Korelasi antara Hari Pahlawan dan Hari Santri - Tinta Media

Selasa, 22 November 2022

Korelasi antara Hari Pahlawan dan Hari Santri

Tinta Media - Tanggal 10 November sangat terkenal dengan sebutan hari pahlawan, menjadi peringatan atas peristiwa peperangan heroik yang terjadi di Surabaya. Peristiwa ini menjadi salah satu penyebab tewasnya pimpinan para penjajah, yakni Brigadir Jendral Mallaby. Karena itu, 10 November menjadi peristiwa yang tak akan pernah dilupakan oleh bangsa ini. 

Karena peperangan itulah, kini bangsa Indonesia telah terbebas dari penjajahan secara fisik. Meski kenyataannya, kini bangsa Indonesia tengah dijajah melalui pemikirannya tanpa disadari.

Banyak yang tak mengetahui atau bahkan sengaja melupakan sejarah, bahwa adanya hari pahlawan disebabkan karena adanya resolusi jihad yang digawangi oleh KH. Hasyim Asy’ari bersama para santrinya. Dahulu, para santrilah yang telah menjadi motor penggerak untuk berperang melawan para penjajah. Kalangan santrilah yang telah berjuang dan berkorban untuk kemerdekaan bangsa ini. Namun, kini sejarah itu hanya tinggal kenangan belaka. 

Sementara, tanggal 22 Oktober diperingati sebagai hari santri nasional. Lahirnya hari itu bukan tanpa sebab, melainkan ada sejarah yang tersimpan di sbaliknya. 

Tanggal 22 Oktober merupakan hari saat resolusi jihad para santri dimulai. Sejak itu, para santri selalu turut andil dalam pertempuran melawan penjajah. Oleh karena itu, kini tanggal 22 Oktober diperingati sebagai hari santri nasional untuk mengenang jasa para pahlawan yang kebanyakan dari kalangan santri. Mereka telah mengorbankan nyawanya untuk kemerdekaan bangsa ini.

Adanya resolusi jihad tersebut memantik semangat juang para santri, termasuk di wilayah Surabaya. Resolusi itu memberikan semangat pada mereka serta kebulatan tekad untuk bertempur habis-habisan melawan para penjajah. Karena sebab itulah, muncul peperangan yang sangat legendaris yang kini dikenal sebagai pertempuran 10 November yang terjadi di Surabaya. Kala itu, pemimpinnya adalah Bung Tomo yang terus membakar semangat arek-arek Surabaya hingga akhirnya peperangan pun dimenangkan oleh para santri.

Jika tak ada resolusi jihad, belum tentu ada peperangan pada tanggal 10 November yang kini setiap tahunnya selalu diperingati sebagai hari pahlawan. Maka, sebenarnya antara hari santri dan hari pahlawan itu saling berkelindan antara satu dengan yang lain. Ini karena pada hakikat yang sesungguhnya, para pahlawan itu adalah para santri yang ikut berjuang memerdekakan negeri ini dari penjajah. Oleh karena hal itulah, dua peristiwa ini begitu erat hubungannya, karena pada dasarnya mereka adalah satu kesatuan.

Maka, sangat terlihat aneh ketika kini para pejuang Islam dan pengemban dakwah didiskriminasi dan dideskreditkan oleh pemerintah. Coba ingatkan mereka akan sejarah di masa lampau, bahwa pejuang kemerdekaan itu adalah kaum muslimin. Maka, sangat tidak wajar ketika para pengemban dakwah dijebloskan ke dalam penjara hanya karena menyebarkan Islam. Padahal, bangsa Indonesia sangat berutang budi kepada kaum muslimin yang telah berjuang tak kenal lelah.

Melalui peran para santrilah kini Indonesia telah terbebas dari belenggu penjajah secara fisik. Namun, kini penjajahan secara pemikiran masih terus berlanjut. Bahkan, tak sedikit dari para santri yang telah terkena racun pemikiran tersebut. Mereka tak lagi berharap rida Allah, tetapi lebih senang membuang waktunya di hadapan layar smartphone. Padahal, umat sedang menunggu kontribusi kita dalam perjuangan ini.

Jika para pemuda saja banyak yang terlena, bagaimana kita hendak mewujudkan sebuah daulah yang akan membuat rakyat sejahtera? Jangankan memikirkan masalah umat, ketika bangun saja yang ia cari adalah gadget. Lihatlah, kini para remaja tengah di ambang kehancuran. Maka, tugas kita sebagai para remaja dambaan umat adalah menyadarkan mereka akan tugasnya berjuang dalam dakwah.

Oleh karena itu, sebagai remaja tonggak perdaban, sudah semestinya kita meneladani dan mengikuti jejak para pendahulu yang telah berjuang dan berkorban demi tegaknya Islam di seluruh penjuru bumi. Kelak, ketika menghadap Allah, kita memiliki hujjah atau bukti bahwa usia yang kita miliki senantiasa digunakan dalam hal kebaikan.

Walaupun usia kita masih muda, jangan sia-siakan dengan melakukan maksiat. Gunakan waktu yang ada untuk berjuang demi kejayaan Islam. Allah telah menjanjikan pahala yang akan dilipatgandakan bagi siapa saja yang berjuang di jalan Allah dengan ikhlas. Seorang pengemban dakwah tak digaji bukan karena tak bernilai, tapi karena tak ternilai.

Jadi, untuk seluruh remaja yang mengharapkan perubahan, tetap semangat, ya. Ketika engkau berjuang, jangan pernah mengharapkan hasil karena Allah tidak melihat hasilnya, tetapi usaha yang kita lakukan. Berdakwahlah semaksimal mungkin. Adanya hari pahlawan adalah karena adanya hari santri, dan adanya hari santri adalah karena adanya resolusi jihad. Tetaplah semangat hingga kelak Allah mengizinkan Daulah Khilafah yang selama ini kita impikan terwujud di muka bumi ini. Takbir!
Wallahu ‘a’lam bish shawwab.

Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba 
Siswi DKDM PP Baron 1 Nganjuk

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :