Inilah Penyebab Segala Musibah dan Kesusahan Dunia - Tinta Media

Rabu, 23 November 2022

Inilah Penyebab Segala Musibah dan Kesusahan Dunia

Tinta Media - Abu Zaid dari Tabayyun Center menjelaskan penyebab segala musibah dan kesusahan dunia.
 
“Musibah dan kesusahan dunia adalah disebabkan dosa kita dan akibat perbuatan manusia sendiri,” tuturnya kepada Tinta Media, Rabu (23/11/2022).
 
Ia mengutip firman Allah Ta’ala  surat Ar-Rum ayat 41, Asy-Syuro ayat 30 dan An-Nisa ayat 79  sebagai sandaran dalilnya.
 
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
 
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar-Rum:41).
 
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
 
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy-Syuro:30).
 
مَّآأَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللهِ وَمَآأَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ
 
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri” (An-Nisa: 79).
 
Abu Zaid juga mengutip sabda Nabi Muhammad Saw. bahwa kerusakan dan musibah yang terjadi pada manusia karena banyaknya maksiat.
 
يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ وَمَا لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا ظَهَرَ فِيهِمُ الأَمْرَاضُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ فِي أَسْلَافِهِمِ وَمَا مَنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا وَ مَا لَمْ يُطَفِّفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ إِلَّا أُخِذُوا بِجَوْرِ السُّلْطَانِ وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ وَالسِّنِينَ وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌ
 
“Hai orang-orang Muhajirin, lima perkara, jika kamu ditimpa lima perkara ini, aku mohon perlindungan kepada Allah agar kamu tidak mendapatkannya. Tidaklah muncul perbuatan keji (Zina,merampok, minum khamr, judi, dan lainnya) pada suatu masyarakat, sehingga mereka melakukannya dengan terang-terangan, kecuali akan tersebar penyakit-penyakit lainnya yang tidak ada pada orang-orang sebelum mereka. Dan tidaklah mereka menahan (tidak mengeluarkan) zakat hartanya, kecuali hujan dari langit juga akan ditahan dari mereka. Seandainya bukan karena hewan-hewan, manusia tidak akan diberi hujan. Tidaklah orang-orang mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan disiksa dengan kezhaliman pemerintah, kehidupan yang susah, dan paceklik. Dan selama pemimpin-pemimpin (negara, masyarakat) tidak berhukum dengan kitab Allah, dan memilih-milih sebagian apa yang Allah turunkan, kecuali Allah menjadikan permusuhan yang keras di antara mereka” (HR Ibnu Majah, ash-Shahihah no. 106).
 
Gempa
 
Saat terjadi gempa, ucap Abu Zaid, kaum Muslimin  diperintahkan agar beristigfar. “Istighfar sangat mudah dilakukan dan itulah seharusnya yang dilakukan ketika terjadi gempa, bukan teriak-teriak atau kata-kata yang menunjukkan penyesalan dan murka atas takdir Allah,” harapnya.
 
Ia lalu mendoakan kaum Muslim yang menjadi korban wafat dalam gempa di Cianjur dan sekitarnya mendapat pahala syahid akhirat. Yang luka luka segera Allah sembuhkan, yang selamat dengan beban rusaknya tempat tinggal bisa tetap sehat dan segera mendapatkan ganti yang lebih baik. 
 
“Jangan lupa mari kita bantu suadara saudara kita yang tertimpa musibah dengan apa yang kita bisa berikan. Mungkin dana, bahan pangan, pakaian atau tenaga apapun yang bisa kita lakukan. Apalagi biasanya di tengah musibah ada pihak lain yang berupaya merayu muslimin menukar aqidah,” ajaknya.
 
Di samping itu Abu Zaid juga mengajak agar kaum muslimin taubat nasuha. “Bentuk konkrit taubatan nasuha wajib dilaksanakan secara personal dan sistemik. Secara personal kita wajib meninggalkan segala bentuk maksiat yang pernah kita lakukan dan menutupi dengan amal saleh semaksimal mungkin. Secara sistemik kita wajib menerapkan syariat Islam kafah dalam khilafah yang menjadi sebab terlaksananya Islam kafah pembawa rahmat semesta alam,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
 
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :