Tinta Media - Merespon pernyataan Presiden Jokowi dalam wawancara dengan media ternama Inggris, The Economics yang menyebut Amerika dan Cina sebagai sahabat, Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnu Wardana mengatakan ironis.
“Pernyataan yang ironis dari seorang pemimpin apabila menjadikan negara imperialis seperti Amerika Serikat dan juga Cina sebagai sahabat,” ungkapnya dalam video: Salah Alamat Pak Jokowi Anggap AS dan Cina Sahabat, Senin (21/11/2022) melalui kanal You Tube Indonesia Justice Monitor
Agung menuturkan, Amerika Serikat sebagai pemimpin peradaban kapitalisme saat ini menggunakan banyak strategi licik, menggunakan pemanfaatan antek-anteknya didukung oleh potensi finansial untuk membeli perlindungan, dan media massa untuk memasarkan demokrasi dan HAM.
“Mereka mendandani kejahatan mereka, memolesnya sehingga banyak orang tidak tahu dan memasarkannya kepada banyak kalangan termasuk di negeri kita,” sesalnya.
Agung mengatakan, Amerika tetaplah Amerika yang memiliki reputasi sebagai negara penjajah nomor wahid. Kejahatan Amerika atas warga dunia termasuk kaum muslim sudah tidak terhitung.
“Pasca perang dunia ke-2 saja Amerika telah menyerang lebih dari 100 negara. Coba anda bayangkan apakah model demikian patut untuk dijadikan sahabat,” tanyanya retoris.
Yang paling mutakhir, sambungnya, penyerangan sekaligus pendudukan Amerika di Afganistan dan Irak. Juga dukungan total Amerika atas pendudukan Palestina oleh Israel selama puluhan tahun.
“Jadi sama saja mereka arahnya tetap membuat kondisi dunia semakin tidak tertata. Penjajahan tetap berlangsung, eksploitasi sumber daya di berbagai negara terjadi untuk kepentingan mereka. Amerika selalu menampilkan wajah yang bengis kejam khususnya kepada kaum Muslim di negeri Islam, ”bebernya.
Agung mengatakan, hal ini wajar mengingat watak dasar dari ideologi yang diemban oleh Amerika itu memang bersifat imperialis, penjajahan. Bahkan penjajahan adalah pilar sekaligus metode baku ideologi ini.
“Ideologi kapitalisme metodenya adalah imperialisme, penjajahan dan arahnya adalah untuk mempertahankan eksistensinya sekaligus menyebarluaskan pengaruhnya ke seluruh penjuru dunia,” tandasnya.
Agung lalu menegaskan selama kapitalisme global dan Amerika memimpin dunia jangan berharap dunia ini akan lepas dari berbagai krisis kekacauan dan imperialisme termasuk eksploitasi sumber daya ke negara-negara lain.
Cina
Menurut Agung, Cina juga tidak patut untuk dijadikan sahabat karena Cina merupakan bagian dari gelombang penjajahan kapitalisme dari Timur.
“Kapitalisme timur itu sama dengan kapitalisme barat, caranya sama dengan utang, tujuannya juga sama untuk menghisap sumber daya negeri ini,” bebernya.
Bahkan, ucap Agung, kapitalisme timur itu lebih menjajah. “Cina mensyaratkan bahannya, teknologinya dan segalanya dari Cina termasuk tenaga kerjanya. Itu masih ditambah lagi dengan bunga utang,” tegasnya.
Masih menurut Agung, pemerintah Cina berkomitmen memberikan utang cukup besar. Utang itu untuk pembangunan infrastruktur nasional seperti pembangkit listrik, bandara, pelabuhan, kereta cepat dan juga kereta api ringan LRT ( light rail transit).
“Apa yang terjadi di Indonesia dengan utang dari Cina enggak mungkin terjadi kalau tidak ada pejabat atau penguasa yang pro pada Cina,” tukasnya.
Investasi Cina di Indonesia jelas Agung, tidak lepas dari strategi global Cina yang disebut sebagai Silk Road Economic Belt (sabuk ekonomi jalur sutra di Asia) dan Century Maritime Silk Road (titik jalur sutra maritim). “Bila dicermati CMSR ini akan menjadi strategi untuk menguasai jalur perdagangan laut yang salah satunya melalui Selat Malaka,” cetusnya.
Untuk itu, lanjutnya, Cina berusaha menguasai pendanaan pembangunan infrastruktur di negeri ini yang arahnya adalah penguasaan perdagangan laut membentang dari Timur. Salah satu cek point yang sangat penting adalah Selat Malaka.
Agung lalu menekankan bahwa Amerika dan Cina keduanya adalah penjajah yang sama-sama menjerat bangsa ini dengan utang.
“Sama-sama akan menjerat melalui utang pada Indonesia dan ujungnya nanti akhirnya sumber daya alam kita akan kita serahkan pada asing . Kemudian banyak infrastruktur yang dibangun untuk kepentingan mereka sementara rakyat hanya gigit jari dan menerima proses penjajahan itu,” kritiknya.
Menurut Agung, kekuatan negeri ini tidak terletak pada penyerahan diri dan bersikap rendah diri pada kaum kapitalis barat dan timur. Tidak juga terletak pada kerjasama melalui utang dan investasi yang merugikan negeri ini.
“Jadi waktunya kita untuk membuang pengaruh rezim Amerika dan rezim Cina di negeri ini dan melepaskan ketakutan di hati rakyat Indonesia termasuk di hati para penguasanya. Waktunya Indonesia membangun dirinya sendiri mandiri sehingga suatu ketika akan menjadi adidaya dunia. Dan ideologi yang bisa melawan kapitalisme tidak lain ideologi Islam, ”pungkasnya. [] Irianti Aminatun