Guru Luthfi: Para Ulama Tafsir Jelaskan Makna Wasath Tidak Terkait Ide Moderasi - Tinta Media

Jumat, 25 November 2022

Guru Luthfi: Para Ulama Tafsir Jelaskan Makna Wasath Tidak Terkait Ide Moderasi

Tinta Media - Pengurus Majelis Baitul Qur’an, Tapin, Guru H Luthfi Hidayat menegaskan penjelasan dari para Ulama Tafsir tentang makna Wasath pada Qur’an Surat Al Baqarah ayat 143 tersebut tidak terkait dengan ide moderasi beragama.

“Makna Wasath yang dijelaskan para Ulama Tafsir pada Qur’an Surat Al-Baqarah 143 tidak ada kaitannya sama sekali dengan ide moderasi beragama atau paham Islam moderat,” tegasnya dalam Kajian Jumat  Bersama Al-Qur’an: Ummatan Wasatha, Jumat (18/11/2022) di kanal Youtube Majelis Baitul Qur’an.

Bagi Guru Luthfi, penjelasan para Ulama tentang makna Wasath pada ayat tersebut teramat terang. “Yakni bahwa umat Islam, umat Rasulullah adalah umat yang adil, yang terpuji, umat pilihan, umat terbaik, tidak berlebihan dan tidak melampaui batas,” ujarnya.

Ia mengatakan ide moderasi beragama atau paham Islam moderat ini berujung pada mencampuradukkan akidah dan ibadah dalam beragama. “Umat di negeri ini sudah sangat damai dan adem, toleransi beragama di negeri ini sudah sangat pas dengan meyakini agama masing-masing, menghargai ibadah masing-masing, tanpa harus mencampuradukkan akidah dan keyakinan,” katanya.

Menurutnya, ide Islam moderat lebih banyak membuat gaduh dan mudaratnya bagi umat. “Termasuk sampai harus dengan mengenakan baju bati moderasi yang mencampurkan semua agama. Tentu setiap umat beragama tidak menginginkan hal demikian,” tuturnya.

Firman Allah:

وَكَذلِكَ جَعَلْناكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِتَكُونُوا شُهَداءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً وَما جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْها إِلاَّ لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلى عَقِبَيْهِ وَإِنْ كانَتْ لَكَبِيرَةً إِلاَّ عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ وَما كانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمانَكُمْ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَؤُفٌ رَحِيمٌ (١٤٣)

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul {Muhammad) saw menjadi saksi atas (perbuatan) kalian. Dan Kami tidak menjadikan kiblat yang menjadi kiblat kalian (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan iman kalian. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia."  (TQS. Al Baqarah [2]: 143)  
 
Ia memaparkan penjelasan Firman Allah Ta’alla dari Imam Al Qurthubi dalam Tafsirnya Aj Jaami’ li Ahkamil Qur’an.

وَكَذلِكَ جَعَلْناكُمْ أُمَّةً وَسَطاً                                  

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat Islam), umat yang adil dan pilihan.

“Makna dari Firman Allah ini adalah sebagaimana Ka’bah sebagai wasath, merupakan tengah-tengah bumi, maka demikian pula Allah pun menjadikan kalian umat yang pertengahan, yakni “Kami jadikan kalian (umat Islam) di bawah para nabi tapi di atas umat-umat (yang lain)”,” paparnya.

Makna Al Wasth adalah adil, berasal dari kata ini adalah bahwa sesuatu yang paling terpuji adalah yang pertengahan. “Pertengahan lembah adalah tempat yang paling baik, di mana di sanalah banyak dijumpai rerumputan dan air,” ucapnya.

Ia melanjutkan manakala pertengahan itu jauh dari berlebihan dan melampaui batas maka ia menjadi terpuji.

“Maksudnya, umat (Islam) ini tidak berlebihan sebagaimana umat Nasrani berlebihan dengan para nabi mereka (menyatakan nabi mereka sebagai Tuhan), juga tidak melampaui batas sebagaimana umat Yahudi, melampaui batas dengan para nabi mereka (melakukan berbagai keburukan atas para nabi mereka),” lanjutnya.

Sementara Imam Muhammad Ali Ash Shabuni menjelaskan makna kalimat

 وَكَذلِكَ جَعَلْناكُمْ أُمَّةً وَسَطاً 

“Bahwa sebagaimana Allah menunjukkan kalian (umat) kepada Islam maka Allah menjadikan kalian sebagai golongan mukminin, umat yang adil dan pilihan,” ujarnya.

Sedangkan Imam Ibnu Katsir menjelaskan makna dari kalimat

وَكَذلِكَ جَعَلْناكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِتَكُونُوا شُهَداءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً

“Melalui ayat ini Allah Ta’ala menuturkan bahwa sesungguhnya Kami mengubah kiblat kalian ke kiblat Ibrahim as. dan Kami pilih kiblat itu untuk kalian agar Kami dapat menjadikan kalian sebagai umat pilihan, agar pada hari kiamat kelak kalian menjadi saksi atas umat-umat yang lain karena semua umat mengakui keutamaan kalian,” bebernya.

Ia pun menambahkan penegasan dari Imam Ibnu Katsir bahwa ketika Allah Swt. menjadikan umat ini sebagai ummatan wasathan maka Dia memberikan kekhususan kepadanya dengan syariat yang paling sempurna. “Jalan yang paling lurus, dan paham yang paling jelas,” tambahnya.

Kalimat selanjutnya dari ayat yang mulia ini, menurutnya dijelaskan oleh Imam Ali Ash Shabuni,

لِتَكُونُوا شُهَداءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً                 
Agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul {Muhammad) saw menjadi saksi atas (perbuatan) kalian.
“Maknanya adalah supaya kalian menjadi saksi terhadap umat-umat di hari kiamat bahwa utusan-utusan mereka telah menyampaikan dakwah kepada mereka, dan Rasul menjadi saksi atas kalian,” ucapnya.

Guru Luthfi kembali menegaskan tentang lanjutan dari ayat yang mulia ini, bahwa ayat ini ditutup dengan penegasan kasus pemindahan kiblat yang merupakan saringan ujian, mana yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mana yang membangkang.

وَما جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْها إِلاَّ لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلى عَقِبَيْهِ وَإِنْ كانَتْ لَكَبِيرَةً إِلاَّ عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ وَما كانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمانَكُمْ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَؤُفٌ رَحِيمٌ

Dan Kami tidak menjadikan kiblat yang menjadi kiblat kalian (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan iman kalian. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

Ia mengakhirinya dengan memohon kepada Allah untuk selalu menjaga akidah dan keimanan umat Islam.

“Semoga Allah selalu menjaga akidah dan keimanan kita dan keturunan kita. Dan kiranya Allah tidak mewafatkan kita kecuali dengan Islam,” pungkasnya. [] Ageng Kartika
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :