Tinta Media - Sobat. Seluruh teori leadership yang dikemukakan oleh para pakar leadership dunia semuanya ada pada diri baginda Rasulullah Muhammad SAW. Beliau adalah pemimpin teragung sepanjang sejarah umat manusia. Beliau tidak pernah berkata berdasarkan hawa nafsu, tidak pernah menyimpang, dan tidak pernah tersesat. Menaati beliau adalah kewajiban karena bagian dari ketaatan kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” ( QS. An-Nisa’ (4): 59 )
Sobat. Ayat ini memerintahkan agar kaum Muslimin taat dan patuh kepada-Nya, kepada rasul-Nya dan kepada orang yang memegang kekuasaan di antara mereka agar tercipta kemaslahatan umum. Untuk kesempurnaan pelaksanaan amanat dan hukum sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, hendaklah kaum Muslimin:
a. Taat dan patuh kepada perintah Allah dengan mengamalkan isi Kitab suci Al-Qur'an, melaksanakan hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya, sekalipun dirasa berat, tidak sesuai dengan keinginan dan kehendak pribadi. Sebenarnya segala yang diperintahkan Allah itu mengandung maslahat dan apa yang dilarang-Nya mengandung mudarat.
b. Melaksanakan ajaran-ajaran yang dibawa Rasulullah saw pembawa amanat dari Allah untuk dilaksanakan oleh segenap hamba-Nya. Dia ditugaskan untuk menjelaskan kepada manusia isi Al-Qur'an. Allah berfirman:
"... Dan Kami turunkan Adz-dzikr (Al-Qur'an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka ¦." (an-Nahl/16:44).
c. Patuh kepada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan ulil amri yaitu orang-orang yang memegang kekuasaan di antara mereka. Apabila mereka telah sepakat dalam suatu hal, maka kaum Muslimin berkewajiban melaksanakannya dengan syarat bahwa keputusan mereka tidak bertentangan dengan Kitab Al-Qur'an dan hadis. Kalau tidak demikian halnya, maka kita tidak wajib melaksanakannya, bahkan wajib menentangnya, karena tidak dibenarkan seseorang itu taat dan patuh kepada sesuatu yang merupakan dosa dan maksiat pada Allah.
Nabi Muhammad saw bersabda:
"Tidak (dibenarkan) taat kepada makhluk di dalam hal-hal yang merupakan maksiat kepada Khalik (Allah swt)." (Riwayat Ahmad).
d. Kalau ada sesuatu yang diperselisihkan dan tidak tercapai kata sepakat, maka wajib dikembalikan kepada Al-Qur'an dan hadis. Kalau tidak terdapat di dalamnya haruslah disesuaikan dengan (dikiaskan kepada) hal-hal yang ada persamaan dan persesuaiannya di dalam Al-Qur'an dan sunah Rasulullah saw.
Tentunya yang dapat melakukan qias seperti yang dimaksud di atas ialah orang-orang yang berilmu pengetahuan, mengetahui dan memahami isi Al-Qur'an dan sunah Rasul. Demikianlah hendaknya dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhirat.
Sobat. Salah satu bukti kehebatan dan kesempurnaan Nabi Muhammad SAW di bidang kepemimpinan ialah beliau berhasil mencetak para pemimpin. Setiap orang dari mereka menjadi pemimpin umat manusia di bidangnya masing-masing sampai hari kiamat. Anda bisa mendapati Abu Bakar sebagai pemimpin yang mampu bertahan dalam melawan krisis pada masanya.
Sobat. Anda juga akan mendapat Umar bin Khaththab ra sebagai pemimpin yang paling tegas sepanjang masa, Ubay bin Kaáb ra sebagai guru bagi para qari’ sepanjang zaman, Ibnu Abbas ra sebagai ustadz para ahli tafsir sepanjang sejarah, Zaid bin Tsabit ra sebagai pakar faraid terhebat sampai hari kiamat, Muádz bin Jabbal ra sebagai imam para ulama di bidang halal haram sepanjang masa. Semua belajar dari Rasulullah SAW sesuai dengan potensi dan kemampuan masing-masing.
Sobat. Pemimpin sukses adalah pemimpin yang mampu menentukan target yang jelas. Sejak awal, Nabi Muhammad SAW telah menentukan apa yang beliau inginkan serta menetapkan target dan tujuannya. Beliau pun mengumumkannya di hadapan manusia, “Wahai manusia, ucapkanlah, Tidak ada Tuhan selain Allah, niscaya kalian akan beruntung.” (HR. Ahmad)
Sobat. Dalam kepemimpinan Nabi Muhammad SAW terlihat tekadnya yang tak kenal menyerah dan kemauan kerasnya yang tak kenal mundur. Beliau sangat yakin dengan janji Allah SWT. Beliau memandang masa depan seolah-olah benar-benar melihat dengan mata kepalanya sendiri. Tujuan beliau mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya dan menunjukkan jalan menuju Tuhan, sehingga mereka menyembah-Nya semata dan tidak menyekutukan-Nya. Tujuan paling besar adalah mengajak beriman kepada Allah dan menghamba hanya kepada-Nya, serta mencabut pohon kejahiliahan.
Sobat. Beliau menyampaikan kabar gembira tentang pertolongan Allah kepada para sahabat dan kaum muslimin. Semua yang beliau kabarkan terwujud, karena kekuatan tawakkal beliau yang luar biasa. Beliau hanya bersandar kepada Allah SWT, bukan kepada orang-orang yang memiliki kedudukan dan harta.
Sobat. Rasulullah SAW telah mempersiapkan segala sesuatu untuk menghadapi berbagai situasi. Tidak ada kondisi darurat melainkan beliau sudah mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Sebagaimana firman-Nya :
وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا ٱسۡتَطَعۡتُم مِّن قُوَّةٖ وَمِن رِّبَاطِ ٱلۡخَيۡلِ تُرۡهِبُونَ بِهِۦ عَدُوَّ ٱللَّهِ وَعَدُوَّكُمۡ وَءَاخَرِينَ مِن دُونِهِمۡ لَا تَعۡلَمُونَهُمُ ٱللَّهُ يَعۡلَمُهُمۡۚ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيۡءٖ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ يُوَفَّ إِلَيۡكُمۡ وَأَنتُمۡ لَا تُظۡلَمُونَ
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” ( QS. Al-Anfal (8) :60 )
Sobat. Untuk menghadapi pengkhianatan kaum Yahudi dan persekongkolan mereka dengan kaum musyrikin dengan tujuan menghancurkan kaum Muslimin, Allah memerintahkan pada ayat ini agar kaum Muslimin menyiapkan kekuatan guna menghadapi musuh-musuh Islam, baik musuh yang nyata mereka ketahui, maupun yang belum menyatakan permusuhan-nya secara terang-terangan. Yang harus dibina lebih dahulu adalah kekuatan iman yang akan menjadikan mereka percaya dan yakin bahwa mereka adalah pembela kebenaran, penegak kalimah Allah di muka bumi dan mereka pasti menang dalam menghadapi dan membasmi kezaliman dan keangkara-murkaan.
Kekuatan iman yang sempurna inilah yang dapat membina kekuatan mental yang selalu ditanamkan pada hati segenap rakyat agar mereka benar-benar menjadi bangsa yang tangguh dan perkasa dalam menghadapi berbagai macam kesulitan dan cobaan. Bangsa yang kuat mentalnya tidak akan dapat dikalahkan oleh bangsa lain bagaimana pun sempurnanya peralatan dan senjata mereka. Hal ini telah dibuktikan dalam Perang Badar di mana tentara kaum musyrikin yang jauh lebih besar jumlah dan persenjataannya dapat dipukul mundur oleh tentara Islam yang sedikit jumlahnya dan amat kurang persenjataannya, tetapi memiliki mental yang kuat dan iman yang teguh.
Di samping kekuatan iman/mental mereka, harus pula dipersiapkan kekuatan fisiknya karena kedua kekuatan ini harus digabung menjadi satu, kekuatan fisik saja akan kurang keampuhannya bila tidak disertai dengan kekuatan mental. Demikian pula sebaliknya kekuatan mental saja tidak akan berdaya bila tidak ditunjang oleh kekuatan fisik.
Allah memerintahkan agar kaum Muslimin mempersiapkan tentara berkuda yang ditempatkan pada tempat strategis, siap untuk menggempur dan menghancurkan setiap serangan musuh dari manapun datangnya. Pada masa Nabi pasukan berkuda inilah yang amat strategis nilainya dan amat besar keampuhannya. Suatu negeri yang mempunyai pasukan berkuda yang besar akan disegani oleh negeri-negeri lain, dan negeri lain itu akan berpikir lebih dulu bila akan menyerang negeri itu.
Pada masa sekarang pasukan berkuda (kavaleri) telah digantikan oleh pasukan tank baja, masalah peperangan pada masa kini sudah lain corak dan bentuknya dari peperangan masa dulu. Alat senjata yang dipergunakan sudah beragam pula, berupa armada udara, armada laut, bahkan sampai memper-gunakan persenjataan yang sangat canggih. Jika pada masa Nabi Muhammad saw. Allah memerintahkan agar mempersiapkan pasukan berkuda, maka pada masa sekarang kaum Muslimin harus mempersiapkan berbagai senjata modern untuk mempertahankan negaranya dari serangan musuh.
Sebagaimana diketahui senjata-senjata modern sekarang ini adalah hasil dari kemajuan teknologi. Maka umat Islam wajib berusaha mencapai ilmu pengetahuan setinggi-tingginya dan menguasai teknologi dan selalu mengikuti perkembangan dan kemajuannya.
Untuk mencapai ilmu dan teknologi yang tinggi kita memerlukan biaya yang sangat besar. Kita wajib mempercepat kemajuan ekonomi dan memperbesar penghasilan rakyat. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat menafkahkan sebagian hartanya untuk kepentingan dan pertahanan negaranya.
Suatu negara yang kuat mentalnya, kuat pertahanannya, dan kuat pula perekonomiannya pasti akan disegani oleh negara lain dan mereka tidak berani memusuhinya apalagi menyerangnya. Inilah yang dituntut Allah dari kaum Muslimin.
Anjuran menafkahkan harta fi sabilillah terdapat dalam beberapa ayat dalam Al-Qur'an di antaranya firman Allah:
Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (al-Baqarah/2: 195)
Dan firman Allah swt:
وَمَثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمُ ٱبۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِ ٱللَّهِ وَتَثۡبِيتٗا مِّنۡ أَنفُسِهِمۡ كَمَثَلِ جَنَّةِۢ بِرَبۡوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٞ فََٔاتَتۡ أُكُلَهَا ضِعۡفَيۡنِ فَإِن لَّمۡ يُصِبۡهَا وَابِلٞ فَطَلّٞۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٌ
“Dan perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya untuk mencari rida Allah dan untuk memperteguh jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka embun (pun memadai). Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (al-Baqarah/2: 265)
Allah menjanjikan pahala yang besar kepada setiap orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, dan dia tidak akan dirugikan sedikit pun karena menafkahkan hartanya. Sebaliknya perbuatan itu akan mendapat pahala yang berlipat ganda.
Sobat. Ada hikmah Allah yang tersimpan dalam kehidupan Rasulullah SAW di berbagai fase hidup. Setiap peristiwa kehidupan beliau jalani dengan penuh penghambaan kepada Allah sehingga beliau bisa menjadi teladan bagi umat. Sebab, setiap peristiwa yang dialami umat , ada contoh teladan bagaimana cara menghadapinya dari kisah hidup Rasulullah SAW.
Sobat. Salah satu bentuk kecerdasan Nabi SAW dalam kepemimpinan ialah beliau menggunakan semua sarana yang baik untuk menyampaikan risalahnya dalam bahasa modern saat ini disebut media policy. Beliau adalah orator terbaik, singa mimbar yang kalimat-kalimatnya menyihir para pendengar. Beliau masuk ke pasar-pasar Arab dan menyampaikan orasi-orasinya hingga mimbar-mimbar bergetar dan jiwa-jiwa tersadarkan.Beliau juga menugaskan para ulama, fuqaha, peneramah, dan penyair untuk menebarkan dakwahnya di muka bumi. Beliau juga memanfaatkan sarana surat menyurat untuk mendakwahi para raja dan tokoh pembesar.
Sobat. Rasulullah SAW pemimpin Negara yang handal di muka bumi. Negara yang beliau dirikan menjadi percontohan dalam hal keadilan, permusyawaratan, penegakkan hukum, penghormatan terhadap fitrah manusia, serta perhatian terhadap fakir miskin, yatim dan dhuafa’ . Negara beliau berhasil melindungi keberlangsungan hidup umat manusia dengan menghentikan pertumpahan darah, menjaga harta dan kehormatan manusia, serta membangun peradaban yang agung dan masyarakat yang madani.
Sobat. Rasulullah SAW bukan hanya penyampai wahyu dari Allah dengan sabdanya, tetapi juga pemimpin Negara dan teladan bagi semua pemimpin. Pemimpin yang dibimbing oleh wahyu, turun langsung ke medan perang, mengatur strategi pertempuran, serta mengelola harta publik. Beliau juga pemimpin di bidang pendidikan, urusan rumah tangga, dan urusan masyarakat umum.
(DR. Nasrul Syarif M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)