Tinta Media - Khilafah merupakan ajaran Islam. Hukumnya wajib. Perkara ini disepakati oleh para sahabat ridhwanullaah alayhim. Bahkan menurut Imam Qurtubi disepakati kewajiban khilafah oleh seluruh imam dan umat.
Sebagai manusia hamba Allah yang diciptakan hanya untuk beribadah kepadaNya. Maka setiap perintah Allah bersifat mengikat kita. Tak ada ruang bagi kita untuk bertanya tentang perintah itu. Apalagi menawar. Hanya satu sikap kita yang layak dan wajar yakni sami'na wa atho'na.
Andai saja perintah menegakkan khilafah ini hanya untuk berjuang mengerjakan saja. Tanpa disertai janji pahala. Tanpa disertai janji pertolongan dan kemenangan maka itu pun cukup. Cukup untuk kita segera mengerjakan tanpa bertanya lagi.
Andai saja, dalam berjuang menegakkan khilafah ini Allah pastikan kita tak dapat pahala dan pasti kalah dan gagal maka tetap harus kita kerjakan. Mengapa? Karena ini adalah perintah Allah Sang Kholik tentu tak ada tempat bagi manusia kecuali taat.
Apalagi Allah telah nyata janjikan pahala yang besar. Masih lagi janjikan kemenangan besar. Bahkan masih janjikan pertolonganNya. Maka sebagai manusia tentu kita akan lebih mantap melangkah dan menanggung beban perjuangan.
Oleh karena itu hanya satu sikap kita yang tepat. Yakni sami'na wa atho'na. Itulah sikap orang mukmin saat Allah dan rasul-nya memberikan perintah atau larangan.
Surah An-Nuur Ayat 48-52
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ مُعْرِضُونَ
Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya, agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang.
وَإِنْ يَكُنْ لَهُمُ الْحَقُّ يَأْتُوا إِلَيْهِ مُذْعِنِينَ
Tetapi jika keputusan itu untuk (kemaslahatan) mereka, mereka datang kepada rasul dengan patuh.
أَفِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَمِ ارْتَابُوا أَمْ يَخَافُونَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَرَسُولُهُ ۚ بَلْ أُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Apakah (ketidak datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang zalim.
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.
Berbeda dengan sikap munafik maka mereka akan pilih pilih. Jika perintah itu menguntungkan menurut akal bodoh mereka maka barulah mereka kerjakan.
Jika kita enggan berjuang menegakkan khilafah dengan berbagai alasan maka bisa jadi itu ciri kemunafikan kita. Apalagi sikap menolak dan menghina ajaran Islam tentu lebih parah dan berat lagi konsekuensinya.
Yuk berjuang Sobat. Lakukan bagian tugas kita maka Allah akan memenuhi janjiNya berupa pahala, pertolongan dan kemenangan.[]
Ustaz Abu Zaid
Tabayyun Center