Tinta Media - Ucapan menteri agama yang mengatakan bahwa Islam adalah agama yang berasal dari Arab tentu saja ucapan itu tidak benar sama sekali, sebab Islam itu agama dari Allah, bukan buatan manusia apalagi berasal dari wilayah tertentu. Yaqut harusnya paham itu. Sebab masalah ini sangatlah mudah, semua orang tahu, bahkan mungkin anak kecilpun tahu bahwa Islam adalah agama yang datang dari Allah, dibawakan oleh Rasulullah Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia di dunia dalam rangka menebar rahmat bagi alam semesta.
Benar bahwa Nabi Muhammad adalah orang Arab, tapi agama Islam datang dari Allah, bukan datang dari Arab. Tidak ada istilah Islam itu sebagai agama pendatang, sebab bumi ini milik Allah, diciptakan oleh Allah, bahkan seluruh manusia dan alam semesta juga diciptakan oleh Allah.
Ucapan ini tentu saja sangat disayangkan, beda kalau karena tidak paham. Jika tak paham, maka tulisan ini semoga bisa memahamkannya. Sebab ucapan seperti justru akan memantik masalah di kalangan umat Islam. Ucapan seperti ini jika sengaja dilakukan, maka akan semakin memunjulkan kegaduhan yang tidak produktif. Semestinya sebagai menteri agama sangat paham soal yang sederhana ini.
Menteri agama juga mestinya menebarkan kesejukan, bukan malah membuat kegaduhan. Katanya umat ini harus menebar perdamaian, nyatanya dia sendiri justru menebar kegaduhan dengan ucapan yang salah itu. Sebaiknya menteri agama meminta maaf kepada seluruh umat Islam di negeri ini.
Apakah ini termasuk penistaan agama ?. Tentu saja yang paling tahu adalah yang mengucapkan, adakah motif dibalik ucapan yang salah itu. Jika karena tidak tahu, maka hanya perlu minta maaf. Namun jika sengaja membuat kegaduhan, maka sangat disayangkan. Seorang menteri agama mestinya tidak mengucapkan hal tersebut.
Agama Islam adalah agama sempurna yang berasal dari Allah dan sangat memberikan penghargaan kepada manusia dan kemanusiaan. Islam adalah agama yang sangat toleran atas perbedaan, terbukti saat Rasulullah memimpin Daulah Madinah yang sangat plural. Semua agama bisa hidup damai di Madinah.
Mungkin ahli hukum dan pihak kepolisian yang lebih tahu apakah ucapan ini termasuk penistaan agama Islam atau tidak sesuai dengan UU yang berlaku di negeri ini. Yang pasti ucapan Yaqut adalah ucapan yang menyalahi ajaran Islam. Namun, jika ucapan ini memang diniatkan untuk merendahkan ajaran Islam yang sumpurna ini, maka tentu saja bisa saja ada delik penistaan agama. Apalagi jika niatnya adalah mempermainkan agama Allah, maka termasuk dosa besar
Allah berfirman : Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?". Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (QS At Taubah : 65-66)
Bagaimana menanggapi hal ini sebagai masyarakat ?. Masyarakat semestinya tidak terpancing secara emosional, namun harus tetap meluruskan ucapan-ucapan yang salah dan berpotensi menimbulkan kegaduhan di masyarakat. Masyarakat harus memberikan edukasi dan dakwah kepada siapa saja yang telah melakukan kesalahan soal agama Islam. Dakwah adalah bagian dari kewajiban setiap muslim. Dakwah adalah tanda cinta umat kepada bangsa ini. Masyarakat harus diberikan pembelajaran yang benar soal agama ini, terlebih kepada para pejabat dan pemimpin yang salah paham dan pahamnya salah atas Islam dan ajarannya.
Apa yang seharusnya dilakukan umat Islam dalam menanggapi hal tersebut ?. Umat Islam harus menyadari bahwa selama demokrasi sekuler yang diterapkan di negeri ini, maka Islam hanya akan menjadi obyek dan sasaran berbagai stigmatisasi. Sebab sekulerisme adalah paham yang memisahkan antara agama dan kehidupan, termasuk politik.
Dengan kondisi ini, maka setiap kali ada usaha-usaha mendakwahkan Islam, akan dihadapkan dengan berbagai label yang negatif atas Islam. Ucapan yang menyudutkan Islam tentu saja sudah tidak terhitung jumlahnya di negeri mayoritas muslim ini. Bahkan sering berasal dari para pejabar dan pemimpin di negeri ini yang seharusnya justru memberikan edukasi yang benar tentang Islam.
Peristiwa seperti ini mungkin tidak akan pernah berhenti selama Islam dan ajarannya hanya dijadikan sebagai obyek. Lain lagi jika ajaran Islam menjadi penentu kebijakan dan perundang-undangan di negeri ini. Orang yang memiliki paham sekuler liberal akan terus memberikan stigma negatif atas Islam dan ajarannya. Umat Islam harus terus mencermati setiap perkembangan keagamaan Islam di negeri ini, terus mendakwahkan dan terus melakukan pembelaan atas agama ini dari orang-orang yang berupaya memadahkan cahaya agama ini.
Hal ini sejalan dengan firman Allah : Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad 47: Ayat 7).
Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya (QS Ali Imran : 19)
Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya. (QS. As-Saff Ayat 8).
(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 31/10/22 : 15.18 WIB)
Dr. Ahmad Sastra
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa
__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad