Layakkah Kasino Dibangun di UEA? - Tinta Media

Sabtu, 19 November 2022

Layakkah Kasino Dibangun di UEA?

Tinta Media - Miris, ketika melihat negara di wilayah Teluk Arab, yaitu Uni Emirat Arab akan membangun kasino di daerahnya. CEO Wynn Resort Craig Scott Billings mengatakan bahwa pihaknya akan membangun kasino pertama di Teluk Arab yang selama ini melarang keras adanya perjudian di wilayahnya. Menurutnya, kasino tersebut akan menjadi salah satu dari 10 kasino terbesar di dunia, bahkan mengalahkan kasino Wynn di Las Vegas. (detik.com, 11/11/2022). 

Sungguh tidak seharusnya UEA yang notabene adalah negara Islam mengizinkan pembangunan kasino di wilayahnya.

Atas Nama Ekonomi

Pada era kapitalis sekarang ini, ekonomi menjadi hal yang diutamakan setiap negara. Demikian pula dengan UEA yang telah melakukan diversifikasi ekonomi dari ketergantungan kepada minyak bumi. Mereka beralih pada pariwisata dalam waktu beberapa tahun terakhir. 

Mereka mulai membuka jalur-jalur pariwisata yang memungkinkan pemikiran Barat ikut masuk dan memengaruhi rakyat Arab. Arab Saudi sudah melegalkan banyak hal yang agama Islam jelas-jelas melarangnya, seperti bolehnya perempuan keluar rumah tanpa hijab, diizinkannya minuman beralkohol, dan yang terbaru, diadakannya perayaan Halloween.

Begitu pun dengan negara-negara Teluk Arab lainnya yang fokus mengembangkan pariwisata untuk menarik wisatawan asing. Hal ini sama halnya dengan mereka mulai membuka diri terhadap pemikiran Barat, hingga justru membunuh agamanya. Kemewahan dan kemaksiatan banyak terjadi di wilayah Arab. 

Kondisi ini menjadikan Arab mengalami masa jahiliah modern hanya demi memperbaiki ekonomi. Tujuan untuk menarik sebanyak-banyaknya wisatawan ke negara-negara Arab justru membawa mereka pada kehidupan sekuler, liberal, dan hedonis. Padahal, ketiga hal tersebut akan menenggelamkan kejayaan Arab yang pernah ada. Ketika hal ini tercapai, maka sukseslah Barat membuat kaum muslimin meninggalkan identitas muslimnya atas nama ekonomi.


Pengaruh Kapitalisme

Sejak runtuhnya kekhilafahan Utsmaniyah tahun 1924 M, Amerika telah menjadi negara nomor satu. Menggunakan kendaraan ideologi kapitalisme, Amerika bersama sekutunya telah mengubah peradaban dunia.

Arab yang sebelumnya begitu adidaya dan sebagai rujukan umat selama berada dalam kekhilafahan, berubah lemah karena terpecah-pecah menjadi beberapa negara kecil. Umat diracuni pemikiran Barat hingga mau menerima ide-ide kapitalis melalui berbagai perjanjian. Ideologi kapitalisme mendapatkan kemenangan atas kaum muslimin.

Umat semakin terlena dengan kemewahan yang ditawarkan kapitalisme dan sekularisme. Sedikit demi sedikit, umat mulai meninggalkan syariat Islam dalam kehidupannya. Aturan agama digunakan sebatas ibadah kepada Allah, sedangkan untuk muamalah, umat mulai memakai peraturan sendiri tanpa berpedoman pada syariat Islam.

Parahnya lagi, generasi kaum muslimin pun menjadikan negara-negara Barat sebagai tolak ukur kesuksesan. Mereka bangga ketika mendapatkan kedudukan tinggi, pendapatan besar, dan segala sesuatu yang bersifat duniawi. Generasi tidak lagi memiliki ketertarikan untuk berjuang menolong agamanya. Ini salah satu dampak dari penerapan sistem kapitalisme yang mencengkeram negara-negara Islam.

Peran Khilafah Menangkal Kemaksiatan

Maraknya kemaksiatan di negara-negara seluruh dunia tidak terlepas dari peran penguasa, sedangkan penguasa sangat dipengaruhi oleh sistem yang dianut oleh negara tersebut. Sampai saat ini, hanya sistem khilafah yang mampu menjaga akidah dan keimanan umat.

Khilafah hanya menggunakan syariat Islam sebagai satu-satunya hukum yang diterapkan dalam menjalankan pemerintahan. Maka dari itu, jelaslah bahwa perjudian, khamr dan kemaksiatan lainnya pasti ditolak untuk berkembang. Itu karena Islam mengharamkannya.

Sebagaimana Firman Allah dalam QS. Al-Maidah ayat 90 yang memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk menjauhi khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah yang semua termasuk perbuatan setan. Maka, merekalah yang mendapat keberuntungan.

Allahu ‘alam bish shawwab.

Oleh: R. Raraswati
Sahabat Tinta Media
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :