Pelajar Bully Lansia, Buah Pendidikan ala Sekularisme - Tinta Media

Senin, 28 November 2022

Pelajar Bully Lansia, Buah Pendidikan ala Sekularisme

Tinta Media - Beberapa pelajar viral setelah aksi tidak terpujinya tersebar luas di jagad media sosial. Kekerasan tersebut dilakukan kepada seorang lansia saat aksi konvoi sepeda motor yang mereka lakukan. Dalam aksi tersebut, salah seorang pelajar dengan tega menendang sang nenek hingga tersungkur di atas aspal. Kejadian ini terjadi di Tapanuli Selatan dan dibenarkan oleh Kapolsek Tapsel, AKBP Imam Zamroni. Diduga lansia tersebut adalah ODGJ (Orang Dengan Gangguan Kejiwaan). (pojoksatu.id)

Bukan hanya itu, pada video viral lanjutan aksi tidak pantas tersebut, seorang pemuda memukulkan sebuah kayu pada nenek tersebut hingga patah. Perbuatan yang dilakukan pelajar-pelajar ini sungguh kejam. Tanpa motif yang jelas, mereka melakukan bully pada lansia sampai pingsan. Bahkan, lansia tersebut tidak mengetahui apa kesalahannya hingga harus dianiaya seperti itu.

Bully bukan kali ini saja terjadi. Sudah banyak kasus yang viral di media. Pelaku adalah para pelajar. Bahkan, di dalam sekolah pun bully menjadi hal biasa. 

Seperti juga bullying terhadap pelajar SMP di Bandung dengan cara ditendang. Juga perundingan oleh 4 pelajar SMK di Cilincing yang memukul korban dan menendangnya. Bahkan, bully yang terjadi di MTs Negeri 1 Kota Kotamobagu Sulawesi Utara menyebabkan korban meninggal. 

Seharusnya kasus-kasus ini menjadi warning keras bagi semua pihak, terutama semua lini pendidikan. Hal ini justru memperlihatkan secara nyata kegagalan pendidikan pada sistem demokrasi sekuler yang menjadi aturan di negeri ini. Gagalnya sistem kehidupan yang diterapkan sebagai pengatur, mendorong siswa berlaku anarkis. Bukan hanya menganiaya teman sebaya, bahkan lansia yang lemah pun menjadi obyek perundungan.

Penyelesaian kasus yang tidak tuntas dan terbuka membuat perundungan tidak pernah selesai. Parahnya, hal ini dianggap hanya kenakalan pelajar semata, bukan sebuah kejahatan yang nyata. Tidak ada sanksi yang membuat jera sehingga kasus-kasus bullying terus berkelanjutan. Ini menjadi bukti bahwa pendidikan hari ini tidak mampu membentuk pelajar berperilaku baik, meski slogan-slogan seperti sekolah ramah anak terus digaungkan.

Empat kebebasan yang diberikan oleh sistem demokrasi sekuler membuat generasi semakin berani melakukan kejahatan. Mereka merasa boleh melakukan apa pun dan pada siapa pun. Dengan dalih dibawah umur, kompromi hukuman pun dilakukan. Sehingga, kebebasan melakukan apa pun terus dilakukan, meski itu dengan menganiaya, memukul, bahkan membunuh seseorang. Mereka melakukan tanpa perlu merasa bertanggung jawab, bukan hanya kepada korban, tetapi juga kepada Allah.

Sistem pendidikan sekuler melahirkan generasi yang lemah dalam akal dan moral. Ini sungguh berbeda dengan pendidikan dalam Islam yang mampu membentuk generasi yang bukan hanya cerdas secara ilmu, tetapi memiliki akhlak yang luar biasa. Wajar bila generasi Islam mampu menjadi mercusuar peradaban di masanya, bukan generasi yang terkenal dengan keburukan seperti ini.

Sistem pendidikan Islam bertujuan untuk menghasilkan generasi yang berkepribadian Islam. Mereka memiliki adab, mempelajari tsaqafah dan pengetahuan Islam untuk diterapkan dalam kehidupan sehingga menjadi tonggak peradaban. Bila generasi saat ini buruk, maka bisa kita lihat bagaimana peradaban ke depan. Merekalah yang menjadi pengisi dan penggerak di dalam masyarakat.

Oleh karenanya, kembalikan pendidikan kepada Islam dalam bingkai negara bersistem Islam, yang terbukti mampu melahirkan generasi berkepribadian baik dan berilmu yang luar biasa. Sistem Pendidikan Islam akan menjadikan pelajar takut kepada Allah ketika melakukan keburukan. Mereka mengetahui konsekuensi berat yang akan diberikan pada pelaku kejahatan.

Wallahu A’lam Bisshawwab.

Oleh: Lismawati
Mahasiswi dan Praktisi Pendidikan
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :