Sekeluarga Tewas Tanpa Diketahui Tetangga, Sekularisme-Kapitalisme Penyebabnya - Tinta Media

Rabu, 16 November 2022

Sekeluarga Tewas Tanpa Diketahui Tetangga, Sekularisme-Kapitalisme Penyebabnya

Tinta Media - Sungguh mengenaskan, satu keluarga ditemukan tewas membusuk di Perumahan Citra Garden One Extension, Kalideres Jakarta Barat,  diduga karena kelaparan. Akan tetapi, hal itu dibantah Ketua RT 07/15 Perumahan Citra Garden, Tjong Tjie Xian alias Asyung. Ia menganggap keluarga tersebut tegolong mampu. Akan tetapi, Asyung menambahkan bahwa keluarga tersebut tergolong tertutup dalam berinteraksi dengan warga sekitar, bahkan dengan saudaranya sendiri. (kumparan.com, 13/11/2022)

Sekulerisme Kapitalisme Penyebabnya

Sudah menjadi rahasia umum, bahwa pola hubungan tetangga dalam kehidupan perumahan modern saat ini cenderung individualistis, tidak ada kepedulian dan hubungan sosial kemanusiaan. Pola seperti ini dipengaruhi oleh cara pandang sekularisme kapitalisme yang rusak dan merusak. Sekulerisme membuat aturan agama diasingkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Kapitalisme menganggap bahwa masyarakat terdiri dari individu-individu saja. Jika urusan individu selesai, maka masyarakat akan sejahtera dan bahagia. Jadi, titik fokus perhatiannya hanya pada kepentingan individu-individu.

Sementara, negara bekerja untuk kepentingan individu. Alhasil, kehidupan yang jauh dari agama membentuk masyarakat yang miskin iman. Pilihan-pilihan yang mereka buat hanya mengedepankan rasa kenyamanan diri sendiri.

Sifat masyarakat ini pun diperkuat oleh peran negara yang lemah dalam menjalankan tanggung jawab pengurusan kebutuhan pokok rakyatnya. 

Model pembangunan perumahan kapitalistik yang cenderung eksklusif, termasuk juga rancangan pembangunan Smart City yang mengedepankan teknologi canggih justru akan makin mengikis hubungan sosial dan nilai humanisme. Konsep bertetangga dan bermasyarakat dalam sistem sekuler kapitalisme membawa bencana terhadap segala aspek kehidupan.

Solusi Islam

Sistem Islam mengatur segala aspek kehidupan, termasuk perkara bertetangga dan bermasyarakat. Syeikh Taqiyuddin Anabahani dalam kitabnya menjelaskan konsep masyarakat dalam Islam, bahwa masyarakat itu terdiri dari kumpulan manusia, pemikiran, perasaan, dan peraturan.

Maka, pemikiran, perasaan, dan peraturan masyarakat akan terikat dengan syariat Islam. Karenanya, konsep bertetangga dalam Islam pun dikaitkan dengan keimanan. 

Imam Qurthubi dalam kitabnya al-Jaam'i li Ahkam Al-Qur'an juz 5/188, menjelaskan konsep bertetangga berdasarkan hadis Hasan, dari sebuah riwayat bahwasanya Muadz Bin Jabal r.a pernah berkata, kami bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, apa hak tetangga itu?" Rasulullah saw. menjawab, "Jika ia berutang kepadamu, maka berilah dirinya utang; jika ia meminta bantuan, bantulah ia; jika ia membutuhkan sesuatu, berilah ia; jika ia sakit, maka kunjungilah; jika ia mati, maka selenggarakanlah jenazahnya; jika ia mendapatkan kebaikan, bergembiralah dan ucapkanlah suka cita kepadanya; jika ia ditimpa musibah, turutlah sedih dan berduka; janganlah engkau menyakitinya dengan api periuk belangamu, maksudnya jika Anda memasak, jangan sampai baunya tercium tetangga, kecuali engkau memberi sebagian kepadanya; janganlah engkau mempertinggi bangunan rumahmu agar bisa melebihi rumahnya dan menghalangi masuknya angin, kecuali atas izin darinya; jika engkau membeli buah-buahan, maka berikan sebagian buah itu kepadanya; jika engkau tidak mau memberinya, maka masukkan ia ke dalam rumahnya dengan sembunyi-sembunyi dan janganlah anakmu keluar dengan membawa satu pun buah itu sehingga anaknya menginginkannya. Apakah kalian memahami apa yang aku katakan kepada kalian, bahwa hak tetangga tidak akan pernah ditunaikan kecuali oleh sedikit orang yang dikasihi Allah?" 

Hadis ini dipahami sebagai syariat Islam dalam bertetangga yang wajib dijalankan. Jika aturan ini diterapkan, maka tidak akan dijumpai kejadian seperti kematian satu keluarga di Kalideres, karena mereka memahami hak-hak dan kewajiban dalam bertetangga.
Tidak akan pula dijumpai masyarakat yang individualis.

Syariat ini tidak hanya dipahami oleh individu dan masyarakat, tetapi juga negara, yang akan menetapkan kebijakan terkait tata letak dan bangunan perumahan. 

Salah satu cerminan hal tersebut adalah ketika negara Islam menguasai wilayah Andalusia. Perumahan di wilayah itu diatur menggunakan sistem blog seperti Cluster Perumahan pada masa modern. Satu blok terdiri dari 8 atau 10 bangunan rumah. Pengaturan semacam ini melahirkan kerapian dan mengefektifkan pengamanan lingkungan. Selain kawasan pemukiman muslim, ada beberapa kawasan pemukiman dihuni oleh komunitas nonmuslim, termasuk penganut Yahudi dan Nasrani.

Sekalipun tempat-tempat ini terpisah, tetapi tidak akan menghalangi masyarakat bersosialisasi, karena kehidupan sosial masyarakat Islam mencerminkan ayat Al-Qur'an.

"Hai manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal dan menghargai.  Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kamu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Qur'an surah al-Hujurat ayat 13)

Dengan demikian, terbukti bahwa hanya dalam sistem Islam, hubungan sosial kemasyarakatan dapat terjalin dengan baik, bahkan meski berbeda keyakinan.

Oleh: Evi
Sahabat Tinta Media

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :