Tinta Media - Kehidupan di dalam sistem
kapitalisme sangat sulit dan sempit. Kesempitan dan kesulitan hidup ini terjadi pada semua aspek, baik ekonomi, politik, sosial, budaya, pergaulan, peribadahan, bahkan keamanan masyarakat pun sering terancam.
Ekonomi yang berbasis ribawi dan dijalankan dengan fiat money, telah menyebabkan gelembung ekonomi yang bisa meletus kapan saja. Para politisi yang menggunakan cara-cara kotor telah membuat kebijakan yang hanya menguntungkan para pemodal, tanpa memikirkan rakyat yang telah memilih dan membelanya.
Kehidupan sosial permisif telah merusak mental generasi muda yang seharusnya menjadi penerus kita. Premanisme merajalela, membuat kehidupan dan perdagangan yang kita lakukan berbiaya tinggi.
Semua ini membuat kita merenung dan berpikir, apakah hal ini akan terus terjadi? Lalu bagaimana caranya agar kita bisa mengubahnya?
Berbagai pendapat para ahli tentang konsep perubahan berseliweran di media sosial. Kebanyakan menawarkan perubahan yang mudah dan menyenangkan hati. Berbagai macam training, pelatihan, bahkan kampanye mengajak kita untuk bangkit dari kubangan masalah kehidupan. Namun demikian, apakah semua itu bisa membangkitkan?
Bangkit adalah berubah sesuai dengan tuntunan syari'at. Ketika tujuan kita berubah hanya sekadar untuk memenuhi tuntutan perut dan perasaan semata, maka sejatinya kita tidak sedang berubah ke arah yang mulia. Bahkan, ketika berusaha berubah tanpa tuntunan syari'ah, sebenarnya kita tidak sedang bangkit, tetapi sedang menuju keterpurukan berikutnya. Perubahan jenis ini tidak akan pernah membawa kita pada kebahagiaan, tetapi pasti berujung pada kehinaan dan kesengsaraan.
Contohnya adalah ketika sadar bahwa kondisi miskin itu buruk, lalu kita ingin mengubah kondisi tersebut menjadi lebih baik, maka perubahan ini sebenarnya vadalah keterpurukan apabila dilakukan dengan cara yang tidak tepat, seperti korupsi, mencuri, atau menipu orang
Ketika sadar bahwa kondisi sendirian itu buruk, lalu kita menginginkan pasangan hidup, tetapi cara mengubahnya adalah dengan kumpul kebo maupun perzinaan, maka perubahan ini akan membawa pada kehinaan.
Ketika kita lalai dari ketaatan dan ingin mengubahnya, tetapi dengan cara membuat ritus ritual sendiri untuk mendekat diri kepada Tuhan, maka ini akan berujung pada kemurkaan Allah Swt, Tuhan Seru Sekalian Alam.
Oleh karena itu, dalam melakukan perubahan, kita harus mengetahui tujuan mendasar dari perubahan tersebut. Ketika tujuan hidup adalah rida Allah Swt., maka kita akan melakukan perubahan hanya dengan cara yang dibenarkan. Artinya, halal atau haram kita jadikan standar dalam melakukan perubahan tersebut.
Tidak hanya sekadar memuaskan kebutuhan dan perasaan saja, tetapi pahala atau siksa harus selalu kita pertimbangkan. Jangan sampai menurut kita kondisi telah berubah menjadi lebih baik, tetapi Allah Swt. justru murka kepada kita.
Untuk mengubah kondisi sosial yang ada, maka harus ada perubahan personal dengan cara membangkitkan pemikiran dan menyatukan perasaan secara integral. Inilah yang disebut dengan dakwah atau amar makruf nahi mungkar. Karena dengan berubahnya persepsi manusia terhadap kehidupan yang dilanjutkan dengan bersatunya standar senang dan benci secara Islami, maka umat Islam akan menginginkan perubahan menuju kehidupan Islam. Perubahan inilah yang disebut kebangkitan.
Perubahan sejati adalah sebuah perubahan yang berujung pada kemuliaan, dan inilah yang disebut kebangkitan. Kebangkitan itu hanya bisa kita lakukan dengan dakwah sesuai metode dakwah Rasulullah saw. Oleh karena itu, upaya umat Islam dalam perubahan sosial tidak boleh terkotori oleh konsep dan pemikiran selain Islam yang hanya akan mengubah manusia secara parsial tanpa adanya perbedaan yang signifikan.
Dengan dakwah yang dilakukan secara terukur, terstruktur, dan terkoordinir dengan baik, maka kebangkitan Islam adalah sebuah keniscayaan.
Dakwah itu bukan sekadar seberapa cepat kita bergerak, tetapi tentang seberapa tepat kita memilih langkah dan gerak. Wallahu a'lam bishshawab.
Oleh: Trisyuono Donapaste
Sahabat Tinta Media