Tinta Media - Untuk Pilpres yang telah lalu, atau Pilpres yang akan datang, saya sudah tegaskan tak akan terlibat dalam dukung mendukung Capres tertentu. Maknanya, semua Capres tidak saya dukung.
Kalau ada yang pro Anies, kemudian beranggapan saya akan mendukung Ganjar? Saya tegaskan, itu keliru.
Seperti saat Pilpres 2019 lalu, saya tidak mendukung Joko Widodo maupun Prabowo Subianto. Jadi, saya tidak merasa dikhianati oleh siapapun karena saya tidak mendukung, berjuang bahkan berkorban untuk Capres manapun.
Saya hanya berjuang untuk Syariat Islam dan Khilafah. Ini yang menjadi konsen perjuangan saya, bukan yang lainnya.
Kalau ada rekan dan sahabat punya pilihan politik tertentu, silahkan saja. Saya tidak akan memaksa untuk ikut memperjuangkan Khilafah.
Sebagaimana saya, juga tak mau dipaksa untuk dukung mendukung Capres tertentu. Siapapun dan dalam kondisi apapun.
Saya akan fokus mengingatkan umat Islam, bahwa jaminan kebaikan hidup mereka, baik dunia dan akhirat adalah ketika umat Islam menerapkan syariat Islam. Syariat Islam, hanya bisa diterapkan secara menyeluruh, hanya melalui tegaknya institusi Khilafah.
Mau ganti Presiden ribuan kali, kalau sistemnya bukan Khilafah, tetap saja syariat Islam tidak dapat diterapkan. Bahkan, isu copras capres hanya akan mengalihkan perhatian umat Islam dari perjuangan politik yang sesungguhnya.
Coba kita agak berfikir ke belakang, betapa dahulu semua orang mengelu-elukan Joko Widodo. Berharap Joko Widodo akan memperbaiki bangsa ini. Kenyataannya?
Yang dahulu, mendukung Prabowo, yang bahagia dengan komitmen 'timbul dan tenggelam bersama rakyat', kenyataannya juga bisa dirasakan. Apakah kita mau terus terusan menjadi korban politisi?
Pemimpin yang baik itu pemimpin yang selalu membersamai kita. Pemimpin yang ikut tersinggung saat Ulama kita dikriminalisasi. Pemimpin yang ikut melawan asing dan aseng. Pemimpin yang ikut menolak kezaliman atas naiknya BBM.
Kita coba tengok, dari semua nama yang disebut bakal menjadi Capres. Pernahkah mereka bersuara menentang atas kezaliman yang dialami Ustadz Farid Okbah? Pernahkah mereka ikut bersuara menolak kenaikan harga BBM? Pernahkan mereka menentang China atau mengecam penjajahan Amerika?
Kalau belum berkuasa saja enggan bersuara, apa jadinya kelak setelah berkuasa? Lupa dan menganggap tak pernah terjadi apa-apa.
Jadi, kita dikarunia akal dan fikiran. Kita tentu hanya akan memilih pemimpin yang selalu membersamai kita. Sosok itu tidak muncul pada nama Capres yang saat ini beredar. Lalu, apa alasan mendukung mereka, kalau mereka tidak pernah membersamai kita?
Mereka, hanya membersamai para elit politik. Membersamai Surya Paloh dan Ketum Parpol lainnya. Tentulah, saat berkuasa suara Surya Paloh yang akan diperhatikan, bukan suara kita. [].
Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
https://heylink.me/AK_Channel/