Tinta Media - Narasi mengaitkan perempuan bawa pistol yang mencoba menerobos istana dengan HT1 dinilai ganjil oleh Direktur Siyasah Institute Iwan Januar. "Ganjil kejadian ini," tuturnya kepada Tinta Media, Jumat (28/10/2022).
Melihat kronologis dan cara penanganan aparat terhadap pelaku, menurutnya, hal ini juga tidak wajar. "Tidak mencerminkan perempuan itu beri ancaman nyata," tegasnya.
Ia mengatakan bahwa identitas pelaku juga sempat berbeda-beda. Dan kasus ini terjadi setelah ada pernyataan dari Moeldoko radikalisme akan naik jelang 2024. "Identitas pelaku juga sempat berbeda-beda. Lalu CCTV kejadian langsung beredar di medsos. Ganjil. Kenapa kejadian ini setelah ada pernyataan dari BNPT, Moeldoko, dll, kalau radikalisme naik jelang 2024," ujarnya.
Menurutnya, sudah banyak nitizen yang sudah mual dengan pola narasi terorisme. "Kalau kita lihat di medsos, banyak netizen sudah mual dan seperti hafal dengan pola-pola seperti ini," tandasnya.
Hal tersebut bisa terjadi, kata Iwan, karena menurut keterangan RT setempat, pelaku orang yang stress. Walaupun bisa jadi orang stress itu bisa diperalat oleh pihak tertentu untuk tujuan politis dan gangguan keamanan. Seperti dulu sempat rame para ustaz diserang orang gila.
Terakhir, ia menegaskan bahwa masyarakat harus cerdas dan jangan mudah percaya tentang unsur radikalisme yang dikaitkan dengan ormas Islam tertentu.
"Harus kritis dan cerdas. Jangan mudah percaya ini unsur radikalisme, atau dikaitkan dengan ormas Islam tertentu. Ormas Islam seperti HT1 tidak pernah menggunakan dan menolerir tindak kekerasan apalagi pembunuhan," pungkasnya. [] Nur Salamah