Deteksi Dini untuk Antisipasi Radikalisme, Pentingkah? - Tinta Media

Sabtu, 19 November 2022

Deteksi Dini untuk Antisipasi Radikalisme, Pentingkah?

Tinta Media - Dalam rangka mewujudkan Bandung Bedas serta demi terciptanya kondusifitas jelang pemilu 2024, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) kembali melaksanakan sosialisasi terkait pencegahan dan penanggulangan radikalisme dan ekstrimisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme di tingkat kabupaten. Kegiatan ini dilaksanakan di Hotel Sutan Raja Soreang, pada hari Selasa (1/11/2022).

Hadir dalam acara tersebut para peserta dari TP PKK dan Dharma Wanita Kabupaten Bandung dan tingkat kecamatan yang melibatkan ratusan peserta dengan narasumber dari berbagai instansi. Di
antaranya, Densus, BIN, Polresta, FKPT, dan turut dihadirkan juga mantan terorisme yang berasal dari sebuah organisasi.

Kemudian pada hari berikutnya, Rabu (2/11/22), sosialisasi dihadiri oleh para peserta dari pemuda karang taruna, Taruna Siaga Bencana (Tagana), Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), dan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) yang berasal dari setiap kecamatan di Kabupaten Bandung. 

Dalam kontek persatuan dan kesatuan bangsa dan ideologi Pancasila, organisasi masyarakat yang sehari-hari ada di tengah-tengah masyarakat tersebut dianggap mengetahui peta kerawanan atau masalah sosial di masyarakat. Karena disinyalir bahwa adanya radikalisme tersebut salah satunya adalah dari kontek sosial masyarakat, termasuk ekonomi dan pergaulan.

Kegiatan ini dilaksanakan mengacu pada Perpres no. 7 tahun 2021 tentang Pencegahan Penanggulangan Radikalisme yang Mengarah Pada Terorisme, serta berdasarkan rencana aksi daerah dan edaran dari Kemendagri, untuk melaksanakan 22 kegiatan. Salah satunya dalam bentuk sosialisasi peningkatan deteksi dini. 

Kegiatan ini juga sesuai dengan Permendagri tentang Pemberdayaan Perempuan, termasuk Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak yang di dalamnya terdapat tugas fungsi  PKK dan Dharma Wanita, berkaitan dengan penanggulangan dan pencegahan radikalisme dengan pengamalan Pancasila dan peningkatan kesadaran bela negara, juga peningkatan peranan dalam persatuan dan kesatuan. Di dalamnya termasuk menjaga etika dan budaya dalam kerangka NKRI. 

Secara keseluruhan kegiatan yang dihadiri oleh Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten Bandung Adjat Sudradjat yang didampingi Kabid Kewaspadaan Daerah dan Kerjasama Intelegen H. Aam Rahmi ini diselenggarakan dengan harapan agar masyarakat yang ada di tingkat desa maupun kecamatan bisa menyosialisasikan lagi tentang bagaimana fungsi kelompok masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi perempuan, dan menyampaikannya kembali kepada masyarakat lainnya. 

Hal itu bisa diawali dari keluarga, RT, RW, desa, dan tingkat kecamatan atau kabupaten. Masyarakat harus mengetahuil bagaimana potensi ancaman, gangguan, hambatan yang ada di wilayah. Masyarakat juga dituntut kepekaan karena indikator-indikator radikalisme sudah diterangkan oleh para narasumber yang hadir pada sosialisasi tersebut.

Radikalisme, terorisme, dan ekstrimisme seolah menjadi sebuah kata yang menakutkan yang terus digaungkan dan dikuatkan dengan istilah yang lebih kejam lagi, yaitu deteksi dini radikalisme dan terorisme. Seolah menyatakan pentingnya mengembangkan deteksi dini masyarakat untuk mencegah radikalisme dan terorisme dengan melibatkan semua pihak. 

Sekalipun hingga saat ini tidak ada definisi jelas tentang radikalisme dan terorisme, tetapi pada tataran praktis, yang dimaksud dengan penanggulangan bahaya serta dimunculkan istilah deteksi dini radikalisme dan terorisme itu selalu merujuk pada ajaran Islam. Banyak fakta yang menunjukkan hal itu.

Di antaranya, tak sedikit dari pengemban dakwah, ustaz, pengajian yang di dalamnya menyampaikan tentang Islam secara kaffah, seperti jihad dan khilafah, maka langsung dilabeli sebagai radikalis. 

Adapun yang dilabeli sebagai terorisme, sangat lekat dengan seorang muslimah yang berjilbab dan bercadar atau muslim yang berjenggot dan celana cingkrang. Inilah yang selanjutnya akan membuat Islam dan ajarannya dianggap sebagai “monster” menakutkan dan berbahaya. Padahal, sejatinya ajaran Islam itu diyakini akan membawa ketenangan dan menjadi benteng dari perbuatan maksiat. 

Jelas sudah bahwa istilah deteksi dini ini merupakan propaganda untuk menyerang Islam. Sebab, sejatinya Barat tak akan pernah menyerah untuk menghancurkan Islam dari dalam. 

Maka, jika ada dari umat Islam secara konsisten ikut dalam bagian propaganda ini, dia benar-benar telah melakukan  dua kesalahan besar. 

Pertama, ia telah tunduk pada propaganda massif ala Barat pasca-War on Terrorism. 

Kedua, ia telah durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebab sejatinya Islam bersumber dari Al-Qur’an dan Sunah. Maka, apabila istilah “deteksi dini” ini mengacu pada Islam dan ajarannya, mereka yang mempelajari ajaran Islam secara kaffah akan distigma radikal dan akhirnya dilabeli sebagai pelaku teror. 

Karena itu, menjadikan deteksi dini sebagai solusi untuk memusnahkan radikalisme dan terorisme sejatinya menjadikan umat teralihkan dari problem utama bangsa ini, yaitu berbagai macam kerusakan akibat penerapan sistem kapitalisme yang senantiasa menggiring umat untuk meninggalkan sebagian syari'at. Maka, seharusnya bukan radikalisme, tetapi kapitalisme_dengan sekulerisme sebagai ide dasarnya_yang harus dideteksi dini.

Islam adalah akidah dan peraturan yang bisa memberikan solusi pada setiap problematika kehidupan manusia seluruhnya. Islam dihadirkan oleh Zat Yang Maha Sempurna. Dia-lah Pencipta kehidupan, alam semesta, dan manusia. Dia-lah Allah Subhanahu wa ta’ala. 

Islam telah terbukti mampu mengantarkan manusia pada peradaban mulia yang tertata dalam sistem Daulah Khilafah Islamiyah. Selama 13 abad, Islam telah menaungi 2/3 wilayah dunia. Jika hari ini isu deteksi dini radikalisme terus dipropagandakan kepada Islam dan ajarannya, itu merupakan wujud ketakutan Barat akan kembali tegaknya Khilafah islamiyyah. Namun, sekuat apa pun kafir Barat mencegah dan menghalangi tegaknya syari'ah Islam di muka bumi ini, mereka takan mampu menghadang janji Allah Swt. dan bisyarah Nabi Muhammad saw. yaitu tegaknya kembali Khilafah 'alaa minhaj Annubuwwah.

Wallahu a’lam bishshawab.

Oleh: Tiktik Maysaroh
Sahabat Tinta Madia
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :