Tinta Media - Tembok itu sungguh kokoh. Solid dan kuat. Tak mudah merobohkannya. Meskipun pakai palu.
Mengapa bisa begitu kuat? Karena berhasil mengharmonikan unsur-unsurnya menjadi satu kesatuan. Tak terpisahkan satu sama lain. Masih nampak jelas ada batu bata batu bata yang tersusun. Masih nampak juga ada perekat di antara mereka. Namun yang eksis hanya satu, tembok. Seluruh kekuatan batu bata, adukan semen sebagai perekat dan besi menyatu menyokong tembok.
Bisa dibayangkan jika unsur-unsurnya tak rela meleburkan kekuatan masing-masing maka tembok akan segera runtuh. Bata ga mau diikat satu sama lain dengan semen. Besi ga mau tenggelam diantara batu dan semen. Sementara pondasi gak mau berada di dalam tanah. Dia ingin menonjol juga. Maka tembok yang kokoh pun akan segera lenyap.
Sobat, hidup berjamaah begitu juga adanya. Para anggotanya harus mau dan mampu melebur. Menyatukan semua potensi dan kekuatan masing-masing. Tidak boleh menonjolkan dirinya sendiri sehingga nampak hebat. Meski memang dia punya potensi dan kemampuan itu.
Ingatlah bahwa siapapun bagian dari tembok itu maksimal hanya bisa berperan sebatas enam sisi yang bersinggungan dengan sisi milik bata yang lain. Begitu saling menempel dan mendukung hingga menjadi tembok yang kokoh.
Seorang ketua sekalipun dia tidak akan mampu berdiri sendiri. Bagaimana bisa ada ketua jika tidak ada anggota biasa yang orang kebanyakan? Bahkan seorang syekh sekalipun tak akan jadi syekh jika tak punya murid. Pembicara dalam seminar internasional tak akan bisa bicara jika tidak ada panitia yang bekerja siang malam selama beberapa pekan mempersiapkan acara besar itu. Jika salah satu atau beberapa seksi panitia ga mau kerja maka seminar itu akan sangat mungkin gagal.
Jadi siapapun kita yang paling penting masih merupakan satu batu bata yang terselip dalam bangunan tembok yang kokoh itu. Meskipun satu bata yang terbenam dalam tanah tak terlihat sama sekali. Tak menarik seorang pun. Namun sangat menentukan kokoh dan tegaknya tembok itu. Bahkan pondasi yang tak tampak itulah menjadi penentu paling penting tegaknya tembok itu.
الْÙ…ُؤْÙ…ِÙ†ُ Ù„ِÙ„ْÙ…ُؤْÙ…ِÙ†ِ ÙƒَالْبُÙ†ْÙŠَانِ ÙŠَØ´ُدُّ بَعْضُÙ‡ُ بَعْضًا
“Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.” [Shahih Muslim No.4684]
Jika muslim satu sama lain bagaikan bangunan maka terlebih lagi sebuah jama'ah bagaikan tembok di salah satu sudutnya.
Jika kita merasa hebat sehingga tidak lagi merasa perlu berjamaah kemudian kita lari maka kita hanya akan menjadi sebuah batu bata yang tak berguna. Teronggok berdebu di pinggir jalan. Sama sekali tak berguna. Bahkan bisa dipakai oleh musuh untuk menjadi pengganggu jalan bagi para pejuang. Maka pastikanlah bahwa kita adalah batu bata yang tergabung dalam tembok hingga akhir.
Jadi yang paling penting adalah, aku tetap menjadi bagian tembok kokoh itu.[]
Ustaz Abu Zaid
Tabayyun Center