Tinta Media - Berbicara mengenai generasi memang tidak pernah ada habisnya, mulai dari prestasi yang diraih hingga keburukan yang semakin menjadi-jadi. Sayangnya, generasi di era digitalisasi kini terkenal dengan segala tingkah laku yang luar biasa ganas. Seperti yang viral akhir-akhir ini, saat ditemukan mayat terpotong di sebuat tempat wisata.
Penemuan mayat siswi SMA di Air Terjun Biangloe, Sulawesi Selatan menggemparkan jagad media sosial. Bagaimana tidak? Menurut Kapolsek Bantaeng, Siswi tersebut dibunuh sebelum dimutilasi dan dipisahkan kaki dari tubuhnya menggunakan batu pipih. Pelaku adalah pacarnya yang ditengarai memutilasi kekasihnya karena rasa cemburu dan korban tidak ingin diajak berhubungan intim. (detik.com)
Kebebasan yang tertanam dalam diri generasi saat ini sungguh luar biasa, sehingga mereka merasa sah-sah saja melakukan hubungan intim layaknya suami istri, bahkan tidak segan untuk membunuh jika keinginannya tidak terpenuhi. Mereka merasa bebas dalam melakukan apa pun karena berpikir bahwa tujuan hidup hanya untuk bersenang-senang semata.
Mereka memisahkan agama dan menjauhkan Islam dari kehidupan, tidak mau diatur dengan syariat Islam meskipun mereka muslim. Ketika pacaran mampu memberikan kesenangan, maka generasi saat ini akan menjadikan aktivitas itu sebagai tujuan dalam kehidupannya. Saat tujuan itu tidak tercapai, tentu mereka akan merasa marah dan frustasi sehingga melampiaskan kepada orang yang dituju, mulai dari pertengkaran, kekerasan, hingga pembunuhan. Mereka menjadikan hawa nafsu sebagai dasar dalam berpikir dan bertingkah laku sehingga melakukan seks bebas tak ubahnya seperti binatang.
Naluri untuk menyukai seseorang memang fitrah. Naluri tersebut ada di dalam diri setiap manusia. Normal jika generasi muslim memiliki rasa cinta dalam hatinya. Islam pun tidak melarang rasa cinta itu. Namun, Islam mengatur interaksi yang terjadi antara wanita dan laki-laki. Ada Batasan yang tidak boleh dilanggar oleh pemuda.
Namun, masyarakat yang hidup berbasis sistem sekulerisme saat ini dibiarkan melakukan apa pun yang mereka mau tanpa memandang syariat Islam di dalamnya. Negara memiliki andil besar dalam membentuk generasi abai dan tidak mampu menjadikan generasi berpola pikir dan berkepribadian Islam. Generasi justru dicekoki dengan sekulerisme yang membuat mereka semakin ganas dalam bertingkah laku.
Islam bukan hanya mengatur ibadah ritual saja seperti salat, puasa, zakat, tetapi juga mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, dari muamalah, pendidikan, hingga pergaulan. Negara adalah pengurus urusan umat dan pelindung dari sekulerisme, bukan malah menjadi andil terbesar makin kuatnya pemikiran Barat di tengah-tengah kaum muslimin. Apalagi, hukum di negeri ini tidak memberikan efek jera kepada para pelaku kejahatan.
أَفَحُكْمَ ٱلْجَٰهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ ٱللَّهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (Al-Maidah:50)
Karena itu, janganlah menjadikan selain dari hukum Islam untuk pengatur kehidupan kaum pemuda muslim. Karena hal itu membuat generasi makin ganas, akibat tidak dididik dan diatur dengan sistem Islam. Hukum buatan sekuler Barat selalu memuja hawa nafsu dengan melakukan apa pun yang mereka senangi, meski bathil.
Wallahu A'lam Bisshawwab.
Oleh: Lismawati
Mahasiswa dan Pendidik Generasi