Wajah Buruk dari Sistem yang Buruk - Tinta Media

Sabtu, 26 November 2022

Wajah Buruk dari Sistem yang Buruk

Tinta Media - Buka dulu topengmu, buka dulu topengmu. Kan kulihat wajahmu, kan kulihat wajahmu.

Lirik lagu tersebut seperti menggambarkan kondisi sistem yang saat ini sedang mencengkeram negeri ini dan dunia.

Wajah buruk dari sistem yang buruk ini sudah berulang kali ditampakkan. Salah satunya yang dilansir oleh Kumparannews (13/11/2022), satu keluarga di Perumahan Citra Garden I Ekstention Kalideres, Jakarta Barat tewas diduga karena kelaparan.

Jasad satu keluarga yang terdiri dari dua laki-laki dan dua perempuan tersebut, yakni seorang bapak berinisial RG (71), anak berinisial DF (42), ibu berinisial KM (66), dan paman berinisial BG (68). Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Pol Pasma Royce menyebut, dari hasil pemeriksaan dokter forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati Jakarta Timur, keempat orang yang tewas itu sudah lama tidak mendapat asupan makanan dan minuman. Mereka sudah meninggal sejak tiga minggu yang lalu, sehingga saat ditemukan jasadnya sudah membusuk.

Menurut tetangga terdekat, keluarga tersebut sudah tinggal di lokasi selama 20 tahun lebih. Mereka dikenal tertutup, tak pernah bersosialisasi dengan warga sekitar. Bahkan, dengan saudaranya tidak berkomunikasi sampai 20 tahun.

Kejadian di atas lagi-lagi membuka topeng wajah kapitalisme sekuler yang rusak dan merusak ini. Masyarakat dalam kapitalisme sekuler hanyalah terdiri dari individu-individu saja. Makanya, pola hubungan bertetangga bersifat individualisme, tidak ada kepedulian antara individu yang satu dengan individu lainnya. 

Kasus ini juga menampakkan betapa lemahnya peran pemimpin dalam mengurus rakyat. Pemimpin dalam kapitalisme sekuler selalu abai terhadap kebutuhan rakyat, tetapi sangat peduli terhadap kepentingan para kapital. Rakyat dipaksa memenuhi kebutuhannya sendiri.

Individu-individu dalam sistem kapitalisme sekuler sangat lemah. Di samping itu, masyarakatnya tidak peduli satu sama lain, dan tidak adanya perlindungan dari negara dalam bentuk kepedulian terhadap warga negara.

Berbeda dengan sistem Islam yang berasal dari Sang Pencipta dan Sang Pengatur alam semesta. Perhatian terhadap individu-individu sangat kuat. Sebagai contoh, dalam hal bertetangga. Islam sangat memuliakan tetangga. Bahkan, di dalam Islam, setiap orang diwajibkan untuk berbuat baik kepada tetangga. 

Sebagaimana sabda Rasulullah saw., "Sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah mereka yang paling baik kepada tetangganya." (HR. at-Tirmidzi). 

"Jika engkau memasak sayur, perbanyaklah kuahnya dan bagikan kepada tetanggamu." (HR. Muslim). 

"Tidak beriman yang tidur dalam keadaan kenyang, sementara tetangga sebelahnya kelaparan." (HR. Bukhari).

Tidak akan ada satu keluarga meninggal akibat kelaparan dalam sistem Islam. Negara wajib memastikan setiap individu dalam masyarakat Islam terpenuhi kebutuhannya, baik pangan, sandang, dan papan. Juga dalam hal kesehatan, pendidikan, dan keamanan. 

Sebagai contoh, teladan kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab dalam mengurus urusan rakyat. Beliau sampai blusukan hingga tengah malam untuk melihat secara langsung, rakyatnya sudah terpenuhi kebutuhan dasarnya atau tidak. Beliau sadar bahwa seorang pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban kelak di Yaumil Hisab. 

Nabi saw. bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya." (HR. Bukhari).

Kepemimpinan dalam Islam adalah bersemangat untuk melayani dan mengayomi rakyat, dan berbuat seadil-adilnya untuk kepentingan rakyat. Tidak ada bentuk kezaliman dari pemimpin kepada rakyatnya.

Betapa indah jika Islam diterapkan secara total dalam segala aspek kehidupan. Kebutuhan rakyat akan terpenuhi. Kesejahteraan bukan lagi mimpi. Islam yang menjadi rahmat bagi semesta alam pun akan terwujud nyata.

Wallahualam bissawwab.

Oleh: Naina Yanyan
Pegiat Literasi

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :