orang tua menipis, sehingga anak pun ikutan menjauh," imbuhnya.

Hubungan yang individualistik ini, lanjutnya, membuat anak merasa tidak membutuhkan lagi orang tua secara utuh. "Ia menganggap orang tua sebagai orang asing. Kadang kala sikap keras pada anak adalah cara mereka ‘balas dendam’ pada orang tua yang kerap mengabaikan anak," tambahnya.

"Sehingga pada titik tertentu, anak-anak akan tega melakukan kekerasan bahkan pembunuhan pada kedua orang tuanya," sesalnya.

Menurutnya, ada perilaku lain yang merusak hubungan orang tua dan anak adalah budaya hedonisme, menciptakan kepuasan materi. Anak-anak dimanjakan dengan fasilitas oleh orang tua. Tak ada permintaan anak yang tak dikabulkan. "Anak-anak yang tumbuh dalam suasana ini merasa bahwa pemberian materi adalah simbol kasih sayang. Materi adalah ukuran kasih sayang. Semakin besar pemberian materi, semakin besar penilaian terhadap kasih sayang," tegasnya.

Iwan menguraikan adanya budaya hedonisme ini berpotensi menciptakan konflik antar anggota keluarga, termasuk anak dengan orang tua, karena ketidakpuasan akan materi. "Kondisi inilah yang terjadi belakangan; perebutan harta waris antar saudara kandung, atau anak menggugat warisan dari orang tua. Bahkan sampai terjadi kekerasan dan pembunuhan," ungkapnya.

Solusi 

Iwan menekankan bahwa persoalan yang membelit keluarga di tanah air tidaklah sederhana, semua berkaitan dengan tatanan nilai yang berlaku. Terbukti di negara-negara yang juga menerapkan nilai-nilai sekulerisme-liberalisme yang melahirkan sikap individualistik dan hedonis juga mengalami kondisi serupa, bahkan lebih parah. "Di AS, 90 persen anak menyaksikan kekerasan domestik. Lalu pada tahun 2020, ada 618,399 anak menjadi korban kekerasan," ungkapnya.

Menurutnya, disharmonisasi dalam keluarga, termasuk konflik anak dengan orang tua, tidaklah sederhana. Bukan sekedar persoalan domestik, atau perilaku pribadi tertentu. "Semua bersumber dari peradaban yang berlaku saat ini. Maka solusinya bukan sekedar memberikan perlindungan pada anak atau perempuan, tapi harus melindungi juga keluarga dan masyarakat," tegasnya.

"Solusi seperti itu hanya bisa dilakukan dengan membangun peradaban baru yang lebih sehat dan aman, dan itu hanyalah Islam," pungkasnya. [] Nita Savitri
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :